Menjadi Relawan Rumah Sakit yang Humanis

Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Timur), Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Timur), Dok. Tzu Chi


Pembangunan Tzu Chi Hospital hingga saat ini telah mencapai tahap penyelesaian. Liu Su Mei, Ketua Tzu Chi Indonesia mengajak para relawan menyambutnya dengan penuh percaya diri untuk mewujudkan Tzu Chi Hospital sebagai rumah sakit yang humanis: High Tech dan High Touch.

Meskipun Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi yang terletak di Cengkareng, Jakarta Barat telah memiliki relawan pemerhati, namun menjelang beroperasinya Tzu Chi Hospital di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara pada bulan April 2021, kebutuhan akan kontribusi dan partisipasi insan Tzu Chi sebagai relawan pemerhati di Tzu Chi Hospital semakin dibutuhkan.

Inilah yang menjadi latar belakang Tzu Chi Indonesia mengadakan pelatihan relawan rumah sakit, yang dirangkai dalam 6 bulan berturut-turut dimulai dari bulan September 2020 hingga bulan Februari 2021. Sedangkan di bulan Maret 2021, diharapkan insan Tzu Chi asal Jakarta sudah dapat mengikuti pelatihan offline di Gedung Tzu Chi Hospital, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.

Pelatihan perdana yang berlangsung pada hari Minggu, 6 September 2020 ini diikuti oleh 839 relawan melalui aplikasi Zoom, dengan dipandu Suriadi, Kepala Sekretariat Tzu Chi Indonesia sebagai pemandu acara.

“Keselamatan dan kesehatan adalah berkah bagi kita semua. Pandemi Covid-19 kali ini, memberikan kita sebuah pelajaran dan pendidikan kalau kita harus selalu intropeksi dan mawas diri. Selain menjaga dan melatih diri sendiri, kita juga harus berbuat kebajikan dengan mengajak orang lain agar lebih banyak menjaga bumi dan bervegetaris,” kata Liu Su Mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dalam sambutannya.


Pelatihan perdana yang berlangsung pada hari Minggu, 6 September 2020, diikuti oleh 839 relawan melalui aplikasi Zoom dan media sosial lainnya.

Pembangunan Tzu Chi Hospital hingga saat ini telah mencapai tahap penyelesaian. Namun, sebenarnya ada satu kekhawatiran dalam hati Liu Su Mei. Walaupun Tzu Chi Indonesia dapat menerapkan empat misi Tzu Chi (Amal, Kesehatan, Pendidikan, Budaya Humanis), memiliki banyak ladang berkah, banyak pengusaha yang mendukung, ada rumah sakit yang berbudaya humanis, berteknologi paling canggih, tetapi nantinya bagaimana dengan tim medis? Apakah kita (Tzu Chi Indonesia) akan memiliki tim medis yang welas asih? Apakah nantinya kita akan punya relawan yang penuh cinta kasih juga … ? Apakah nantinya rumah sakit kita benar-benar dapat menjadi rumah sakit berbudaya humanis, yang memiliki cinta kasih? Apakah rumah sakit Tzu Chi ini dapat menjadi rumah sakit idaman Master Cheng Yen dan menjadi teladan rumah sakit di Indonesia… ?

Semua pertanyaan ini memerlukan dukungan dan kontribusi dari semua orang: relawan, donatur, dan masyarakat. Empat Misi Tzu Chi adalah rumah kita. Tzu Chi Hospital diharapkan nantinya selain menjaga kesehatan, melindungi jiwa, juga dapat menjaga cinta kasih. “Tzu Chi adalah bagian dari kehidupan kita semua, kita harus sepaham, harus sejalan. Asalkan kita semua bersatu hati, saya yakin kita semua dapat mencapai tujuan yang kita mimpikan. Meskipun saat ini kita tidak bisa pulang ke Taiwan untuk training, dan meskipun rumah sakit, kegiatan operasional agak mundur menjadi tahun depan, tetapi langkah kita tidak boleh berhenti. Semoga kita semua dapat dengan sepenuh hati, mengikuti training online hari ini,” kata Tsai Liu Su Mei kepada para peserta pelatihan perdana ini.

Menutup pesannya, Liu Su Mei mengatakan, “Setelah pandemi covid ini berakhir, kita pasti akan dapat kesempatan bertemu dan training kembali di Jakarta maupun di Taiwan. Tahun depan, Tzu Chi Hospital akan diresmikan. Kita harus percaya diri, Tzu Chi Hospital pasti dapat menjdi rumah sakit yang berbudaya humanis, penuh cinta kasih.”  

Sementara itu, Sugianto Kusuma, Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi menyampaikan bahwa Tzu Chi Hospital ini merupakan rumah sakit Tzu Chi pertama yang dibangun dan beroperasi di luar negeri (Taiwan). “Ini menjadi kebanggaan kita, tetapi juga ‘beban’ juga karena membawa nama Tzu Chi Indonesia. Kita harus bisa mewujudkan Tzu Chi Hospital menjadi sebuah rumah sakit yang humanis dan penuh cinta kasih dalam melayani sesama,” kata Sugianto Kusuma.

Sugianto Kusuma juga menjelaskan tentang betapa pentingnya sumberdaya manusia (dokter, tim medis, dan relawan) dan fasilitas kesehatan yang tersedia di Tzu Chi Hospital. “Jadi saya rasa suksesnya rumah sakit ini (Tzu Chi Hospital) ini bukan seberapa modernnya, berapa canggihnya, atau berapa bagusnya bangunan rumah sakit ini, tetapi sebetulnya software kita, pelayanannya lebih penting dari pada hardware-nya itu. Jadi kesuksesan rumah sakit ini merupakan kesuksesan kita bersama. Kita sama-sama menjalankan semangat Tzu Chi untuk pelayanan di rumah sakit ini.”

Tekad dan Motivasi


Lin Bi-Yu, Vice President Tzu Chi Foundation memberikan pengalamannya dalam mendampingi Master Cheng Yen ketika membangun Rumah Sakit Tzu Chi di Taiwan. Penuh tantangan, namun dengan kesungguhan dan tekad yang kuat Rumah Sakit Tzu Chi di Taiwan akhirnya dapat berdiri.

Pada pelatihan ini, Lin Bi-Yu, Vice President of the Tzu Chi Foundation menjelaskan perjalanan Tzu Chi dimulai dari tidak memiliki atau kekurangan dana, tidak ada sumber daya manusia, dan tidak ada lahan. “Saya ingat pada saat rumah sakit kita dibuka, saya pernah berkata saya mau mengikuti Master dari kehidupan ke kehidupan,” tegasnya.

Ketika Master Cheng Yen dalam sebuah pertemuan dengan murid-muridnya menyampaikan tekadnya untuk membangun rumah sakit, beliau mendapat tantangan dari hampir setiap orang. Salah satunya Profesor Chen Can-hui, orang yang pertama kali menyumbangkan satu pon emas kepada Tzu Chi. Hanya Lin Bi-yu yang dengan terbuka mendukung gagasan Master Cheng Yen.

Setelah rapat, Lin Bi-yu meyakinkan Master bahwa mendirikan rumah sakit tidaklah sulit. “Kita hanya perlu menyediakan ruangan beberapa meter persegi, merekrut beberapa dokter dan membeli peralatan medis dasar,” kata Lin Bi-yu saat itu.

Dengan detail, Master Cheng Yen menjelaskan gagasannya. “Ini bukanlah klinik dengan dua atau tiga orang dokter. Berhubung ingin membangun rumah sakit, haruslah berskala besar seperti Rumah Sakit Universitas Nasional Taiwan atau RSU Veteran Taipei yang memiliki peralatan lengkap,” kata Master Cheng Yen.

