Kelas berlangsung interaktif dengan sesi tanya jawab. Tampak Berliency (memegang mikrofon) dan Clarista (di sebelahnya) yang turut menjawab.
Kelas Bimbingan Budi Pekerti He Qi Pusat kembali diselenggarakan pada Minggu, 9 November 2025, bertempat di Gedung Gan En, Tzu Chi Center, PIK. Suasana penuh kehangatan dan semangat belajar terpancar dari wajah murid-murid yang hadir didampingi orang tua mereka. Kegiatan ini dihadiri oleh 10 murid Tzu Shao dan 10 murid QZB, 33 relawan Tzu Chi, 11 orang tua murid.
Salah satunya adalah Kelly Teresa Carissa (8). Dengan senyum ceria, Kelly mengaku senang karena kelas hari itu seru sekali. Ia dan teman-temannya membuat origami warna hijau untuk dijadikan pembatas buku. “Aku selesaikan sendiri, dan ditemani Papa dan Mama. Hari ini kami belajar tentang pentingnya menyayangi lingkungan dan diri sendiri. Kita harus belajar bersyukur atas apa pun yang kita miliki,” katanya.
Kelly juga menuturkan bagaimana pelajaran hari itu membuatnya lebih menghargai hal-hal kecil.“Terima kasih untuk Papa dan Mama yang sudah bangunkan saya pagi-pagi dan antar ke Tzu Chi. Ada banyak teman yang datang sendiri tanpa orang tua. Jadi saya bersyukur masih ditemani Papa dan Mama,” ujarnya dengan polos namun penuh makna.
Kelly Teresa Carissa bersama ayahnya, berbagi kisah dan kesan dari persembahan tulisan yang Kelly berikan untuk sang ayah.
Suasana kelas bimbingan budi pekerti Tzu Shao berlangsung hangat. Para murid belajar kembali tata krama dalam duduk, berjalan, berbaris, hingga cara makan yang berbudaya humanis.
Sang ayah, yang turut mendampingi, merasa bangga melihat perkembangan putrinya.“Senang sekali Kelly punya kesempatan untuk belajar melihat sekelilingnya. Sebagai anak tunggal, selama ini ia sering mendapatkan apa yang diinginkan. Melalui kelas ini, ia belajar bersyukur atas setiap hal yang dimiliki. Semoga nilai-nilai ini menjadi bekal berharga untuk masa depannya,” ujarnya penuh haru.
Tak hanya Kelly, dua peserta lainnya, Clarista Vania Winata (13) dan Berliency Angelia Setiawan (13), juga mendapatkan banyak pelajaran bermakna dari kelas kali ini.“Kami belajar tentang etika, bagaimana cara berjalan, duduk, dan makan dengan sopan. Kalau etika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, pasti akan membawa kebaikan,” ujar Berliency.
Clarista menambahkan, “Kami juga menulis quote positif untuk teman-teman. Aku menulis, ‘Never give up, just do your best, and let God take a rest.’ Kalau lagi sedih atau capek karena banyak tugas, quote itu bisa bikin semangat lagi. Setelah berusaha, hasilnya kita serahkan saja pada Tuhan.”
Berliency pun menulis pesan renungannya sendiri: “Life is short, so don’t waste your time.”
“Kita harus menikmati hidup dan tidak membuang waktu untuk hal-hal yang tidak penting. Jalani hidup dengan bahagia dan positif, hargai waktu yang kita punya,” jelasnya.
Sepuluh murid Tzu Shao dengan penuh semangat berlatih isyarat tangan lagu “Papa Mama Xie-Xie Ni”, yang akan dipersembahkan sebagai ungkapan tulus rasa terima kasih kepada ayah dan ibunya.
Para murid juga diajak menonton video inspiratif tentang pentingnya berbuat baik dan peduli terhadap sesama.
Melalui kelas bimbingan ini, anak-anak belajar bahwa budi pekerti bukan sekadar teori, tetapi harus diterapkan dalam keseharian, dari hal-hal kecil seperti bersyukur, membantu teman, hingga menjaga etika di mana pun berada.
Nilai-nilai cinta kasih, rasa syukur, dan kepedulian inilah yang menjadi fondasi untuk membentuk generasi muda yang berkarakter, berempati, dan beretika.
Editor: Khusnul Khotimah