Pariaman, Sum-Bar: Tangis Kebahagiaan

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto
 

fotoBukan hanya bantuan barang yang diberikan relawan Tzu Chi, tapi juga perhatian dan ketulusan dalam membantu sesama yang membutuhkan. Hal ini dapat memberi semangat pada warga untuk cepat pulih dari kesedihannya.

 

Setelah melakukan survei sehari sebelumnya, Jumat, 9 Oktober 2009, relawan Tzu Chi memberikan bantuan kepada 210 warga di 2 dusun di Pariaman, yakni: Dusun Bari dan Padang Limau, Kecamatan Tujuh Koto, Pariaman, Sumatera Barat. Di Dusun Bari diberikan sebanyak 67 paket bantuan berupa 1 dus mi instan, 1 liter minyak goreng, 1 bungkus biskuit, 2 bungkus pembalut wanita, dan 2 sabun cuci. Di Dusun Padang Limau, diberikan 157 paket bantuan.

Sistem pembagian kali ini cukup unik, mengingat situasi yang mendesak dan wilayah yang sulit dijangkau, maka pembagian kupon dan paket bantuan dibagikan sekaligus. “Kalau kami harus membagikan kupon hari ini, kemudian baru besok bantuannya, kasihan warga. Sementara mereka (warga) sangat membutuhkan bantuan ini,” kata Rudi Suryana, relawan Tzu Chi Jakarta.

Layak, Rapih, dan Baik
Senyum tampak mengembang di wajah warga Dusun Bari yang dipisahkan sungai Bajang Mangoe ini. Meski sama-sama warga Dusun Bari, namun warga yang di sisi sungai bagian dalam sangat terbatas untuk mendapat akses bantuan. “Selama ini kami dapat bantuan dari warga Desa Bari di seberang,” kata Sudirman Koboi, salah seorang warga. Sudirman yang murah senyum dan pandai melawak inilah salah satu orang yang menemani tim survei relawan Tzu Chi saat melihat langsung kondisi warga pascagempa Kamis (08/10/09) kemarin.

Saat relawan Tzu Chi turun memberi bantuan dengan menyeberangi sungai, ia pun tampak terharu. Matanya berkaca-kaca, seolah tak yakin dengan apa yang dilihatnya. Sebanyak 35 paket bantuan diberikan relawan kepada warga di sini, setelah sebelumnya membagikan paket bantuan kepada warga Dusun Bari yang berada di mulut desa. ”Baru kali ini ada bantuan yang langsung diberikan seperti ini. Pokoknya ini yang paling bagus dan besar,” ucapnya bersemangat. Sudirman pun mengacungkan dua jempol tangannya sebagai tanda kekagumannya terhadap relawan Tzu Chi.

foto  foto

Ket: - Relawan Tzu Chi dengan dibantu warga setempat (Dusun Bari) menaikkan barang bantuan ke atas rakit             (getek) untuk diberikan kepada warga Dusun Bari yang ada di seberang Sungai Bajang Mangoe yang             membelah desa ini. (kiri).
        - Dengan penuh rasa syukur relawan Tzu Chi memberikan paket bantuan kepada para korban gempa di             Dusun Bari dan Padang Limau, Kecamatan Tujuh Koto, Pariaman, Sumatera Barat. (kanan)

Menurut Rudi Hartono, Wakil Kepala Dusun, awalnya ia sempat khawatir jika relawan Tzu Chi tak menepati janji. “Kan ada juga yang survei, terus sesudah itu nggak balik-balik lagi. Nah, kitalah nanti yang pusing ditanya-tanya warga,” ungkapnya. Menurut Rudi, bantuan yang datang selama ini lebih banyak bersifat “dadakan” dan seadanya, sehingga sulit dibagi secara merata. Dengan paket bantuan yang diterima kali ini, Rudi merasa bersyukur. Pasalnya, selain merata, bantuan ini terbilang paling besar yang pernah mereka terima pascagempa ini. “Jarang ada yang mau mengunjungi secara langsung. Inilah yang paling layak, rapih, dan bagus,” puji Rudi.    

foto  foto

Ket: - Kepada Rudi Suryana, relawan Tzu Chi, Syamsinar (kerudung kuning) dan Piana (kerudung putih)             menumpahkan isi hatinya. Keduanya merasa tersentuh dan terharu karena relawan Tzu Chi mau jauh-jauh             datang mengunjungi mereka. (kiri).
         - Hok Lay, relawan Tzu Chi Jakarta ini cukup pandai berinteraksi dan menghibur warga. Kehadiran relawan,             selain memberi bantuan juga dapat menjadi penyejuk batin, sekaligus memberi semangat kepada warga             yang umumnya masih trauma akan gempa. (kanan)

Terharu Dikunjungi
Entah apa yang membuat tangis Syamsinar (65) dan Piana (95) langsung meledak dan spontan memeluk salah seorang relawan Tzu Chi. Dua ibu yang berusia lanjut ini tak kuasa menagan tangis saat menerima bantuan dari relawan Tzu Chi. Keduanya terharu dengan kedatangan relawan yang selain memberikan bantuan secara langsung, juga berinteraksi dengan mendengarkan keluh-kesah warga, dan memberi semangat kepada mereka.        

            Meski memiliki 6 orang anak, Syamsinar hidup seorang diri di usia tuanya. Suaminya telah meninggal dunia dua tahun silam. Keenam anaknya merantau dan tinggal jauh darinya di kota lain. Saat gempa terjadi, Syamsinar yang sebatang kara ini masih sempat menyelamatkan diri dari reruntuhan tembok dan atap rumahnya. “Tinggal di tenda, makan sama-sama dari posko,” katanya dalam logat Minang.

foto  foto

Ket: - Warga secara aktif membantu relawan Tzu Chi menyeberang untuk memberi bantuan kepada warga di             seberang sungai. Lokasi yang terpencil ini membuat warga Dusun Bari di seberang kali jarang tersentuh             oleh bantuan. (kiri).
         - ”Baru kali ini ada bantuan yang langsung diberikan seperti ini. Pokoknya ini yang paling bagus dan besar,”             ucap Sudirman bersemangat. Ia pun mengacungkan dua jempol tangannya sebagai tanda kekagumannya             terhadap relawan Tzu Chi. (kanan)

Selama ini Syamsinar hanya tahu ada bantuan, tapi tidak tahu siapa yang memberikan. “Tahunya dari posko aja, nggak ada yang datang seperti ini,” ungkapnya haru. Syamsinar pun mengaku tak berani lagi untuk tidur di dalam rumah. Ia merasa trauma akan gempa, dan merasa takut jika harus bertarung nyawa bilamana memaksakan meninggalkan tenda pengungsian.

Kehadiran relawan Tzu Chi seolah menjadi penyejuk batinnya. “Warga sini merasa senang dah dikunjungi. Bapak-bapak begitu peduli pada kami,” kata Indra, salah seorang pengurus dusun. Syamsinar hanyalah salah satu dari korban gempa yang membutuhkan bantuan. Bukan sekadar bantuan fisik dan materi, tapi juga perhatian dan cinta kasih dari kita semua.    

 
 

Artikel Terkait

Saling Mengasihi Antarsesama

Saling Mengasihi Antarsesama

26 Juli 2023

Tim Pendidikan Tzu Chi Pekanbaru diundang untuk mengisi materi budi pekerti dalam kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di Sekolah SMA Dharma Loka. 

Pentingnya Mengendalikan Kemarahan

Pentingnya Mengendalikan Kemarahan

15 Januari 2016

Minggu, 10 Januari 2016 Kelas budi pekerti Xaio Tai Yang Tzu Chi Tanjung Balai Karimun kembali di gelar dengan tema “Tidak Marah-marah.” Sebanyak 42 anak kelas budi pekerti Xiao Tai Yang sangat antusias mengikuti kegiatan yang diadakan di kantor Tzu Chi Tanjung Balai Karimun ini.

Mengonsumsi minuman keras, dapat melukai orang lain dan mengganggu kesehatan, juga merusak citra diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -