Meringankan Penderitaan Sesama

Jurnalis : Rusli Chen (Relawan Tzu Chi Medan), Fotografer : Lily Hermanto (Relawan Tzu Chi Medan)
 
 

foto
Dengan senyum sumringah dan tangan terbuka, relawan Tzu Chi menyambut setiap warga yang datang berobat.

Sekumpulan relawan Tzu Chi mulai menyibukkan diri semenjak pagi di Rumah Sakit Bhayangkara Tebing Tinggi pada tanggal 20 Oktober 2012 karena pada hari itu akan diadakan bakti sosial operasi katarak gratis bagi pasien-pasien yang berasal dari Tebing Tinggi, Asahan, Tanjung Balai, Pematang Siantar, Simalungun, dan Serdang Berdagai. Kegiatan bakti sosial ini merupakan kerja sama antara Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Kantor Penghubung Tebing Tinggi dengan Kepolisian Daerah Sumatera Utara dalam memperingati Hari Kesatuan Gerak Bhayangkari yang ke-60 dengan target 1.000 pasien (mata).

Pada kesempatan ini, ibu-ibu dari Bhayangkari Polres Tebing Tinggi yang menjadi tuan rumah, di mana pada tanggal 8 September 2012 yang lalu, ibu-ibu Bhayangkari dari Polresta Medan menjadi tuan rumah pada saat bakti sosial yang sama dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara Medan.

Beberapa hari sebelum diadakan bakti sosial kesehatan ini, para relawan terlebih dahulu melakukan survei dan pembagian kupon di beberapa tempat, yakni pada tanggal 26 September 2012 di Serdang Berdagai, 27 September 2012 di Asahan, 28 September 2012 di Tanjung Balai dan Pematang Siantar, serta pada tanggal 29 September 2012 di Tebing Tinggi dan Simalungun.  Setelah pembagian kupon selesai maka semua pasien dari daerah-daerah yang berbeda itu akan menjalani screening di RS Bhayangkara Tebing Tinggi pada tanggal 30 September 2012 sebelum dinyatakan layak mengikuti bakti sosial. Selama melakukan survei dan pembagian kupon serta screening, ibu-ibu Bhayangkari dan relawan terus bersemangat karena semuanya memiliki misi yang sama yakni agar dapat meringankan penderitaan sesama.

Pada hari di mana bakti sosial dilaksanakan, para pasien sudah mulai berdatangan pada pukul 6 pagi. Memberi perhatian layaknya kepada anggota keluarga sendiri, itulah yang dilakukan oleh para relawan dan ibu-ibu Bhayangkari kepada semua pasien-pasien tersebut. Sembari menunggu giliran, sebagian relawan memperkenalkan Tzu Chi kepada mereka. Bercerita mengenai cikal bakal berdirinya Yayasan Buddha Tzu Chi dengan masa celengan bambunya. Tak lupa relawan juga membagikan Buletin Tzu Chi kepada anggota keluarga yang turut datang menemani pasien. “Hari ini, bapak-ibu akan mendapatkan layanan operasi katarak gratis karena kumpulan cinta kasih dari banyak orang. Cinta kasih yang tidak dapat diukur dengan materi. Master Cheng Yen mengatakan mampu bersumbangsih adalah sebuah keberkahan,” itulah sebagian penjelasan dari salah satu relawan.

foto  foto

Keterangan :

  • Sembari menunggu waktu operasi, relawan Tzu Chi menghibur nenek Aisyah. Nenek Aisyah yang merasa nyaman, mulai menceritakan kisah suka dan duka di masa lampaunya kepada relawan yang mendampingi (kiri).
  • Setelah menjalani operasi, nenek Aisyah di pandu oleh relawan Tzu Chi ke ruang pemulihan untuk menenangkan diri (kanan).

Melihat di sebagian sudut-sudut area rumah sakit bertebaran begitu banyak sampah-sampah, relawan tidak tinggal diam. Semuanya dengan sigap melakukan pembersihan dan memilah-milah sampah yang masih dapat didaur ulang. Berusaha berbagi pemikiran tentang pentingnya pelestarian lingkungan, itulah yang dilakukan oleh relawan Tzu Chi di setiap kesempatan.

Aisyah (58), salah satu pasien katarak yang berasal dari Tanjung Balai bercerita banyak kepada relawan Tzu Chi bagaimana kesehariannya dengan kondisi penglihatan yang terbatas. Aisyah berkenan bercerita banyak kepada relawan karena pendampingan relawan selama dirinya menunggu giliran masuk ke ruang operasi yang sangat baik layaknya mendampingi ibunya sendiri. Lima dari 8 anak-anaknya sudah meninggal karena tidak biaya untuk pengobatan dan sudah 2 tahun belakangan ini, Aisyah tidak lagi dapat melihat dunia yang indah ini. Mata pencahariannya sehari-hari adalah membuat sapu lidi. “Nek, gimana caranya membuat sapu lidinya, kan nenek tidak dapat melihat?” tanya seorang relawan. “Nenek memakai mata yang di hati,” jawab Aisyah dengan tegar sambil tersenyum. Mendengar kisah hidup seorang Aisyah telah membuat hati para relawan tersentuh karena dalam kondisi seperti itu harus terus berjuang agar dapat menjalani hari-harinya dengan baik. Semoga setelah menjalani operasi, harapannya untuk dapat melihat kembali dapat terwujud.

foto  foto

Keterangan :

  • Untuk menghilangkan rasa sepi dan tegang, relawan Tzu Chi mengajak para pasien untuk melakukan gerakan isyarat tangan "Satu Keluarga" (kiri).
  • Usai baksos, relawan tidak tinggal diam melihat sampah, mereka langsung memilahnya di tempat (kanan).

Satu per satu pasien telah selesai menjalani operasi. Mereka kemudian diarahkan untuk menuju ke ruang pemulihan agar dapat beristirahat dan keesokkan harinya semua perban yang menutup mata pasien akan dibuka. Hari dimana saat-saatnya untuk membuka perban telah tiba, semua pasien sangat berantusias akan hasil operasinya. Sembari menunggu kedatangan tim medis, sekelompok relawan mengajak pasien-pasien dan keluarga pendamping untuk bersama-sama memeragakan isyarat tangan dari lagu Satu Keluarga dan Wariskan Sebuah Dunia yang Indah. Setelah tim medis tiba, mereka langsung menjalankan tugasnya untuk membuka perban dari 104 orang pasien. 

Ungkapan kebahagiaan muncul dari wajah Aisyah dan pasien-pasien lainnya setelah mereka dapat melihat kembali. Ungkapan rasa syukur dan terima kasih tidak henti-hentinya disampaikan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam bakti sosial ini. Inilah wujud dari sebuah tindakan nyata dalam bersumbangsih untuk meringankan penderitaan sesama.

  
 

Artikel Terkait

Menguatkan Tekad dan Semangat

Menguatkan Tekad dan Semangat

28 Desember 2010 Minggu, 19 Desember 2010, pukul 13.00 siang, relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Utara berdatangan memenuhi ruangan Jing Si Books & Café Pluit. Tujuan kedatangan mereka adalah mengikuti pendalaman prinsip 4 in 1 yang selalu diadakan tiap bulan.
Banjir Tangerang: Senyum Pembangkit Kebahagiaan

Banjir Tangerang: Senyum Pembangkit Kebahagiaan

09 Maret 2015 Walaupun dilanda bencana, kita mesti tetap tersenyum karena senyum akan membangkitkan kebahagiaan,” tuturnya. Lebih lanjut, Lu Lian Chu menyampaikan harapan Master Cheng Yen agar kondisi dapat segera pulih sehingga masyarakat dapat beraktivitas seperti sedia kala.
Bantuan Sembako untuk Panti Jompo dan Mahasiswa Rantau

Bantuan Sembako untuk Panti Jompo dan Mahasiswa Rantau

17 April 2020

Walikota Tangerang Selatan sangat berterimakasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi dan Sekretariat Presiden RI yang sudah mengalokasikan seribu paket sembako di wilayah Tangerang Selatan.

Dengan keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -