Menuju Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-152 yang Memberi Harapan Baru untuk Warga Bandung

Jurnalis : Rizki Hermadinata (Tzu Chi Bandung), Fotografer : Alvin, Dayar, Firly, Fadil, Regina, Reynard (Tzu Chi Bandung)

Relawan Tzu Chi mendampingi salah satu warga penderita katarak. Screening Baksos Kesehatan ini melayani pemeriksaan dan tindakan untuk operasi katarak, bibir sumbing, hernia, serta bedah tumor jinak.

Semangat kemanusiaan kembali berkobar di Kota Bandung. Para relawan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Jakarta dan Bandung tampak sibuk melayani para pasien dalam kegiatan Screening Bakti Sosial (Baksos) Kesehatan Tzu Chi ke-152 yang diselenggarakan di Rumah Sakit Murni Teguh Naripan, Bandung, pada 25 Oktober 2025.

Pelayanan humanis para relawan menjadi pemandangan yang menghangatkan hati. Mereka menunjukkan dedikasi tinggi dalam memastikan setiap detail pelayanan kesehatan gratis dapat berjalan optimal. Mulai dari pengepakan obat-obatan, penataan peralatan medis, hingga penyusunan data pasien dan kebutuhan administrasi, semua dilakukan dengan teliti dan penuh kehangatan.

“Hari ini kita melakukan screening yang menjadi persiapan untuk Bakti Sosial ke-152, yaitu baksos skala besar yang melibatkan tindakan-tindakan operasi. Ada empat operasi utama, yakni operasi hernia, katarak, bibir sumbing, serta pengangkatan benjolan atau tumor kecil pada tubuh. Dan hari ini adalah hari screening, pemeriksaan awal sebelum pelaksanaan operasi,” jelas dr. Subekti N. Kartasasmita, Ketua Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Bandung.

Dari total 553 pendaftar dalam screening bakti sosial kesehatan ini, sebanyak 203 orang dinyatakan lolos dan akan menjalani tindakan operasi.

Baksos Kesehatan di RS Murni Teguh Naripan Bandung ini, seperti kegiatan Tzu Chi sebelumnya, bertujuan untuk membantu masyarakat kurang mampu yang membutuhkan layanan kesehatan. Kegiatan besar ini menunjukkan sinergi kuat antara lembaga sosial dan fasilitas kesehatan.

“Tentu tujuan kita yang utama adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat. Beberapa penyakit yang kita tangani di sini sesuai dengan niat mulia dari Tzu Chi dan RS Murni Teguh, yaitu memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat sebanyak mungkin, agar bisa menolong mereka yang benar-benar membutuhkan,” ujar dr. Indahwaty, Sp.PK., M.Kes., Wakil Direktur Pelayanan RS Murni Teguh Naripan Bandung.

Screening Baksos Kesehatan ini meliputi tindakan operasi seperti katarak, hernia, bibir sumbing, dan bedah minor untuk tumor jinak. Empat jenis penyakit ini dianggap paling penting karena berdampak besar bagi penderita, terutama bagi mereka yang masih berada di usia produktif.

“Sasaran kita adalah penderita hernia, bibir sumbing, celah langit-langit, serta tumor-tumor kecil atau bedah minor lainnya. Untuk katarak, jumlah penderitanya akan terus bertambah karena sifatnya degeneratif. Hernia banyak dialami oleh mereka yang masih muda dan bekerja untuk menghidupi keluarga. Sementara operasi bibir sumbing diharapkan dapat membantu mereka berbicara lebih baik dan tampil lebih percaya diri, baik secara sosial maupun estetis,” jelas dr. Ruth O. Anggraeni, Ketua Baksos TIMA Indonesia.

Para peserta screening tidak hanya berasal dari Bandung Raya, tetapi juga dari daerah sekitar seperti Cianjur dan Sumedang. Screening Baksos Kesehatan ini juga merupakan kerja sama antara Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan RS Murni Teguh Naripan Bandung.

Dari total 367 warga yang mengikuti screening kesehatan ini, sebanyak 203 orang dinyatakan lolos dan akan menjalani tindakan operasi. Peserta tidak hanya berasal dari wilayah Bandung Raya, tetapi juga dari daerah sekitarnya seperti Sumedang dan Cianjur.

Salah satunya adalah Enah (77), warga Desa Cijeler, Kecamatan Situraja, Kabupaten Sumedang. Ia menderita katarak di kedua matanya sejak dua tahun lalu.

“Pandangan saya buram, tidak bisa melihat jelas. Kalau siang masih agak terlihat, tapi kalau sudah gelap, saya sama sekali tidak bisa melihat,” tutur Enah singkat.

Enah datang bersama Sawitri, saudaranya. Ia bercerita bahwa Enah tinggal bersama suaminya yang bekerja sebagai penjual kerupuk keliling. Sebelum menderita katarak, Enah yang sehari-harinya bekerja sebagai petani padi dikenal sangat aktif. Namun sejak matanya terganggu, ia tak lagi mampu bertani, bahkan kesulitan berjalan di dalam rumah.

Enah (tengah), warga Desa Cijeler, Kecamatan Situraja, Kabupaten Sumedang, menderita katarak sejak dua tahun lalu yang membuatnya harus berhenti dari aktivitasnya sebagai petani padi.

“Waktu muda, dia sering ke sawah. Karena sering terpapar asap dari kayu bakar, mungkin itu juga penyebab matanya sekarang bermasalah. Dulu masih bisa melihat, tapi dua tahun terakhir penglihatannya semakin buram,” jelas Sawitri.

Berkat dukungan keluarga, Enah akhirnya lolos screening dan bisa menjalani operasi katarak akhir pekan ini. Rasa haru pun tak terbendung. Kini, ia kembali memiliki harapan untuk bisa melihat dunia dengan jelas seperti sedia kala.

Melatih Diri Dengan Cinta Kasih
Di tengah kesibukan screening, para relawan tampak bekerja sama dengan senyum dan semangat gotong royong untuk memberikan pelayanan yang humanis. Semangat “Menyebarkan Cinta Kasih Universal” yang diusung Tzu Chi benar-benar terasa dalam setiap langkah dan sentuhan para relawan.

Baksos kesehatan ini bukan hanya tentang memberikan layanan medis bagi mereka yang membutuhkan, tetapi juga tentang perjalanan batin para relawan yang selalu meninggalkan kisah di setiap jejak pengabdian mereka.

dr. Indahwaty, Sp.PK., M.Kes., Wakil Direktur Pelayanan RS Murni Teguh Naripan Bandung, mengapresiasi kegiatan ini karena sejalan dengan visi dan misi rumah sakit.

Salah satu relawan TIMA Bandung, dr. Sri Yuni Fariyantini, yang telah berdedikasi di Tzu Chi sejak 2008, memiliki kisahnya tersendiri. Baginya, Tzu Chi bukan sekadar kegiatan sosial, melainkan tempat yang membentuk dirinya menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri.

“Tzu Chi ini tidak hanya memberi pelayanan saja, tapi juga memberikan pelajaran bagi diri kita. Melatih kesabaran, melatih agar kita bisa melihat pasien sebagai keluarga sendiri. Jadi, setiap pelayanan yang kita berikan dilakukan dengan hati, seolah kita sedang melayani keluarga kita sendiri,” ujar dr. Sri Yuni Fariyantini.

dr. Sri Yuni Fariyantini, anggota TIMA Bandung yang telah mengabdikan ilmunya di Tzu Chi sejak 2008, menganggap Tzu Chi sebagai tempat di mana ia menemukan versi terbaik dari dirinya.

Bagi dr. Yuni, Tzu Chi bukan hanya wadah untuk berbuat baik kepada orang lain, tetapi juga tempat untuk menempa diri. Berbuat baik sejatinya adalah cara kita memperlakukan diri sendiri dengan penuh kasih, karena kebaikan yang tulus pasti akan kembali kepada diri kita.

“Kita ingin melayani orang lain dengan baik, seperti halnya kita juga ingin dilayani dengan baik. Maka, berikanlah yang terbaik kepada orang lain, karena kebaikan itu akan kembali kepada kita. Saya tidak menjadi orang yang mundur, tetapi menjadi pribadi yang terus maju dan lebih baik. Itulah yang membuat saya bertahan,” tambahnya.

Kegiatan sosial bukanlah hal yang mudah. Melayani masyarakat membutuhkan empati yang tinggi dan kesabaran yang tulus. Di sinilah ujian sejati bagi para relawan untuk terus menabur benih cinta kasih dan menumbuhkannya di setiap hati manusia.

Editor: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Menuju Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-152 yang Memberi Harapan Baru untuk Warga Bandung

Menuju Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-152 yang Memberi Harapan Baru untuk Warga Bandung

30 Oktober 2025

Screening Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi di Bandung siap menghadirkan layanan medis bagi ratusan warga membutuhkan dengan penuh semangat cinta kasih dan gotong royong.

Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -