Nathasia, Si Solois Biola yang Mencuri Perhatian di Istana Negara

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Dok. Tzu Chi School, Dok. Pribadi, Dok. Sekretariat Presiden

Nathasia Djong, international performer cilik berusia 10 tahun, berhasil mencuri perhatian nasional dengan penampilan solo biola di panggung Istana Merdeka pada perayaan Hari Kemerdekaan RI ke-80.

Tanggal 17 Agustus 2025 menjadi hari yang tak akan dilupakan oleh Nathasia Djong. Di usianya yang baru sepuluh tahun, siswi kelas P5 Honesty Tzu Chi School ini sudah melangkah ke panggung kenegaraan di Istana Merdeka tepat pada perayaan Hari Kemerdekaan RI ke-80. Didaulat sebagai solois biola, di sana ia membawakan medley lagu Indonesia Pusaka, Pacu Jalur, dan Hari Merdeka, mengiringi penampilan para dancer.

Di bawah langit Jakarta yang penuh semangat kemerdekaan itu, gesekan biola Nathasia menggema, berpadu dengan orchestra dan band. Lagu-lagu perjuangan itu seakan hidup kembali lewat jemari mungilnya. Sebuah penampilan yang bukan hanya indah secara musikal, tapi juga menyentuh hati karena lahir dari ketekunan yang ditempa bertahun-tahun lamanya.

“Kebanggaan saya sih sudah tidak bisa terbendung ya, pokoknya begitu lagu dimulai, saya nangis sepanjang dia tampil,” ucap Lidiana Bunyamin, sang ibu yang masih merinding mengingat momen tersebut.

“Aku sih enggak deg-degan. Malah aku senang dan juga bangga, karena bisa bikin Mami nangis bahagia,” sahut Nathasia dengan mata berbinar dengan gemasnya.

Saat lagu Hari Merdeka selesai dimainkan, tepuk tangan bergema memenuhi halaman Istana. Bagi Nathasia, itu adalah momen berharga yang akan dikenangnya seumur hidup. Bagi orang tuanya, itu adalah buah dari perjalanan panjang mendampingi seorang anak bertumbuh.

Perjalanan Nathasia masih sangat panjang. Di balik gemerlap panggung kenegaraan, ada harapan sederhana yang terus dibisikkan keluarganya agar ia tetap rendah hati, terus berkarya, dan menjadikan musik sebagai sarana membawa kebaikan. Dan pada hari kemerdekaan itu, dengan biolanya, Nathasia sudah memberi hadiah kecil yang begitu besar menghadirkan kebanggaan untuk keluarganya dan juga Indonesia.

Semangat Tak Mudah Luntur
Undangan untuk tampil di acara 17-an di Istana Merdeka Jakarta, langsung di depan Presiden Prabowo Subianto dan para tamu kenegaraan, diterima oleh Lidiana, kurang lebih dua pekan sebelum acara berlangsung. Ia tak menyangka bahwa prestasi yang ditorehkan oleh anak pertamanya itu juga mendapat sorotan dari orang nomor satu di negara ini.

Nathasia Djong berada di barisan paling depan, memimpin para dancer dengan berbagai koreo sekaligus memainkan solo biola lagu Indonesia Pusaka, Pacu Jalur, dan Hari Merdeka.

“Pas dapat telfon dari istana (negara) itu rasanya sangat excited dan pengen teriak ‘Yeiy…’ tapi saya tahan karena untuk acara kenegaraan begini, semua rundown dan pengisi acara itu masih bisa berubah sewaktu-waktu,” jelas Lidiana. Berbekal doa dan keyakinan, ia terus konsen mendampingi sang anak.

Kesempatan tampil di Istana pun datang sebagai sebuah kepercayaan besar. Persiapannya tidak mudah. Latihan demi latihan dan gladi dilakukan berkali-kali, bahkan sejak subuh, sehingga Nathasia dan mamanya harus berangkat setiap pukul 4 pagi setiap harinya lalu pulangnya bisa sampai malam.

Begitulah, di balik senyum di depan orang-orang penting di negara ini, penuh proses panjang penuh konsentrasi. Nathasia juga harus menyesuaikan diri dengan format penampilan tim yang besar, berkoordinasi dengan musik, dan beradaptasi dengan revisi mendadak pada koreo. Lidiana bercerita, kadang ia sampai meneteskan air mata setiap kali melihat anaknya berlatih, bukan karena sedih, tetapi terharu melihat kesungguhan putrinya menghadapi tanggung jawab sebesar itu.

Wajah ceria khas anak seusianya terlihat dari sorot kamera. Dengan latihan dan persiapan yang panjang, Nathasia Djong bisa tampil dengan percaya diri dan membawakan solo biola dengan maksimal langsung di hadapan Presiden Prabowo dan para tamu kenegaraan.

“Aku nggak merasa susah untuk pergantian koreo karena sudah terbiasa menghafal gerakan balet juga,” kata Nathasia yang terinspirasi bermain musik dari mamanya yang adalah seorang guru piano. “Lalu kalau lagu, juga nggak susah untuk menghafal partiturnya. Aku kan anak Indonesia, lahir dan besar di Indonesia, Jadi aku juga suka lagu nasional Indonesia. Sebelumnya juga sudah tahu lagunya,” lanjutnya semangat.

Pada hari H pun, Lidiana sudah bangun dari pukul 1 dinihari, ia menyiapkan semua hal keperluan sang putri. Kemudian pukul 3 subuh, ia mulai membangunkan Nathasia dan bersiap menuju Istana Merdeka.

Tapi perjalanan panjang itu terbayar dengan begitu berharganya, ketika seluruh mata masyarakat Indonesia dan dunia, bisa menyaksikan penampilan solo biola yang indah dari Nathasia. “Saya tak akan lupa momentum itu, betul-betul saya terharu,” kata Lidiana dalam, dengan mata berkaca.

Bakat yang Dipupuk Sejak Dini
Sejak kecil, dunia Nathasia memang tak pernah jauh dari seni musik. Di usia dua tahun ia sudah tertarik pada piano, lalu tiga setengah tahun mulai menekuni balet. Di usia empat tahun, biola menjadi instrumen yang kemudian paling lekat dengannya. Tak berhenti di situ, pada usia lima tahun, Nathasia juga mulai belajar drum dan bernyanyi. Kini di usia 10 tahun, semua alat musik tersebut sudah bisa ia mainkan dengan sangat mahir.

Sang mama yang menjadi pendukung nomor satu untuk Nathasia tak pernah memaksa sekali pun, tapi anak pertamanya itu sangat senang bermain alat musik. Hampir setiap hari di rumahnya selalu ada lantunan nada, kadang denting piano, kadang suara gesekan biola. Sekarang, Nathasia bahkan ingin bisa belajar memainkan harpa dan gucheng.

Sejak usia yang masih dini, Nathasia Djong mendapat dukungan penuh dari orang tua, terutama sang Mama Lidiana Bunyamin yang terus mendampinginya belajar dan berkompetisi di dalam maupun luar negeri.

Musik bukan lagi cuma aktivitas tambahan untuk Nathasia, melainkan sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-harinya. Dari situlah perlahan bakat Nathasia tumbuh, ditempa dengan latihan dan kedisiplinan.

Tapi perjalanan menuju panggung besar tidak selalu mulus. Saat masih sangat kecil, tepatnya ketika ia berusia 3 tahun, Nathasia pernah ditolak mengikuti sebuah lomba piano. Alasannya sederhana: usianya dianggap terlalu muda, bahkan belum cukup pantas untuk naik panggung.

“Akhirnya saya bilang sama panitianya, ‘saya di sini nggak cari juara. Saya cuma cari pengalaman karena anaknya mau tampil. Kalau boleh, izinkan saja dia perform. Mau menang, mau nggak, nggak masalah. Mau nanti dia nangis atau apa di panggung, nggak papa. Silahkan, yang penting rasa ingin tahu dia tersalurkan,’” ingat Lidiana, “tahunya, dari 39 peserta dan setelah ditolak tadi, Nathasia malah dapat juara 3. Hahaha…”

Tak hanya berprestasi di tingkat nasional, Nathasia juga aktif menorehkan pencapaian di berbagai ajang internasional dan turut mengharumkan nama Indonesia. Hingga kini, lebih dari 300 piala telah berhasil dikumpulkan dari kompetisi-kompetisi yang diikutinya, jumlah ini membuat lemari penyimpanan di rumahnya nyaris penuh.

Kemenangan diraihnya di berbagai negara, mulai dari Malaysia, Singapura, Thailand, Hong Kong, Jepang, Taiwan, Korea, Italia, hingga Amerika Serikat, termasuk di kota-kota besar seperti Chicago dan New York. Dalam waktu dekat, Nathasia dijadwalkan kembali bertolak ke New York untuk mengikuti salah satu kompetisi bergengsi yang akan digelar di Carnegie Hall, New York.

Dukungan Tanpa Henti
Perjalanan Nathasia tidak lepas dari dukungan keluarga. Sang mama selalu setia mendampingi, meski harus mengorbankan banyak tenaga, waktu, bahkan biaya. “Buat saya, yang penting dia bisa menikmati prosesnya. Hasil itu bonus,” begitu pesan sang mama.

Tzu Chi School pun memberi peran besar. Bukan hanya mendukung dari sisi akademis, tetapi juga menanamkan nilai budi pekerti, disiplin, dan kepekaan hati. Nathasia tumbuh bukan hanya sebagai anak yang penuh prestasi, tetapi juga memiliki kerendahan hati untuk terus belajar.

Nathasia Djong bersekolah di Tzu Chi School sejak K1 dan hingga saat ini, ia selalu aktif dalam club musik yang didukung oleh TCPPA (Tzu Chi School Performing Arts).

Lidiana mengaku, Tzu Chi School memang sudah menjadi target sekolah pilihan untuk anaknya mengingat pembelajaran budi pekerti lebih banyak diberikan sebagai fondasi dasar. Karena menurutnya, pada zaman sekarang, rasa kepedulian terhadap sesama dan orang tua bisa dibilang mulai berkurang.

Di Tzu Chi sendiri, nilai-nilai budaya humanis seperti sopan santun, saling menghormati, dan bakti pada orang tua memang diwajibkan untuk diajarkan. Saling menghormati pun tidak hanya diarahkan kepada orang tua, tetapi juga kepada suster, asisten rumah tangga, dan orang-orang yang bekerja membantu di sekitar. Rasa hormat memang perlu diberikan, karena mereka juga telah banyak membantu.

“Di kelas ren wen kan juga ada pengajaran merangkai bunga. Bunga itu intinya kan samping-sampingnya harus ada rumput, itu sebenarnya bukan hiasan, itu ada maknanya. Mereka yang ada di samping-samping bunga itu seperti orang-orang di sekitar kita, jadi kita bisa berdiri cantik dan indah itu juga karena orang-orang di sekitar kita yang membantu kita,” ujar Lidiana penuh kepercayaan.

Nathasia Djong yang saat ini merupakan siswi kelas P5 Honesty Tzu Chi School merasa senang dan bangga karena bisa membanggakan orang tua dan juga sekolahnya.

Melihat pencapaian salah satu siswanya yang begitu gemilang, Josua Manurung, Wali Kelas Nathasia saat duduk di kelas 4, turut merasa bangga. "Saya jujur ikut bangga, ada siswa kami yang tampil di Istana. Senang sekali pastinya,” ucap Josua berbinar.

Ia mengaku tidak heran dengan pencapaian tersebut, mengingat karakter Nathasia yang penuh semangat dan selalu tampil total dalam berbagai hal. “Wah, dia enerjik banget! Anak yang baterainya kayak nggak pernah habis," ungkap Josua dengan antusias. Menurutnya, semangat Nathasia yang luar biasa itu juga berdampak positif bagi teman-teman sekelasnya. "Energinya itu menular. Teman-temannya jadi ikut semangat juga," tambahnya.

Tak hanya mengapresiasi semangat Nathasia, Josua juga menyampaikan rasa salutnya kepada kedua orang tua Nathasia. Pasalnya, bimbingan yang luar biasa dinilai telah diberikan oleh orang tua Nathasia, sehingga meskipun jadwal kegiatan yang dijalani sangat padat, prestasi tetap dapat diraih tanpa membuat pelajaran tertinggal.

Sebagai guru, Josua selalu memberikan dukungan penuh bagi Nathasia. "Saya selalu bilang ke dia, ‘See you at the top of the mountain. Reach all your dreams, your goals, do your best all the time,’" ujarnya. Semangat dan dorongan itulah yang terus menguatkan Nathasia dalam setiap latihan dan penampilannya.

Penampilan Nathasia di Istana Merdeka menjadi cerminan dari kerja keras dan dukungan tanpa henti di belakangnya. Dengan energi yang tak pernah padam, perjalanan dan mimpi besar Nathasia baru saja dimulai, dan Indonesia siap menyaksikan langkah selanjutnya.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Apresiasi Untuk Siswa Berprestasi

Apresiasi Untuk Siswa Berprestasi

11 November 2016

Sekolah Tzu Chi Indonesia untuk pertama kalinya memberikan beasiswa dalam acara Tzu Chi Secondary Scholarship Award bagi 48 muridnya pada 11 November 2016 di aula Xie She Ting, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk. Melalui acara beasiswa ini, Sekolah Tzu Chi Indonesia ingin siswanya menjadi pintar sekaligus memiliki moral dan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan seperti yang diajarkan di Tzu Chi.

Nathasia, Si Solois Biola yang Mencuri Perhatian di Istana Negara

Nathasia, Si Solois Biola yang Mencuri Perhatian di Istana Negara

27 Agustus 2025

Nathasia Djong, international performer cilik berusia 10 tahun, berhasil mencuri perhatian nasional dengan penampilannya di panggung Istana Merdeka pada perayaan Hari Kemerdekaan RI ke-80.

Jika menjalani kehidupan dengan penuh welas asih, maka hasil pelatihan diri akan segera berbuah dengan sendirinya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -