Metamorfosis Diri
Jurnalis : Aping Rianto (He Qi Utara), Fotografer : Aping Rianto (He Qi Utara)
|
| ||
Berkisah Tentang Sebuah Proses Karakternya yang tidak baik itu diumpamakan oleh Wie Sioeng sebagai ulat bulu dalam proses metamorfosis. Perubahan karakter Wie Sioeng ini didapat dengan proses melatih diri dalam berkegiatan di Tzu Chi. Wie Sioeng yang kini bertanggung jawab sebagai koordinator misi amal di He Qi Timur, berjodoh dengan Tzu Chi sejak tahun 2007. Awalnya Wie Sioeng ini hanya menemani istrinya (Vivi Shijie) yang terlebih dahulu aktif sebagai relawan di bagian survei kasus, tetapi kemudian hatinya tersentuh juga untuk terjun aktif sebagai relawan. Hampir semua bidang kegiatan Tzu Chi pernah dijalaninya, seperti relawan dokumentasi (3in1), survei bedah rumah, kunjungan kasih, pelayanan, konsumsi, isyarat tangan, pelestarian lingkungan, pembagian beras, baksos, dan sebagainya. Ada pula kegiatan barunya, yaitu setiap hari Selasa Wie Sioeng bertugas sebagai guide di Aula Jing Si, PIK untuk mengantar dan menjelaskan tamu-tamu yang datang berkunjung ke Aula Jing Si, PIK. Melalui berbagai kegiatan Tzu Chi yang diikutinya, Wie Sioeng Shixiong benar-benar menemukan tempat pelatihan diri yang sesungguhnya. Di Tzu Chi lah Wie Sioeng mengalami proses metamorfosis karakter, dari training dan buku-buku Master Cheng Yen ia melatih diri ke arah yang lebih baik. Dari kasus yang disurvei dan ditanganinya ia belajar banyak untuk lebih arif dalam menangani masalah dengan sesama relawan. Baginya setiap relawan adalah guru, yang diumpamakan oleh Wie Sioeng juga merupakan sebuah kitab. Di komunitas Tzu Chi Kelapa Gading ini juga, ia berjodoh bertemu dengan seorang mentor terbaik baginya, yaitu Ji Shou Shixiong. Semua hal tersebut di atas membentuk Wie Sioeng Shixiong untuk menjadi murid Jing Si yang baik dan menjadi pribadi yang lebih sabar dan toleran. Kesaksian tentang pribadi Wie Sioeng Shixiong juga dinyatakan oleh salah satu relawan komunitas Kelapa Gading yaitu Jeni Lim Shijie dalam tayangan video rekaman DAAI TV.
Keterangan :
Dalam kesempatan ini, Wie Sioeng Shixiong juga menceritakan bagian dari perjalanan hidupnya, yaitu ketika usahanya mengalami penurunan bahkan boleh dikatakan gagal. Kegagalan ini ternyata hanya sesaat saja sempat membuat Wie Sioeng Shixiong larut dalam kegalauan. Wie Sioeng Shixiong mempunyai kebiasaan untuk membaca buku-buku Master ketika dirinya sedang gundah atau menemui masalah, karena dari sinilah ia biasa menemukan pencerahan. Usaha baru yang dirintisnya ternyata sangat mendukung dan sejalan dengan aktivitasnya di Tzu Chi. Jika sebelumnya waktu luangnya terbatas pada hari libur dan Minggu saja, kini dengan usaha barunya ia lebih leluasa menjalankan kegiatan Tzu Chi. Dalam sesi tanya jawab, seorang peserta bernama Rusdianto (Aheng), bercerita bahwa ia sangat tersentuh dan terinspirasi dengan cerita Wie Sioeng Shixiong. Rusdianto sendiri merasa heran mengapa dalam perjalanan hidupnya selalu mengalami pasang surut yang sangat besar. Ia sangat tertarik dengan kegiatan Tzu Chi dan ingin mengetahui lebih dalam. Rusdianto ternyata benar-benar berjodoh dengan Wie Sioeng Shixiong karena ternyata mereka berdua sama-sama bertempat tinggal di Kelapa Gading. Kisah Wie Sioeng Shixiong kiranya dapat menjadi teladan untuk kita semua, terutama relawan Tzu Chi untuk lebih giat lagi dan bersungguh-sungguh melatih diri di jalan boddhisatva Tzu Chi, menjalankan ‘proses metamorfosis’ untuk menjadi pribadi yang lebih baik. | |||
Artikel Terkait

Kasih Ibu Tiada Batasnya
08 Juli 2015Minggu pagi, 24 Mei 2015 terdengar alunan lagu “Lukisan Anak Kambing Berlutut”. Pagi yang spesial karena sebanyak 95 relawan berkumpul di Aula lantai 2 SMK Sekolah Cinta Kasih Cengkareng, Jakarta Barat. Mereka berkumpul pada acara Kunjungan Kasih Pasien Kasus (KKPK) yang bertema “Hari Ibu”.

Pemberkahan Akhir Tahun 2017: Harapan yang Lebih Baik
07 Februari 2018Sukacita Menyambut Pulangnya Keluarga Besar Tzu Chi
22 Januari 2019Setiap tahun sebelum hari raya Imlek, Tzu Chi Medan selalu mengundang para penerima bantuan untuk bersama-sama menyambut hari Imlek dengan acara Pemberkahan Akhir Tahun. Kegiatan pada Minggu, 20 Januari 2019 itu dihadiri 173 orang penerima bantuan Tzu Chi.