Menjangkau Surga di Kedua Telapak Kaki Ayah

Jurnalis : Beverly Clara (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun), Fotografer : Beverly Clara, Vincent (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun)

Relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan perayaan Hari Ayah dengan sesi membasuh kaki dan penyuguhan teh untuk sang ayah.

Selama dua tahun terakhir wabah pandemi Covid-19, kekhawatiran melanda seluruh aspek kehidupan. Selain kekhawatiran terhadap kesehatan, terdapat juga kekhawatiran pada segi ekonomi. Di tengah hiruk pikuk pandemi, dalam diamnya para kepala keluarga, terdapat kerisauan yang amat mendalam, memikirkan dan melakukan segala cara agar keluarga tetap sehat dan selamat. Pada saat yang sama juga mempertahankan agar tiap suap nasi tidak terputus. Terhalau oleh kesibukan dan gengsi seorang kepala keluarga, siapa yang dapat mengetahui isi hatinya?

Merasa ada perlunya apresiasi dan pendekatan kepada kepala keluarga baik itu para ayah atau ibu tunggal terhadap perjuangannya selama ini, Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan acara perayaan Hari Ayah. Acara diadakan pada Minggu, 19 Juni 2022, pukul 09.00 WIB, dan diikuti oleh sebanyak 62 orang peserta.

Para ayah bermain games dengan seru bersama buah hati mereka.

Paulina, seorang anggota Tzu Ching (muda-mudi Tzu Chi) menyuapi sang ayah untuk pertama kalinya ketika bermain games.

Pada permulaan acara, semua peserta bersama-sama menyaksikan video Master Cheng Yen Bercerita yang berjudul Kisah Keranjang Besar. Dalam video ini Master Cheng Yen, pendiri Tzu Chi, menekankan akan pentingnya pendidikan keluarga. Nilai kekeluargaan hendaknya dilandasi oleh nilai-nilai kebajikan, dan kebajikan yang paling utama ialah berbakti. Dalam sebuah keluarga, jika orang tua penuh cinta kasih dan anak berbakti maka nilai kekeluargaan dalam keluarga itu pasti sangat tinggi.

Berbagai games yang menarik juga disisipkan dalam acara. Hanya pada saat momen-momen seperti inilah dalam sepanjang tahun beberapa kepala keluarga dapat berinteraksi dengan penuh kasih sayang tanpa rasa gengsi dengan buah hatinya. Pada game pertama, para ayah berperan sebagai polisi dan anak sebagai seniman forensik. Anak harus mewawancarai seorang relawan yang berperan sebagai saksi TKP tentang penampilan pelaku dan menggambarnya. Kemudian, sang ayah harus mencari pelaku di antara para hadirin dengan petunjuk berupa karya tersebut.

Sesi foto bersama para ayah yang hadir dalam acara perayaan Hari Ayah.

Pada game kedua, anak-anak berlomba-lomba untuk menyuapi kacang kepada sang ayah dengan menggunakan sumpit. Game terakhir, sang ayah diberi penutup mata dan anak-anak menggandeng mereka melewati rintangan untuk mendapatkan sebuah boneka, siapa yang paling pertama mendapatkan dan meletakkan boneka dalam wadah adalah pemenangnya. Para ayah yang menjadi pemenang mendapatkan kesempatan bermain tikam, sebuah permainan yang populer pada tahun 1980-an dan 1990-an yang kini hilang ditelan zaman. Hadiah tikam yang disediakan adalah berbagai snack vegetarian, permen, mi DAAI, dan kata perenungan. Dari permainan-permainan tersebut, diharapkan para pejuang keluarga ini dapat kembali menghidupkan kenangan masa kecilnya yang seru dan penuh warna.

Seusai bermain game, Edi Gunawan, relawan yang menjadi pembimbing di Kelas Budi Pekerti Tzu Chi membawakan sebuah lagu dalam bahasa Hokkien berjudul “酒干倘卖无” (Adakah Botol Kosong yang Mau Dijual) yang merupakan soundtrack dari film “Papa, Can You Hear Me Sing”. Alasannya karena film tersebut mengisahkan perjuangan seorang ayah membesarkan anaknya hingga sukses yang sangat mengharukan, sehingga relevan dengan acara pada pagi hari itu.

Momen Basuh Kaki, Momen Mengenang Perjuangan Ayah

Paulina beserta kakak dan adiknya berlutut serta beranjali di hadapan sang ayah sebelum bersujud kepadanya.

Sesi acara perayaan Hari Ayah yang ditunggu-tunggu pun tiba, yaitu sesi basuh kaki dan penyajian teh. Ketika anak mulai berlutut di hadapan sang ayah dan membasuh kaki, tampak beberapa ayah menolehkan pandangannya dan terdiam seribu bahasa, berusaha sekuat tenaga menahan tangis dan menyembunyikan suaranya yang mulai pecah karena rasa haru. Ketika anak berlutut di hadapan sang ayah, air mata pun tak terbendungkan. Isak tangis memenuhi seisi ruangan bersamaan dengan lantunan berbagai lagu penuh makna mengenai sosok ayah. Sungguh suatu pemandangan yang sangat mengharukan.

Paulina, seorang Tzu Ching (muda-mudi Tzu Chi) menggenggam kesempatan ini untuk bertemu dan membasuh kaki ayah bersama kakak dan adiknya. Setelah mendapat kabar bahwa sang ayah akan pulang dari Singapura untuk mengikuti acara Hari Ayah di Tzu Chi Tanjung Balai Karimun, tanpa berpikir panjang lagi ia pun menempuh perjalanan dari Batam ke Tanjung Balai Karimun. Sepanjang sesi basuh kaki ia beserta kakak dan adiknya menangis sejadi-jadinya. Ia memeluk dan mencium wajah sang ayah dengan penuh kasih sayang, melampiaskan rasa rindunya setelah dua tahun tidak bertemu.

Paulina sekeluarga berusaha tersenyum di depan kamera sambil menahan tangis haru setelah sesi basuh kaki dan penyajian teh kepada sang ayah.

“Sebelumnya belum pernah bermain game bareng Papa, suapin Papa juga sepertinya belum pernah, tadi pertama kali. Lalu cuci kaki, karena dua tahun sudah tidak ketemu dan tidak merayakan Hari Ayah, kini dikasih kesempatan, jadi semakin merasa terharu,” ucap Paulina sambil bercucuran air mata.

“Papa mulanya kerja di dua tempat, pagi sampai siang kemudian sore sampai malam, kita sebagai anak juga pagi kerja, malamnya kuliah. Lalu Papa selesai kerja itu biasanya jam 10 malam, jadi setiap jam segitu kami video call. Kami juga saling memberitahu agar jaga diri baik-baik, apalagi waktu itu pandemi lagi tinggi-tingginya kasus, agar kami bisa berjumpa lagi, dan sekarang akhirnya bisa jumpa lagi, saya merasa sangat bersyukur,” lanjut Paulina menceritakan bagaimana caranya keluarga mereka menjaga agar tetap dekat walaupun terpisah oleh jarak.

“Sebagai anak hendaknya dapat memahami perasaan orang tua dan harus menyayangi diri sendiri, dengan demikian baru bisa benar-benar membalas budi luhur orang tua.” (Kata Perenungan Master Cheng Yen)

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

Persiapan Hari Ayah

Persiapan Hari Ayah

25 Juli 2011
Seperti yang dikatakan Buddha bahwa kita dapat membalas budi pada orang tua dengan bertobat dari kesalahan-kesalahan kita. Beliau juga menjelaskan bahwa kita dapat berbakti dengan berdana dan menanam berkah.
Bertobat di Hari Ayah

Bertobat di Hari Ayah

11 Agustus 2011
Sang anak berlutut di depan ayah, menghidangkan teh, memberi kartu ucapan, kemudian membasuh wajah, tangan, dan kaki ayah, kemudian anak memeluk ayah sambil berkata “Papa, aku sayang Papa!” Tersentuh oleh ketulusan sang anak, air mata ayah pun tak terbendung.
Lambang Kasih Untuk Ayah

Lambang Kasih Untuk Ayah

24 Juni 2014 Hari Ayah memang tidak sepopuler hari ibu. Namun Sebagai bentuk sebuah penghormatan kepada sosok ayah akan peran dan tanggung jawabnya dalam rumah tangga, maka pada tanggal 15 Juni 2014, Xiao Tai Yang dan Tzu Shao hadir di Kantor Tzu Chi Batam.
Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -