Merawat Mentawai Bersama-sama

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari

Tzu Chi Padang bekerja sama dengan Korem Wirabraja, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dan Artha Graha Peduli untuk memperingati Hari Pers Nasional tahun 2018.

“Banyak macam rumor tentang Mentawai,” ucap Theng Kheng Hwat, relawan Tzu Chi Padang memulai ceritanya. “Ada yang bilang Mentawai itu pusat gempa, jadi bahaya kalau pergi ke sana. Ada juga yang bilang Mentawai itu pulau kecil, jadi habis tersapu kalau ada bencana tsunami. Ada cerita juga tentang suku pedalaman Mantawai yang aneh-aneh lah. Semua itu buat kami takut pergi ke Mentawai,” lanjutnya antusias. Begitulah sepenggal rumor yang tersebar di masyarakat Padang tentang kepulauan Mentawai.

Sejak terjadi tsunami yang menimpa Aceh dan Kepulauan Mentawai ikut terdapak arusnya, kewaspadaan masyarakat sekitar semakin meningkat. Di luar daerah yang terdampak bencana, justru ketakutan malah semakin menghantui karena rumor tidak jelas yang tersebar luas. “Mana boleh kita percaya kalau belum lihat kenyataannya,” tutur Hwat Shixiong mantap. Ia lalu bersama dua relawan lainnya datang ke Pulau Sipora, Kepulauan Mentawai untuk melakukan survei lokasi.


Suster Weny Yunita, anggota TIMA Indonesia memberikan penjelasan singkat kepada pasien yang akan memeriksakan kesehatannya.

Baksos kesehatan umum di Mentawai menjadi agenda Tzu Chi Padang, 7 dan 8 Februari 2018 ini. Mereka bekerja sama dengan Korem Wirabraja, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dan Artha Graha Peduli untuk memperingati Hari Pers Nasional tahun 2018.

Akses Transportasi yang Terputus

Kepulauan Mentawai terdiri dari beberapa pulau. Mereka terpisah oleh lautan dan hanya punya akses darat yang sangat minim. “Contoh saja di Pulau Sipora ini masih saja ada wilayah yang tidak bisa diakses dengan darat, padahal satu pulau,” kata Direktur RSUD Kab. Kepulauan Mentawai dr. Marulam PMHS. “Satu pulau ini masih banyak daerah yang diakses dengan laut, dengan kapal boat. Biayanya jangan ditanya, pasti lebih banyak,” imbuhnya prihatin.

Masyarakat setempat memang dimudahkan dengan tersedianya fasilitas kesehatan di wilayah setempat berupa puskesmas, namun peralatan kesehatan belum banyak tersedia. Apabila mendapatkan rujukan ke RSUD yang lokasinya di Sipora Utara, mereka harus menyiapkan biaya transportasi yang tidak sedikit. “Kami punya BPJS, ada itu. Tapi untuk sampai ke sini jauh, mahal,” ucap Ale, warga Sioban, Sipora Selatan. Baginya yang hidup hanya sebagai petani di ladang, mengumpulkan uang untuk biaya transportasi terasa lumayan berat. “Kalau berobat minimal ada 300 ribu untuk naik kapal, naik ojek, baru sampai di sini dan bisa pulang,” jelas pria 45 tahun ini. Jadwal kapal juga menjadi kendala karena kapal tidak setiap hari beroperasi.

“Dulu ada juga tetangga saya yang sudah kritis, akhirnya sewa kapal boat untuk ke sini. Sewanya 5 juta bisa lebih karena minyak (BBM) mahal dan baru bisa jalan kalau cuaca bagus,” kata Sarti Forliana yang berasal dari Palileleu, Siberut Baratdaya, pulau berbeda dengan Sipora. “Banyak sekali tantangan kami ini. Apalagi kalau sudah penanganan di sini harus dirujuk lagi ke Padang,” tambahnya miris.


Sarti Forliana yang berasal dari Palileleu, Siberut Baratdaya, memeriksakan kondisi kesehatannya di baksos kesehatan umum Tzu Chi.


Mulyadi, warga Sioban, Sipora Selatan disambut dan dibantu relawan dalam melakukan pemeriksaan kesehannya.

Adanya bakti sosial membuat mereka sedikit terbantu, pasalnya semua akses difasilitasi oleh Korem dan aparat setempat. Bagi mereka yang tinggal di wilayah yang jauh dari RSUD, mereka dijemput dengan kapal sehari sebelum baksos dilaksanakan dan berlanjut dengan mobil milik TNI juga BASARNAS untuk sampai di RSUD. Biasanya mereka butuh 50 ribu rupiah untuk membayar ojek dari Pelabuhan Tuapejat ke RSUD yang jaraknya sekitar 9 km.

“Kami sudah berangkat kemarin jam 2 siang, sampai sini jam 4 sore lalu bermalam di kantor Korem,” cerita Mulyadi, warga Sioban, Sipora Selatan. Pria berusia 59 tahun itu datang bersama istri, cucu keponakan, dan rombongan warga lain dari Sioban. Mereka bersama dijemput dan lalu akan diantarkan lagi setelah usai berobat. “Saya semangat sekali kalau ada yang datang membantu,” tambah Mul.

Sejak datang, Mul sudah dibantu oleh relawan, ia terkena stroke beberapa waktu lalu. Tubuhnya agak kaku dan susah berjalan, namun penyuka olahraga voli, sepak bola, dan pensiunan Pos Indonesia di Sioban ini tidak patah semangat. “Saya memang sudah tidak seaktif dulu, tapi itu membuat saya lebih dekat dengan keluarga dan semakin semangat untuk terus belajar banyak hal melalui membaca buku,” katanya. Baksos umum ini juga menambah kepercayaan dirinya, pasalnya dokter memuji kemampuan fisiknya pasca-terserang stroke. “Kaki bapak sudah kuat, tangan bapak juga. Buat jabat tangan saja erat sekali,” kata Dokter Eddy Surya Kurniawan yang memeriksanya.

Semua Bekerja Sama dalam Kebaikan

Antusias warga yang datang dengan perkiraan awal 1.300 pasien dan sudah hadir di hari pertama baksos sebanyak 948 pasien mendatangkan rasa sukacita bagi seluruh tim baksos, baik dari Tzu Chi maupun dari RSUD Kab. Kepulauan Mentawai. “Kalau melihat antusias dan kondisi masyarakat kami di sini, kami berharap baksos ini bisa dilakukan secara kontinyu karena semua pihak bersatu, bersama-sama membantu masyarakat,” harap dr. Marulam.

“Memang dengan datang langsung, kita baru bisa tahu bagaimana kondisi kesehatan masyarakat, termasuk bagaimana keadaan geografisnya, perekonomian mereka, juga pola hidup. Hal ini juga membuat TIMA semakin komit untuk terus bekerja bagi masyarakat, masuk ke kepulauan-kepulauan di Indonesia,” kata dr. Ruth Anggraini, Koordinator Baksos TIMA Indonesia.


Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indonesia Luhut Binsar Panjaitan menyapa para pasien yang ikut dalam baksos kesehatan umum Tzu Chi.


Bagi mereka yang tinggal di wilayah yang jauh dari RSUD, mereka dijemput dengan kapal sehari sebelum baksos dilaksanakan dan berlanjut dengan mobil milik TNI juga BASARNAS untuk sampai di RSUD.

Melalui baksos ini pula, tim medis melakukan screening terhadap pasien jangka panjang yang nantinya bisa menerima perawatan lanjutan melalui baksos katarak, bibir sumbing, dan lainnya yang diselenggarakan oleh Tzu Chi.

“Bakti sosialnya bagus sekali, semua turun dan bekerja sama melakukan pekerjaan di sini dengan baik dan kita lihat bersama ada banyak sekali warga yang ikut berobat. Semoga ini bisa membantu,” ucap Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indonesia Luhut Binsar Panjaitan. Luhut yang hadir bersama Menteri Pariwisata Indonesia Arief Yahya, melihat begitu banyak potensi yang ada di Mentawai. Ke depannya pihak pemerintahan akan membangun Mentawai sebagaimana program-program yang telah dicanangkan oleh presiden. Harapannya tentu bisa meningkatkan perekonomian warga, kesehatan, sehingga kesejahteraan mereka bisa meningkat.


Artikel Terkait

Merawat Mentawai Bersama-sama

Merawat Mentawai Bersama-sama

07 Februari 2018
Baksos kesehatan umum di Mentawai menjadi agenda Tzu Chi Padang, 7 dan 8 Februari 2018 ini. Mereka bekerja sama dengan Korem Wirabraja, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dan Artha Graha Peduli untuk memperingati Hari Pers Nasional tahun 2018.
Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -