Menghargai Waktu Dalam Sharing Dharma Bersama

Jurnalis : Beby Chen (Tzu Chi Medan), Fotografer : Lily Hermanto (Tzu Chi Medan, Amir Tan (Tzu Chi Medan), Gunawan Halim (Tzu Chi Medan)

Dengan sepenuh hati para peserta pelatihan relawan abu putih mengikuti sesi demi sesi acara dan tidak lupa untuk mencatatnya.

Dalam video Sanubari Teduh yang diputar selama 35 menit, Master Cheng Yen menyampaikan agar bisa banyak menolong dan memberi manfaat bagi orang lain adalah pencapaian bagi diri sendiri. Harus bisa mengintropeksi diri sendiri dengan sungguh-sungguh, tidak akan bertindak bodoh karena diliputi oleh kegelapan batin. Jangan melewati hari-hari dalam buaian mimpi dan tidak mampu mengendalikan diri.

Sungguh sulit terlahir sebagai manusia, lebih sulit lagi berkesempatan mendengarkan Dharma. Telah terlahir sebagai manusia, harus segera memanfaatkan waktu dengan tubuh jasmani ini. Tidak menyia-nyiakan waktu sedetikpun dalam memanfaatkan kehidupan kita untuk menghayati ajaran Buddha dan bersumbangsih dalam masyarakat agar dapat memperoleh banyak kebijaksanaan. Tanpa kesulitan, kebijaksanaan tak akan tumbuh.  Bersungguh-sungguhlah setiap saat.

Sebanyak 18 grup peserta yang siap memasuki ruangan pelatihan abu putih pada Minggu, 8 Juni 2014, untuk kedua kalinya di tahun 2014, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Kantor Cabang Medan mengadakan training relawan abu putih.

Lakukan Apa yang Telah Dikatakan, Katakan Apa yang Telah Dilakukan
Minggu, 8 Juni 2014, untuk kedua kalinya di tahun 2014, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Kantor Cabang Medan, mengadakan pelatihan (training) relawan abu putih. Tepat pukul 8.15 acara dimulai dengan penghormatan kepada Master, menyanyikan lagu Mars Tzu Chi, dan membaca 10 sila Tzu Chi yang dipandu oleh Erlina Shijie, selaku pembawa acara. Sebanyak 163 peserta yang dibagi menjadi 18 grup dan 79 anggota panitia yang datang dan membantu menyukseskan acara ini. Para peserta yang hadir bukan hanya dari Medan saja, tetapi juga dari luar kota:  Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Kisaran, Binjai Lhoksemawe, dan Lubuk Pakam.

Desnita Shijie, yang terinspirasi dari buku Master yang berjudul Ilmu Ekonomi Kehidupan (pada pembahasan tentang Lai Bu Chi yang artinya menghargai waktu) berbagi kepada kami tentang banyak hal. Hidup Manusia hanya sebuah tarikan nafas saja, jadi harus bisa segera memanfaatkan waktu dan segera lakukan. Seperti kata perenungan Master, “Ada 2 hal yang tidak boleh ditunda yaitu berbakti kepada orang tua dan berbuat kebajikan”. Semua di Tzu Chi karena berjodoh dan tekad harus ada. Harus bisa waspada dengan niat dan tekad kita, karena satu tekad yang tidak baik bisa merubah hidup kita. Selalu senantiasa hidup bukan untuk kepentingan diri sendiri dan selalu berfikir positif dari sudut pandang yang berbeda untuk menolong orang lain. Bagaimana bisa merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain tentunya kita harus berpartisipasi. Dengan prakteknya melalui permainan koin jiwa yang mengajak peserta untuk bisa berpartisipasi untuk menjawab mengapa mau memiliki koin tersebut. “Saya dengar saya lupa, saya lihat saya tahu, saya lakukan baru saya faham”, melalui kata 1=21 yang mempunyai arti agar setiap orang bisa berusaha terus lakukan dan lakukan sampai 21 kali dan bukan hanya 1 kali saja, tetapi lakukan yang benar seperti yang Master ajarkan.

Setelah mendengarkan sesi sharing, dengan tanpa beban relawan mengutarakan tekad masing-masing.

Sesi sharing “Menggalang Hati, Menggalang Dana” oleh Beby Shijie kali ini dibawa dengan cara yang berbeda. Dengan cara berkolaborasi bersama Leo Shixiong melalui talkshow yang mereka bawa, membawa suasana baru bagi para peserta. Melalui talkshow tersebut, disharingkan apa itu arti menggalang hati menggalang dana, siapa saja yang bisa digalang, bagaimana memulai menggalang hati, bagaimana menggalang hati dengan program 125, kesulitan-kesulitan yang bisa dihadapi saat menggalang hati, jenis-jenis dana yang ada di Tzu Chi dan berpesan agar kita selalu memberikan kesempatan pada diri sendiri dan orang lain untuk menanam berkah.

Melalui talkshow ini juga diberi kesempatan kepada para peserta yang sudah menggalang hati menggalang dana untuk sharing kepada peserta lain, bagaimana mereka menggalang dana. Salah satunya Juliani Shijie yang menggalang dana selama 1 tahun terakhir mengalami penambahan setiap bulannya. Beliau juga sudah menggalang di pasar dimana beliau berbelanja sayur. Ditambah canda Beby Shijie menyarankan kepada para peserta untuk tidak menggalang dana di pasar yang sama, masih banyak pasar-pasar lainnya. Beby Shijie juga menyajikan sebuah video tentang pengalaman Wu Xiu Mei Shijie dari Malaysia yang begitu teguh dalam menggalang hati walaupun sudah diminta pergi hampir 20 kali-an selama 3 bulan oleh penjual daging, tetap dengan senyuman khas Tzu Chi dan Dharma tentang karma bisa membuat penjual daging tersebut menjadi donatur Tzu Chi dan tidak menjual daging lagi.

Mengutip sebuah kata perenungan Master Cheng Yen bahwa “Keindahan sebuah kelompok terletak pada keindahan pribadi masing-masing individunya”, untuk setiap pelatihan abu putih, sesi Tata Krama Insan Tzu Chi menjadi sesi yang akan disharingkan sebelum makan siang, yang kali ini akan dibawakan oleh Lydia Shijie selama 30 menit. Mengkilas balik dari pelatihan abu putih I, secara singkat dijelaskan kembali tentang cara menyapa di Tzu Chi, jenis seragam dan tata cara berseragam, tata cara makan, bagaimana membawa tas perangkat makan ketika berbaris yang langsung dipraktekkan oleh beberapa Shijie, tata krama dalam berdiri, bagaimana bersikap Anjali dan Mudra (menyapa dan mengagumi kebajikan orang lain bagaikan gunung) dengan langsung dipraktekkan bersama-sama dengan peserta pelatihan, serta budaya humanis dalam duduk.

Saat makan siang, seluruh peserta pelatihan langsung mempraktekkan tata cara makan di meja makan tentang apa yang telah didapat saat pelatihan tadi. Dengan ditemani Beby Shijie dan Leo Shixiong saat di ruang makan sambil memperbaiki bila ada yang dilupakan oleh para peserta. Selingan isyarat tangan selalu menemani dan menghibur para peserta yang hadir dengan sebuah lagu yang berisikan Dharma yang berjudul Shuo Fa Phin (Pembabaran Dharma) yang dibawakan oleh shijie-shijie dan Shou Qian Shou (Bergandengan Tangan) yang dibawakan oleh Tzu Ching dan dipraktekkan bersama-sama oleh peserta.

Dalam training, para relawan juga diberikan penjelasan mengenai struktur dan sistem kerelawanan  4in1.

Penjelasan tentang sistem kerelawanan 4in1 yang merupakan indahnya kebijaksanaan Master yang dibawa oleh Handra Shixiong telah menjawab yang selama ini para peserta kurang mengerti tentang apa itu 4 in 1. Dalam kelompok harus bersatu hati dan saling memahami dengan datang ke Tzu Chi selain untuk bersumbangsih dan belajar, terpenting adalah mendapatkan perasaan suka cita, jika ada perasaan suka cita barulah bisa berjalan di jalan Bodhisatwa untuk waktu lama. Master Berharap 4in1 harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar Tzu Chi bisa abadi sepanjang masa.

DAAI TV merupakan salah satu stasiun televisi yang berbeda dengan yang lain dan bukan televisi komersial dengan motto Kebenaran, Kebajikan dan Keindahan. Tony Honkley Shixiong mengajak kita agar bisa belajar mendalami budaya humanis manusia menjadi saksi cinta kasih dengan pengetahuan yang membuat kita mengerti untuk  bersyukur dan welas asih. Siaran DAAI TV sangat bisa menginspirasikan banyak orang dan mensucikan hati manusia karena tidak ada unsur negatif, gosip ataupun unsur kekerasan. Banyak yang menjadi relawan saat ini karena terinspirasi dari stasiun televisi tersebut. Tony Shixiong dan Mujianto Shixiong dalam pesan cinta kasihnya juga mengajak para peserta menjadi Friend of DAAI (sahabat DAAI) yang menjadi donatur dalam pendanaan DAAI TV Medan selain pendanaan dari penjualan barang-barang daur ulang Tzu Chi. Peserta hari ini sangatlah bersuka cita.

Pembawa acara mengajarkan kepada para peserta  sebuah kalimat dan gerakan isyarat tangan untuk kalimat penutup kepada setiap pembicara (speaker) usai berbagi Dharma Khua tiok li, cin hua hi, cin hua hi, khua tiok li Shixiong-Shijie” yang artinya Melihat kamu, sangat senang, sangat senang, melihat kamu Shixiong-Shijie dengan mimik senyuman terindah Tzu Chi.

Tonny Shixiong, menjelaskan mengenai DAAI TV  yang merupakan stasiun televisi yang berbeda dengan yang lainnya bermottokan pada kebenaran, kebajikan dan keindahan.

Komitmen Relawan
Setelah mengikuti pelatihan abu putih, Arfandy Shixiong yang berasal dari Lhoksemawe berbagi cerita bahwa, “Walaupun menempuh perjalanan jauh dan tiba di Medan pukul 02.00 dini hari tetapi tetap bersemangat karena pembawa acara dan para pengisi acara yang sharing hari ini sangat menarik. Sering menonton DAAI TV setiap paginya yang merupakan menu utama sehingga kepada pelanggannya bisa mempromosikan siaran DAAI TV dan mereka juga sudah menjadi donatur Tzu Chi,” ujarnya. “Senang sekali dengan drama kisah nyata para relawan Tzu Chi dan ada Guest Roomnya yang menjelaskan tentang apa yang terjadi pada mereka saat itu,” tambahnya.

Setelah usai pelatihan abu putih, beberapa peserta langsung berkomitmen untuk menggalang hati menggalang dana yang banyak. Sesi sharing menggalang hati dan menggalang dana telah sangat menginspirasikan mereka bagaiamana cara memulainya. Bahkan ada yang langsung menghubungi ketua xie li, bahwa mereka ingin mulai menggalang hati menggalang dana.

Pelatihan Abu putih II ditutup dengan mengkilas balik kegiatan pelatihan selama 1 hari melalui tayangan video dan doa bersama. Pembawa acara juga tak lupa kembali mengajak para peserta untuk mengucapkan Gan En kepada para duifu (mentor) mereka dan para panitia yang dengan sepenuh hati menyiapkan acara pelatihan tersebut jauh hari sebelumnya. Dan hari ini dapat berkumpul bersama adalah satu jalinan jodoh, dapat duduk bersama-sama dengan memanfaatkan waktu yang ada untuk belajar sharing Dharma bersama. Mengutip kata perenungan Master “Kehidupan tidak akan berlalu sia-sia bila kita menggenggam dan memanfaatkan waktu dan ruang dengan baik, serta menghargai hubungan antar manusia”.


Artikel Terkait

Menghargai Waktu Dalam Sharing Dharma Bersama

Menghargai Waktu Dalam Sharing Dharma Bersama

24 Juni 2014 Mengutip kata perenungan Master, “Kehidupan tidak akan berlalu sia-sia bila kita menggenggam dan memanfaatkan waktu dan ruang dengan baik, serta menghargai hubungan antar manusia”. Memanfaatkan waktu tersebut, Minggu, 8 Juni 2014, untuk kedua kalinya di tahun 2014, Tzu Chi Medan, mengadakan pelatihan (training) relawan abu putih.
Keindahan kelompok bergantung pada pembinaan diri setiap individunya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -