Sebanyak 136 relawan mengikuti pelatihan bertema “Menjalankan Praktik Bodhisatwa dengan Cinta Kasih Tanpa Batas” yang digelar pada Minggu, 7 September 2025.
Minggu, 7 September 2025, sebanyak 136 relawan mengikuti pelatihan bertema “Menjalankan Praktik Bodhisatwa dengan Cinta Kasih Tanpa Batas.” Berbeda dari pelatihan sebelumnya, kali ini Tzu Chi menghadirkan pembicara langsung dari Jakarta untuk berbagi inspirasi dan memperkuat semangat welas asih para relawan.
Suasana pelatihan dibuka dengan pradaksina yang berlangsung khidmat. Para relawan berjalan beriringan mengelilingi altar dengan hati tenang, menyelaraskan pikiran dan batin sebelum memasuki sesi inti. Setelah itu, rangkaian materi disampaikan oleh tim relawan Jakarta yang membekali peserta dengan motivasi untuk semakin teguh menjalankan praktik Bodhisatwa.
Relawan melaksanakan pradaksina dengan khidmat, menyelaraskan pikiran dan batin sebelum memulai rangkaian pelatihan.
Suriadi Direktur Umum Tzu Chi Hospital menyampaikan materi mengenai transformasi Tzu Chi dari langkah kecil hingga menjadi misi besar.
Pada sesi pembuka, relawan Suriadi membawakan materi berjudul “Transformasi Tzu Chi dari Langkah Kecil ke Misi Besar.” Ia menuturkan perjalanan panjang Yayasan Buddha Tzu Chi yang bermula dari tekad sederhana untuk menolong sesama, hingga kini berkembang menjadi gerakan kemanusiaan yang memadukan semangat kerelawanan dengan pemanfaatan teknologi digital.
Dilanjutkan oleh relawan Iing Felicia dengan tema “Pendidikan Humanis Inspirasi Teladan.” Felicia menggambarkan pendidikan sebagai proses transformasi layaknya siklus hidup kupu-kupu—dari telur, ulat, kepompong, hingga menjadi kupu-kupu yang indah. Ia menekankan bahwa pendidikan sejatinya membentuk anak yang sehat, bahagia, dan berkarakter kuat. “Tujuan pendidikan adalah menjernihkan hati manusia. Dunia akan aman dan damai ketika kita semua memberikan yang terbaik dari hati,” ujarnya.
Iing Felicia Kepala Sekolah (KB) Tzu Chi School PIK memaparkan pentingnya pendidikan humanis sebagai sarana membentuk generasi yang sehat, bahagia, dan berkarakter.
Lulu relawan pemerhati Tzu Chi Hospital mengajak peserta untuk menumbuhkan empati dan ketangguhan hati dalam menjalankan perjalanan Bodhisatwa.
Sesi berikutnya menghadirkan relawan Lulu dengan materi “Belajar Menuju Kesadaran Melalui Perjalanan Bodhisatwa.” Lulu mengajak para relawan untuk melihat penderitaan dengan empati yang tulus, sekaligus menyadari bahwa hidup penuh dengan ketidakkekalan. “Semua orang pasti ingin berkembang dan menjadi lebih baik. Karena itu, kita perlu mengemban tanggung jawab, karena di sanalah kita belajar,” pesannya.
Pelatihan kali ini juga mempertemukan kembali jalinan baik antara Lulu Shi Jie dan Nurhasanah, seorang relawan dari Selatpanjang yang mengikuti kegiatan lewat Zoom. Nurhasanah, yang dahulu merupakan Gan En Hu penerima bantuan operasi bedah plastik akibat luka bakar, kini tampil sebagai sosok penuh semangat. Ia tidak hanya pulih secara fisik, tetapi juga menemukan kembali semangat hidupnya.
Kisah Nurhasanah menjadi inspirasi sekaligus bukti jalinan jodoh baik yang terjalin melalui pendampingan Tzu Chi hingga saat ini.
Melalui program “Mimpi Jadi Nyata” yang digagas Lulu Shi Jie, Nurhasanah bahkan berhasil dipertemukan kembali dengan ibunya setelah terpisah 20 tahun lamanya. Dengan penuh haru, ia menyampaikan terima kasih atas pendampingan penuh cinta kasih yang telah ia terima hampir 19 tahun. Kini, ia pun aktif menjadi relawan Tzu Chi di Selatpanjang, meneruskan cinta kasih yang pernah ia terima dengan mengulurkan tangan bagi sesama.
Editor: Anand Yahya