Lin Bi-yu terkejut mendengar penjelasan Master Cheng Yen, namun diam-diam mengagumi keberanian Master Cheng Yen yang melampaui kebanyakan orang. Sementara itu, ketidaksetujuan sebagian besar murid Master didasari oleh alasan bahwa Tzu Chi saat itu tak memiliki uang maupun tanah yang cocok untuk sebuah rumah sakit. Selain itu menjalankan rumah sakit butuh banyak keterampilan spesifik, pengetahuan dan pengalaman.

Lima tahun setelah rencana itu, relawan baru dapat menggalang dana sebesar 30 Juta dolar NT atau sekitar Rp 12 miliar. Dengan kata lain tidak sampai 5 persen dari dana yang dibutuhkan. Namun Master Cheng Yen tak sekalipun mundur. Keputusannya untuk membangun rumah sakit tidak didasarkan kemampuan, tapi lebih pada kebutuhan akan rumah sakit itu.

Itulah sekelumit kisah Master Cheng Yen ketika memulai membangun rumah sakit. Kisah ini juga ada di dalam buku berjudul Tantangan yang ditulis oleh Gary Ho, yang lebih dari 30 tahun di Tzu Chi mengobservasi keputusan-keputusan yang diambil Master Cheng Yen beserta pertimbangan yang diambilnya.

High-Tech dan High-Touch Hospital


Prof. DR. Dr. Satyanegara, Sp.BS(K)., Direktur Senior Tzu Chi Hospital menjelaskan moto Tzu Chi Hospital adalah High Tech and High Touch.

Pada 10 Februari 2013, Tzu Chi Indonesia mendapat restu dari Master Cheng Yen untuk mendirikan Tzu Chi Hospital Indonesia. Berselang 3 tahun kemudian, tepatnya pada 31 Mei 2015, menjadi momen sejarah peletakan batu pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan Tzu Chi Hospital Indonesia, di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.

Prof. DR. Dr. Satyanegara, Sp.BS(K)., Direktur Senior Tzu Chi Hospital menjelaskan moto Tzu Chi Hospital adalah High Tech and High Touch. High Tech diartikan sebagai menikmati buah kemajuan teknologi. “Tidak hanya peralatan medis yang modern, tetapi para medis harus memiliki kemampuan tinggi untuk menguasai peralatan medis yang canggih di Tzu Chi Hospital nantinya,” ungkap Prof. Satyanegara.


“Kami membuat konsep desain Tzu Chi Hospital bersumber pada High-Tech, dan High-Touch,” jelas Dr. Gunawan Susanto, Sp.BS., Direktur Utama Tzu Chi Hospital.

Untuk pencapaian high tech, Tzu Chi Hospital menerapkan penggunaan Information Technology (IT) yang canggih, adalah system paperless (tidak menggunakan kertas), semuanya menggunakan perangkat eletronik sebagai alat komunikasi antara Tzu Chi Hospital dengan para pasien.

Selain tiga fasilitas diatas, Tzu Chi Hospital juga akan memiliki relawan pemerhati  yang humanis, untuk menjalin jodoh baik antara Tzu Chi Hospital dengan para pasien dalam pelayanan dan kenyamanan  bagi pasien yang datang berobat di Tzu Chi Hospital.

Dengan moto inilah menjadi harapan Tzu Chi Hospital untuk mengurangi para pasien Indonesia yang berobat ke luar negeri, dapat memberikan pelayanan kesehatan yang optimal dan merata kepada pasien yang tidak mampu dapat terwujud, seperti yang menjadi latar belakang berdirinya Tzu Chi Hospital di Indonesia.


Perencanaan untuk pembangunan Tzu Chi Hospital di Indonesia, mengacu pada empat hal yang menjadi prinsip Tzu Chi Hospital: Ketulusan, Kebenaran, Keyakinan, dan Kesungguhan.

Dr. Gunawan Susanto, Sp.BS., Direktur Utama Tzu Chi Hospital memaparkan sejak awal 2013, dimulainya perencanaan untuk pembangunan Tzu Chi Hospital di Jakarta, mengacu pada empat hal, yatu ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan. “Kami membuat konsep desain Tzu Chi Hospital bersumber pada High-Tech, dilengkapi dengan sarana dan prasarana, fasilitas dengan teknologi canggih, dan sumber daya manusia. High-Touch, pelaksanaannya mengedepankan empati dan berbudaya humanis,” kata Dokter Gunawan.

Menjadi Relawan Pemerhati Tzu Chi Hospital


“Tzu Chi Hospital ini adalah milik Tzu Chi. Bila bukan kita, insan Tzu Chi, siapa lagi yang akan memperhatikan rumah sakit ini?” tegas Shelly Widjaja, Wakil Ketua He Qi Utara 1 menyampaikan alasannya menjadi relawan pemerhati rumah sakit.

Dalam kurun enam bulan mendatang, Tzu Chi Hospital akan beroperasi. Selain memliki tim medis yang berkemampuan tinggi, peralatan medis yang modern, teknologi yang canggih, juga memerlukan relawan pemerhati yang humanis. Hardware yang baik tentu harus didukung software yang baik agar dapat berfungsi maksimal sesuai harapan.

Shelly Widjaja, relawan Komite komunitas He Qi Utara 1 menjelaskan alasannya berkeinginan menjadi relawan pemerhati Tzu Chi Hospital. “Tzu Chi Hospital ini adalah milik Tzu Chi. Bila bukan kita, insan Tzu Chi, siapa lagi yang akan memperhatikan rumah sakit ini,” kata Shelly Widjaja, seusai mengikuti pelatihan ini.

Sementara relawan Tzu Chi lainnya, Minarni mengungkapkan bahwa menjadi relawan pemerhati rumah sakit merupakan praktik dalam tindakan nyata, seperti yang diharapkan Master Cheng Yen kepada para muridnya. “Selain mau menggunakan tubuh kita yang masih sehat ini untuk bersumbangsih, juga ingin menjalin jodoh baik dengan semua makhluk, sekaligus bisa menjalankan 4 misi dan 8 jejak Dharma,” kata Minarni.


Minarni, relawan Tzu Chi mengungkapkan bahwa menjadi relawan pemerhati rumah sakit merupakan praktik dalam tindakan nyata seperti yang diharapkan Master Cheng Yen kepada para muridnya.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Lily, relawan Tzu Chi, terus ingin menjalin jodoh karma baik dengan banyak makhluk dan menggunakan tubuh yang sehat untuk melakukan hal yang berguna bagi banyak orang. “Dulu, saya sering membawa putra saya berobat ke dokter di salah satu klinik. Di sana, banyak pasien kanker anak-anak, sangat kasihan melihatnya. Mereka masih kecil, sudah menderita, harus transfusi darah. Alangkah baiknya, bila kita insan Tzu Chi bisa berada di sana untuk menghibur mereka dan keluarganya,” terang Lily.

Memiliki tubuh yang sehat adalah berkah yang sangat disyukuri, terlebih jika bisa menggunakannya untuk membantu orang lain. “Sakit adalah hal yang paling menderita dalam hidup ini. Saya berharap dengan badan saya yang masih sehat ini, bisa digunakan untuk membantu meringankan yang sakit dan menjalin jodoh baik dengan semua orang,” kata Ijoh So Lin, relawan Tzu Chi lainnya menjelaskan keinginannya menjadi bagian dari Tzu Chi Hospital

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Menjadi Relawan Rumah Sakit yang Humanis

Menjadi Relawan Rumah Sakit yang Humanis

08 September 2020

Bulan April 2021, Tzu Chi Hospital direncanakan akan mulai beroperasi. Selain fasilitas gedung dan peralatan yang canggih, kehadiran tenaga medis dan relawan pemerhati yang humanis juga menjadi hal yang sangat penting. Karena itulah diadakan Pelatihan Relawan Pemerhati Tzu Chi Hospital (secara online) pada Minggu, 6 September 2020 yang diikuti 839 orang peserta dari berbagai wilayah di Indonesia.

Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -