Menjalani Hidup Penuh Makna, Penuh Sukacita

Jurnalis : Giok Chin Lie (He Qi Timur), Fotografer : Felicite Angela Maria (He Qi Timur)

doc tzu chi

Sejumlah relawan komunitas He Qi Timur, Hu Ai Kelapa Gading turut bahu-membahu membersihkan aula Jing Si.

Kelancaran kegiatan Pemberkahan Awal Tahun pada 11-12 Februari 2017 tak lepas dari peran para relawan yang membersihkan Aula Jing Si. Sepekan sebelumnya, Minggu, 5 Februari 2017, puluhan relawan berdatangan di Aula Jing Si sejak pagi. Sekitar 26 insan Tzu Chi komunitas He Qi Timur, Hu Ai Kelapa Gading bergabung bersama relawan lainnya untuk membersihkan rumah batin kebanggaan insan Tzu Chi Indonesia ini.

Setiap sisi ruangan aula yang besar ini pun dibersihkan, dikerjakan secara bergotong royong. Ada yang mengepel lantai, ada yang membersihkan bangku-bangku teratai aula, ada yang membersihkan jendela. Semua dikerjakan dengan penuh suka cita yang membuat ladang berkah yang besar ini terasa lebih ringan.

Adalah Chennywati Chitra (71), atau  yang lebih akrab disapa Chen-Chen terlihat bersemangat membersihkan sisi-sisi tangga. Peluh yang membasahi sekujur tubuh tak dihiraukannya. Sepenuh hati, relawan komite sejak tahun 2015 ini terus membersihkan. Usia senja tidak membuatnya mengeluh kelelahan.

Sambil tangan dan kakinya sibuk maju mundur menggerakkan alat pembersih lantai, Chen-Chen bercerita bahwa, jodoh awalnya dengan Tzu Chi terjalin pada tahun 2000. Saat itu ia mendapatkan dua buah buku Kata Perenungan Master Cheng Yen dari salah satu saudaranya di Taiwan yang datang mengunjunginya. Lalu di bulan Maret 2009, ia mulai aktif mengikuti kegiatan daur ulang di Depo Pegangsaan Dua, Kelapa Gading. Setelah itu berlanjut terus ikut kegiatan di He Qi Timur, Hu Ai Kelapa Gading .

 

Usianya yang sudah menginjak 71 tahun tak menjadi halangan bagi Chen-Chen untuk ikut membersihkan Aula Jing Si. Sepenuh hati, relawan komite sejak tahun 2015 ini terus membersihkan.

Banyak kegiatan yang ia ikuti, mulai dari kunjungan kasih, memasak dan bersih-bersih. Kini ini sudah pindah ke Pantai Indah Kapuk Jakarta, dan tinggal bersama anaknya. Maka hampir  setiap hari dia selalu rajin datang membantu di Tzu Chi Indonesia. Anaknya mendukung kegiatannya bergabung menjadi murid Master Cheng Yen.

“Mencari kesibukan, karena tidak ada kerjaan jadi sulit melewati hari. Kalau ada kerjaan tahu-tahu sudah sore,” ujarnya.

Selain Chen-Chen, ada juga Liong Siong (38) seorang pemerhati Tzu Chi yang ikut serta membantu membersihkan jendela sepanjang lorong aula lantai 4 yang besar dan tinggi. Wirausahawan muda ini sebenarnya sudah lama memperhatikan Tzu Chi. Pada tahun 2004, saat pergi berdinas ke Taiwan, ia sempat menonton tayangan televisi lokal Taiwan, DAAI TV.

“Saya sempat menonton saat Master Cheng Yen berceramah di tayangan itu. Seketika saya takjub, melihat sosok Master Cheng Yen di televisi, mendengar ceramah yang disampaikan menyentuh hati saya,” ujarnya.

Sekembalinya ke tanah air, karena kesibukan juga membuat nama Tzu Chi sempat terlupakan dalam ingatannya. Sampai tanpa sengaja ia bertemu dengan seorang tetangga yang kebetulan relawan Tzu Chi beragama muslim, Endang Supriatna. Sering terlibat perbincangan dan cerita tentang sumbangsih Tzu Chi yang demikian besar di berbagai belahan dunia dan juga sosok guru Master Cheng Yen, membuat ingatan Liong tentang Tzu Chi terngiang kembali.

Relawan Endang Supriatna tampak fokus membersihkan jendela.

Timbul semangatnya lagi untuk bisa ikut bersumbangsih bagi Tzu Chi. Maka saat dihubungi oleh relawan Endang dan diajak ikut kegiatan bersih-bersih aula Jing Si, ia langsung menyanggupi. Walau di tengah kesibukannya sebagai pengusaha, kegiatan di Tzu Chi ini memberi semangat baru bagi Liong. 

“Ini kesempatan yang baik, bisa belajar, bertemu dengan relawan-relawan komunitas Tzu Chi lainnya, melihat langsung dari dekat bagaimana insan-insan Tzu Chi yang sungguh-sungguh melakukan aktivitas sosial mereka. Seperti bersih-bersih aula ini, bahkan sampai sudut-sudut terkecil pun tekun dikerjakan sampai bersih. Padahal saya di rumah belum tentu bisa melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan di Tzu Chi,” ungkapnya lagi.

Turut serta dalam kegiatan ini membuat Liong menyadari bahwa setiap hal yang positif jika dikerjakan bersama-sama akan lebih ringan dan memberikan kebahagiaan. “Buat saya pribadi kalau saya bisa melihat orang lain senang, dalam hati saya pun juga ikut senang dan puas,” tukasnya.  


Artikel Terkait

Pemberkahan Akhir Tahun 2018

Pemberkahan Akhir Tahun 2018

07 Februari 2019
Pemberkahan Akhir Tahun 2018 Tzu Chi Indonesia kali ini terasa berbeda. Penampilan Persamuhan Dharma Wu Liang Yi Jing yang menjadi inti semangat Tzu Chi, menjadi isi dari pemberkahan akhir tahun. Sebanyak 865 orang relawan melafalkan Sutra dan melakukan gerakan isyarat tangan dengan sangat indah pada Minggu, 13 Januari 2019. Seminggu kemudian, Minggu, 20 Januari 2019 di tempat yang sama juga diadakan Pemberkahan Akhir Tahun 2018 untuk masyarakat umum. Kegiatan ini dihadiri 3.620 peserta (dua sesi, pagi dan siang).
Khidmatnya Pemberkahan Akhir Tahun 2016 di Batam

Khidmatnya Pemberkahan Akhir Tahun 2016 di Batam

12 Januari 2017

Menjelang penutupan tahun di kalender Imlek, insan Tzu Chi di seluruh dunia akan bergiliran menyelenggarakan acara pemberkahan akhir tahun. Pada minggu pertama Januari ini (08/01), relawan Tzu Chi Batam kembali menyelenggarakan acara pemberkahan akhir tahun di Pacific Palace Hotel Batam. Total peserta mencapai 1.065 orang.

Pemberkahan Akhir Tahun: Sebuah Acara Lintas Agama

Pemberkahan Akhir Tahun: Sebuah Acara Lintas Agama

13 Januari 2014 Dalam sharing itu para warga mengungkapkan bahwa mereka tak sekadar menerima bantuan, tapi lebih dari itu mereka juga diajarkan tentang kasih sayang lintas batas, berbuat untuk sesama, dan budaya humanis.
Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -