Menumbuhkan Cinta Kasih dan Kepedulian

Jurnalis : Leo Samuel Salim (Tzu Chi Medan), Fotografer : Leo Samuel Salim (Tzu Chi Medan)
 
 

fotoPara siswa berbaris dengan rapi sebelum memasuki ruangan. Mereka akan mengikuti Sosialisasi Tzu Chi yang diadakan oleh relawan Tzu Chi Medan.

Sebuah acara ramah tamah dengan siswa-siswi SMA Perguruan WR. Supratman 1 pada tanggal 24 November 2011, membuat jalinan jodoh antara Yayasan Buddha Tzu  Chi Indonesia Kantor Perwakilan Medan dengan Perguruan W.R. Supratman 1 semakin kuat. Acara yang mengambil topik Gan En, Zun Zhong, Ai (Bersyukur, Menghormati, dan Cinta Kasih) tersebut dihadiri oleh 140 siswa.

 

“Ide untuk mengadakan acara ini muncul pada saat pertemuan antara relawan Tzu Chi dengan pihak sekolah dalam persiapan pelaksanaan donor darah yang diadakan di sekolah pada tanggal 27 November. “Sewaktu relawan mengatakan di dalam Tzu Chi juga ada misi budaya humanisnya, maka kami mengajak kesediaan pihak Tzu Chi untuk berbagi kepada anak didik kami,” kata Syawaluddin, Wakil Kepala Sekolah Kesiswaan.

Master Cheng Yen, pendiri Tzu Chi, sering mengatakan bahwa pendidikan adalah masa depan dunia ini. Tetapi pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan yang berbudaya humanis di mana setiap diri anak didik ditanamkan rasa syukur, rasa menghormati, dan kasih sayang. Banyak sekali permasalahan-permasalahan di masa sekarang ini, terutama mencuatnya permasalahan di generasi muda dikarenakan sisi baik dari setiap orang telah luntur ditekan oleh kemajuan teknologi. Konfusius telah mengajarkan bahwa pada dasarnya sifat manusia adalah baik, tetapi karena berjalannya waktu, sifat yang baik tersebut mulai ternoda sehingga permasalahan pun bermunculan.

“Kesuksesan bukan lagi dilihat dari kepintaran, tetapi dari kecerdasan emosi. Saya berharap adanya penanaman karakter yang baik pada diri setiap anak didik kami melalui acara ini,“ terang Syawaluddin, mewakili pihak sekolah sewaktu membuka acara di hadapan seluruh siswa-siswi SMA dan dilanjutkan oleh Handra Sikoko yang akan memaparkan materi ini: Gan En, Zun Zhong, Ai.

“Selamat pagi!“ sapa Handra Sikoko. “Pagi!” jawab para siswa serempak. “Kita hendaknya mengawali hidup kita dengan kata yang baik. Dengan menyapa selamat pagi, ada kata selamat, itu adalah kata yang baik,” tambahnya.  Handra Sikoko berpesan kepada para siswa hendaknya menjawab setiap sapaan dengan kata selamat pula. Akhirnya para siswa pun mengerti bagaimana menjawab sapaan selamat pagi dengan kata-kata selamat pagi juga bukan hanya kata pagi saja. Demikian pula di keseharian, hendaknya selalu berpikir, bertutur kata, dan berbuat baik. “Dengan mengawali segala sesuatu dengan kata yang baik maka suasana dan kondisi di sekolah W.R. Supratman 1 ini akan semakin baik,” kata Handra Sikoko.

Pada sesi Gan En (bersyukur), dipaparkan dengan jelas bahwa kita hendaknya senantiasa dapat bersyukur, dimulai pada saat membuka mata kita di pagi hari. Pada tampilan slide yang diperlihatkan di hadapan para siswa, bagaimana relawan Tzu Chi membungkuk sembilan puluh derajat untuk memberi hormat kepada para penerima bantuan adalah sebagai wujud dari rasa syukur dan berterima kasih yang paling dalam kepada mereka karena bersedia menerima bantuan dari Tzu Chi. Ungkapan rasa syukur hendaknya kita wujudkan setiap kita sedang memenuhi kebutuhan dasar kita, yakni sewaktu kita makan. Hal ini dikarenakan masih banyak saudara-saudara kita yang kesulitan untuk mendapatkan makanan. Contoh yang diperlihatkan adalah di Haiti, dimana masyarakat kurang mampu bukan lagi mengonsumi nasi atau gandum sebagai makanan pokoknya, tetapi lumpur yang diolah sedemikian rupa menjadi kue lumpur.

foto   foto

Keterangan :

  • Sebanyak 140 siswa SMA Perguruan W.R. Supratman mengikuti Sosialisasi Tzu Chi. Acara ini mengambil topik Gan En, Zun Zhong, Ai (Bersyukur, Menghormati, dan Cinta Kasih) (kiri).
  • Pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter mata untuk mengetahui apakah pasien dapat melakukan operasi atau tidak (kanan).

Bersyukur juga dapat diwujudkan dengan bersumbangsih kepada sesama. Handra Sikoko melontarkan pertanyaan, “Apakah kita semua ini tergolong mampu ?” Banyak siswa yang ragu dalam menjawab pertanyaan tersebut. Semua manusia adalah mampu. Mampu di sini bukan dikonotasikan pada berapa banyak materi yang dimiliki, melainkan pada kemampuan dari diri ini yang dapat digunakan untuk berbuat sesuatu yang baik,  baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Di Tzu Chi, setiap relawan mengembangkan apa yang menjadi kelebihannya agar dapat lebih maksimal dalam bersumbangsih.

Saling menghormati hendaknya diwujudkan dalam setiap tindakan yang kita lakukan. Mulai dari bagaimana kita seharusnya menghormati orang yang lebih tua, teman-teman, dan saudara-saudara kita. Sewaktu kita memberi bantuan kepada yang membutuhkannya, Tzu Chi senantiasa menanamkan pemikiran semua manusia adalah setara. Relawan senantiasa mendampingi penerima bantuan dan berusaha untuk menghibur serta memberi dorongan semangat.

Kasih sayang yang universal diwujudkan oleh relawan Tzu Chi tanpa memandang latar belakang setiap orang yang berjodoh dengan Tzu Chi. Master Cheng Yen mengatakan melihat orang lain menderita, hati kita juga akan merasa lirih. Relawan Tzu Chi senantiasa turun tangan langsung dalam memberi bantuan sehingga dapat merasakan penderitaan yang dirasakan oleh penerima bantuan.

Master Cheng Yen mengatakan bahwa ada dua hal yang tidak dapat ditunda di dunia ini, yaitu berbakti kepada orang tua dan berbuat kebajikan. Kepada para siswa-siswi yang hadir, Handra Sikoko juga memaparkan bagaimana setiap anak seharusnya dapat berbakti kepada orang tua. Cara paling sederhana adalah tidak membuat orang tua khawatir akan diri kita. Sebagai anak, kadang kita tidak dapat mengerti perasaan orang tua yang selalu khawatir akan anaknya. Ada sebaris kalimat yang sering kita dengar, orang tua yang berumur seratus tahun pun masih akan mengkhawatirkan anaknya yang berumur delapan puluh tahun.

Pada masa sekarang ini, diri ini hendaknya dapat menjadi manusia yang seutuhnya dengan mengembalikan jati diri kita menjadi seorang manusia yang baik dan berbudi. Salah satu pengajar, Rosna sangat terkesan akan acara temu ramah ini dan kembali tersadarkan akan pentingnya mengembangkan cinta kasih dan kepedulian kepada sesama serta lebih sepenuh hati mendidik anak didiknya. Darwin yang juga salah satu pengajar, mendapat kesan yang mendalam bahwa acara ini bukan saja bertujuan untuk anak didik mereka melainkan kepada diri mereka juga selaku pengajar dan selaku orang tua.

“Saya terkadang suka membantah dan membuat orang tua khawatir, saya akan berusaha untuk mengubahnya dan berbakti kepada orang tua,” kata Citra Dewi setelah mengikuti acara temu ramah tersebut. Sumiko yang suka meletakkan sembarangan botol minuman sekali pakai sering membuat orang lain menjadi kesal termasuk orang tuanya. Sebelumnya, Sumiko merasa perilaku tersebut bukanlah masalah yang besar tetapi setelah mengikuti acara temu ramah ini, barulah menyadari kalau tindakan itu adalah tindakan yang tidak mewujudkan rasa hormat dan kepedulian kepada sesama.

  
 

Artikel Terkait

Memiliki Kesempatan Berbuat Baik adalah Berkah

Memiliki Kesempatan Berbuat Baik adalah Berkah

02 November 2015
Berawal dari kunjungan seorang guru yang mengajukan permohonan bantuan pendidikan, kini, Fajar Dwi Suseno, Relawan Tzu Chi Xie Li Kalimantan Timur mendedikasikan dirinya untuk meringankan penderitaan sesama terutama di misi pendidikan.
Menjadi Satu Keluarga

Menjadi Satu Keluarga

17 Desember 2013 Begitu juga cinta kasih para insan Tzu Chi akan selalu berkembang di hati Gan En Hu. Dan cinta kasih ini janganlah membeda-bedakan kepada orang yang kita kenal saja ataupun orang yang kita sayangi saja.
Gunakanlah waktu dengan baik, karena ia terus berlalu tanpa kita sadari.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -