Operasi Sukses, Rahang Baru Abidzar Kini Mulai Bertumbuh

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari
Wajah sukacita, bahagia bercampur haru, dan lega tampak dari kedua orang tua Abidzar Akbar serta drg. Henri Mudjono ketika pemeriksaan akhir yang menunjukkan perkembangan signifikan terhadap operasi kedua Abidzar.

Tawa kecil itu akhirnya terdengar jauh lebih jelas, kata-kata yang keluar pun lebih tegas dan lantang. Setelah berbulan-bulan melewati proses pemanjangan rahang bawah dan menunggu tulang baru terbentuk, sejak pertengahan 2025 lalu, alat distraktor di rahang Abidzar resmi dilepas. Senyum bocah lima tahun asal Medan itu pun tampak lebih ceria.

Bagi ibunya, Erni Lestari Handayani, momen ini terasa seperti menghela napas panjang setelah perjalanan jauh yang penuh harapan. Ada kelegaan yang luar biasa, seperti beban berat di pundaknya terangkat. “Akhirnya Abidzar bisa makan lebih mudah, bicaranya juga makin jelas. Saya benar-benar bersyukur,” ucapnya dengan mata berkaca.

30 Milimeter yang Penuh Makna
Sedikit mengingat kisah sebelumnya, perjalanan Abidzar memang bukan cerita biasa. Sejak bayi, ia didiagnosis mengalami kondisi langka Pierre Robin Sequence, di mana rahang bawah tidak tumbuh normal sehingga mengganggu kemampuan makan, bicara, dan bernapas.

Setelah melewati berbagai pemeriksaan di Medan, keluarga akhirnya mendapat rujukan ke Tzu Chi Hospital Jakarta, sebuah pertemuan yang oleh banyak pihak disebut sebagai “jalan jodoh”. Di sinilah tim medis di bawah penanganan drg. Henry Mudjono, Sp.BM (Spesialis Bedah Mulut), memulai operasi pemanjangan rahang atau distraksi mandibula.

drg. Henri Mudjono (kiri) ketika melakukan pemeriksaan pascaoperasi kedua setelah pengangkatan alat distraktor di rahang Abidzar. Pendampingan menyeluruh membuat Erni (kanan), ibu Abidzar terus merasa lega.

Prosedurnya berjalan bertahap. Setelah pemasangan distraktor (12 Oktober 2024), tim melakukan pemanjangan rahang bertahap, sekitar 1 milimeter per hari, hingga mencapai total 30 milimeter (3 cm) dari posisi awal. Hasil ini adalah batas maksimal kerja alat tersebut, dan keberhasilan mencapai angka itu berarti proses mekanisnya berjalan sempurna.

Setelah fase pemanjangan selesai ada masa konsolidasi 3–4 bulan, waktu ini diperlukan agar tulang baru yang terbentuk matang dan menjadi seperti tulang normal. Pada fase kedua (operasi kedua untuk pelepasan alat disktraktor), yang berlangsung 29 Juli 2025 lalu, tim membuka kembali sehingga alat distraktor bisa dilepas dan dilakukan pembersihan atau tindakan tambahan bila diperlukan.

“Sejak alat itu dipasang, rahang bawah Abidzar perlahan tumbuh maju. Total panjang yang bertambah 3 sentimeter,” jelas drg. Henry. “Dan kini setelah alatnya dilepas, hasilnya sangat baik. Tulang yang terbentuk padat seperti tulang normal. Perubahan signifikan sebenarnya sudah terlihat setelah sebulan pemanjangan, perubahan bentuk wajah dan kemampuan pengunyahan mulai tampak,” lanjutnya.

Dari hasil pemeriksaan, tulang baru telah mulai tumbuh di rahang bawah Abidzar dan diharapkan dapat mengejar rahang atasnya.

Dari sisi fungsi, perubahan terasa konkret: pengucapan Abidzar menjadi lebih jelas, jalan napasnya lebih lega karena posisi rahang yang lebih maju, dan dia sudah mulai mampu mengunyah makanan keras di satu sisi rahang, dimana sebelumnya hampir mustahil dia bisa melakukan itu. Wajahnya pun tampak lebih proporsional, perubahan yang bukan hanya dilihat lewat hasil CT scan, tapi juga terasa dari cara ia tersenyum.

Pendampingan Panjang Tim Tzu Chi Medan
Hasil ini membawa kebahagiaan bagi orang tua, tim medis, juga tim relawan Tzu Chi Medan, yakni Juniati bersama tim yang sudah mendampingi Abidzar lebih dari setahun. Mereka rela bolak-balik Medan–Jakarta, memastikan ibu dan anak ini tak pernah merasa sendiri.

“Kami ini kalau lihat Abi, rasanya senang sekali. Dia itu sudah seperti cucu saya sendiri,” ujar Juni sambil tersenyum. “Dulu bicaranya belum jelas, makannya masih harus yang cair-cair saja. Sekarang sudah bisa makan nasi lembek, ngomongnya pun makin lancar.”

Bagi Juniati, kebersamaannya dengan Abidzar bukan sekadar tugas pendampingan kerelawanan, melainkan jalinan jodoh yang mendalam. Ia percaya, setiap pertemuan dalam hidup adalah bagian dari hubungan kebajikan yang telah terjalin sejak lama. Karena itu, ketika dipercaya mendampingi kasus yang langka dan menantang ini, ia menerimanya dengan penuh keikhlasan.

Sebagai relawan, Juniati menyadari bahwa dirinya adalah perpanjangan tangan dari para donatur dan Yayasan Buddha Tzu Chi. Setiap langkah yang diambilnya adalah bentuk tanggung jawab dan rasa syukur atas berkah yang telah diterima. Pendampingan bagi Abidzar bukan hanya memberi manfaat bagi penerima bantuan, tetapi juga menumbuhkan berkah bagi dirinya sendiri. Melalui kisah ini, ia belajar mensyukuri, menghargai, dan terus menciptakan berkah dan kebajikan baru.

Juniati (tengah), relawan Tzu Chi Medan bersama relawan pemerhati di Tzu Chi Hospital menghibur Abi ketika menunggu pemeriksaan. Keberadaan relawan membuat Erni merasa mempunyai keluarga dan saudara baru dalam setiap langkah pengobatan Abidzar.

“Master selalu mengingatkan, kita di Tzu Chi ini adalah perpanjangan tangan dari para donatur dan Master Cheng Yen. Jadi apa yang kita lakukan bukan hanya membawa berkah bagi penerima bantuan, tapi juga berkah untuk donatur, juga bagi diri kita sendiri,” tutur Juniati.

Pendampingan yang tulus ini pun menumbuhkan suasana kekeluargaan di antara mereka. Dalam perjalanan penyembuhan Abidzar, para relawan, dokter, dan keluarga saling menguatkan. Cinta kasih yang mereka hadirkan membuat proses medis yang rumit terasa lebih ringan karena setiap senyum, setiap perhatian kecil, menjadi obat yang menyembuhkan, bukan hanya tubuh, tapi juga hati.

Senyum Abidzar Menjadi Hadiah Terindah
Di akhir cerita, suara lirih penuh syukur dari Erni terdengar hangat. “Terima kasih banyak untuk semua dokter, relawan, donatur, dan Yayasan Buddha Tzu Chi. Karena ketulusan Anda semua, Abidzar bisa sampai di titik ini. Saya hanya bisa berdoa semoga semua dibalas dengan kebaikan berlipat,” ujarnya.

Lalu, senyumnya merekah lebih lebar ketika bercerita tentang relawan yang selalu menemaninya sejak awal perjalanan.

“Semangat semua relawan itu juga membuat kami juga tetap semangat,” katanya ceria. “Karena selama ini kami selalu didampingin kan. Mereka selalu merangkul. Padahal mereka ini kan bukan saudara, bukan sahabat. Lalu kami ini siapa, gitu kan? Bukan siapa-siapa tapi diperlakukan begitu baiknya?” lanjut Erni.

Terlihat perubahan di wajah Abi setelah melakukan operasi distraktor. Diharapkan perubahan ini bisa terus membawa kebaikan dalam keseharian Abidzar.

Bagi Erni, perjalanan panjang dari Medan ke Jakarta terasa jauh lebih ringan karena selalu ada tangan-tangan penuh kasih yang mendampingi. Sejak awal pengobatan hingga proses operasi kedua, para relawan Tzu Chi tidak pernah lelah hadir di setiap langkah mereka. Dukungan dan semangat yang diberikan membuatnya ikut bersemangat pula. Ia merasa tidak sendiri, karena selalu ada keluarga baru yang merangkul dengan tulus.

“Dan dokter-dokter, suster-suster, semua di Tzu Chi Hospital ini juga sangat-sangat luar biasa baiknya bagi kami,” ungkapnya. Memang, di rumah sakit, setiap sapa dan pelukan rasanya jadi penguat yang tak ternilai untuk keluarga mereka.

Bagi Erni, setiap proses yang telah dilalui, baik rasa takut, letih, hingga air mata semuanya terasa terbayar saat melihat Abidzar tersenyum dan mulai tumbuh lebih kuat. Ia berharap, perjalanan panjang ini menjadi awal dari masa depan yang lebih cerah bagi putranya sehingga Abidzar bisa tumbuh sehat, percaya diri, dan kelak menjalani hidup tanpa merasa berbeda dari anak-anak lainnya. Semua perjuangan ini, baginya, bukan sekadar tentang kesembuhan fisik, tetapi juga tentang menanamkan semangat hidup dan rasa syukur sejak dini.

“Semoga semua yang sudah dijalani ini tidak sia-sia,” ucapnya pelan. “Saya ingin Abidzar tumbuh jadi anak yang baik, yang bisa membahagiakan orang banyak seperti orang-orang baik yang sudah membahagiakan kami.”

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Menanti Transformasi Rahang Baru Abidzar

Menanti Transformasi Rahang Baru Abidzar

17 Oktober 2024

Abidzar Akbar (4), pasien anak penderita penyakit langka, hipoplasia mandibula, yakni cacat lahir yang ditandai dengan rahang bawah yang kurang berkembang baru saja menjalani operasi pemasangan distraktor di Tzu Chi Hospital.

Menyambut Kepulangan Abidzar dengan Kehangatan dan Sukacita

Menyambut Kepulangan Abidzar dengan Kehangatan dan Sukacita

02 Desember 2024

Abidzar yang telah menjalani operasi pemasangan Distraktor untuk mengatasi hipoplasia mandibula, akhirnya kembali ke Medan setelah dua bulan perawatan di Tzu Chi Hospital Jakarta. Kehadirannya membawa sukacita banyak orang. 

Operasi Sukses, Rahang Baru Abidzar Kini Mulai Bertumbuh

Operasi Sukses, Rahang Baru Abidzar Kini Mulai Bertumbuh

24 Oktober 2025
Serangkaian proses operasi panjang yang dijalani Abidzar akhirnya membuahkan hasil. Rahang barunya kini mulai bertumbuh, menghadirkan harapan baru bagi keluarga dan senyum hangat bagi semua yang mendampinginya.
Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -