Pariaman, Sum-Bar: Tawaran Pengurang Derita

Jurnalis : Sutar Soemithra , Fotografer : Sutar Soemithra
 

fotoRelawan Tzu Chi mengunjungi para korban gempa yang dirawat di RS TNI. Selain menghibur untuk menguatkan jiwa, relawan juga memberikan dana santunan untuk sedikit bekal melewati hari pascabencana.

 

 

 

 

“Ibu pikir dulu semalam siap apa belum dioperasi di Jakarta,” pesan Lim Lie Phing kepada Nurhijah (49) yang menderita luka pada pangkal paha kanan. Perban warna cokelat membebat kaki kanannya tersebut. Bahu kirinya juga mengalami luka serius yang juga direkomendasikan dokter untuk dioperasi. Lie Phing ditemani relawan Tzu Chi lainnya berusaha membujuknya.

 

 

 

Tak Biasanya Anak Minta Jemput
Sore hari sebelum gempa 7,6 skala Richter mengguncang Padang dan sekitarnya tanggal 30 September 2009, Rahmat, anak bungsunya meneleponnya minta pulang bersama usai les bahasa Inggris di Vex English Course. Tidak biasanya Rahmat minta dijemput. Nurhijah sedang menunggui Rahmat yang baru saja selesai les ketika gempa mengguncang. Rahmat langsung berlari ke arah ibunya. Mereka berdua berusaha menyelamatkan diri. Gedung tempat les tidak apa-apa, tapi justru tembok rumah sebelahnya ambruk. Dan naas, kaki mereka menjadi korbannya.

Di komplek Pemda Gunung Lawas, Rinto (49), sang suami yakin istri dan anaknya kesulitan mencari kendaraan untuk pulang ke rumah. Maka ia pun segera menyusul mereka ke tempat kursus. Ia kaget begitu mendapati istri dan anaknya sama-sama tergolek dengan luka pada kaki. Segera ia membawa mereka pulang. “Jam 12 malam saya baru sampai di sini (rumah –red), saya telepon tetangga, ditolonglah sama tetangga dibawa untuk pulang istirahat di rumah. Barulah pada keesokan harinya kami pergi ke RS M Djamil untuk pertolongan pertama,” tutur Rinto. Namun karena gedung dan alat ronsen rusak, mereka berdua tidak mendapatkan penanganan yang maksimal. Hari kedua bencana, ia pun membawa mereka ke RS TNI.

foto  foto

Ket :- Di dalam amplop dana santunan tersebut terdapat juga surat dari Master Cheng Yen yang berisi pesan agar            para korban dapat tabah melewati bencana. (kiri)
       - Tangan kanan anak ini terpaksa diamputasi karena terlambat dibawa ke rumah sakit. Selain itu ia juga            menderita bibir sumbing. Tzu Chi berencana memberikan bantuan lebih lanjut dan sedang mempelajari            juga kemungkinan untuk mengobati bibir sumbingnya. (kanan)

Nurhijah sepertinya masih merasa trauma sehingga tidak mengiyakan walaupun ditawari bantuan operasi dari Tzu Chi. Bahkan, relawan menjanjikannya akan membiayai semua biaya pengobatan, termasuk biaya perjalanan Padang-Jakarta pulang pergi, serta mencukupi semua kebutuhan selama di Jakarta. Relawan pun siap untuk mendampinginya. Tapi relawan sepertinya harus menunggu rasa traumanya hilang agar mengiyakan tawaran bantuan operasi tersebut.

Uang Santunan
Di RS TNI Padang banyak korban gempa lain yang juga dirawat. Kebanyakan dari mereka mengalami luka pada kaki. Bahkan Suci Reflika Sari terpaksa harus diamputasi kedua kakinya. Pengajar bahasa Inggris di Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) Prayoga ini masih beruntung bisa terselamatkan nyawanya. Ia bersama muridnya, Ratna, terperangkap di balik reruntuhan gedung selama 48 jam! Ratna 5 jam lebih dahulu berhasil dievakuasi. Selama 2 hari di balik reruntuhan, mereka saling menguatkan dan menjaga. Tak ada cahaya sedikit pun yang bisa mereka lihat selama di balik reruntuhan. Sesungguhnya mereka mendengar tim evakuasi memanggil-manggil nama mereka, namun sahutan dari mereka terlalu lemah sehingga tak terdengar tim evakuasi.

Kedua kaki Suci kini terpaksa diamputasi. Relawan Tzu Chi yang melakukan kunjungan kasih ke sejumlah korban gempa yang dirawat di RS TNI tanggal 7 Oktober 2009 sempat pula menawarkan bantuan pemasangan kaki palsu untuk Suci. Suci hanya mengangguk-angguk menerima tawaran tersebut. Selain itu, kepada para korban tersebut, relawan menyerahkan uang santunan untuk meringankan beban mereka.

foto  foto

Ket : - Di rumah Suprapto yang merupakan asrama Koramil berukuran sempit ini saat ini tinggal 25 orang yang             berasal dari 3 keluarga. Mereka adalah saudara-saudaranya yang rumahnya ambruk dan tidak lagi             bisa ditempati.   (kiri)
         - Saiful langsung pulang dari perantauan di Jakarta begitu mendengar ada gempa. Walaupun rumahnya             ambruk, namun untunglah kedua orangtua dan kedua anaknya selamat. Kini ia sedang membangun rumah             darurat di dekat runtuhan rumahnya.  (kanan)

Di antara rombongan relawan tersebut terlihat mantan kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) Hendro Priyono. Beberapa korban gempa yang dikunjungi ternyata mengenalinya karena sebelum pensiun memang ia pernah muncul dalam berbagai berita media massa. “Saya melihat dari Yayasan Buddha Tzu Chi tidak melihat agama, tidak melihat suku, atau golongan apapun, yang penting menolong manusia demi kemanusiaan. Oleh karena di usia saya yang sudah senja dan telah pensiun dari kegiatan dinas aktif, saya rasa sudah waktunya saya ikut dalam kegiatan sosial. Yayasan Buddha Tzu Chi ini terbukti selama saya mengikuti berbagai kegiatan sosial di mana-mana, terbukti paling konsekuen, paling tepat dalam sasaran, juga pengabdian yang tulus,” jelasnya tentang alasan ia ikut dalam barisan relawan Tzu Chi.

Uang santunan juga diberikan kepada 2 warga di Kampung Dalam, Kabupaten Pariaman, yaitu keluarga Suprapto dan Hasan. Suprapto mengalami luka pada kaki kanan. Di asrama Koramil yang ia tempati yang tidak terlalu luas kini tinggal 3 keluarga atau 25 orang yang merupakan saudara-saudaranya yang rumahnya ambruk. Mereka sebelumnya tinggal tepat di depan rumah Suprapto. Sementara yang dialami Saiful lebih tragis lagi karena rumahnya hancur tak tersisa. Untunglah ayah, ibu, dan 2 anaknya berhasil selamat. Saiful sendiri selama ini tinggal di Jakarta dan istrinya telah meninggal dunia beberapa tahun lalu. Ia langsung bergegas pulang ke Padang setelah mendengar ada gempa. Beruntung sebelum gempa ia memang telah berencana untuk pulang dan telah memesan tiket sehingga ia pun tidak terlalu mengalami kesulitan. “Untung selamat semua,” Saiful masih bisa bersyukur walaupun tidak lagi bisa menempati rumahnya.

 

 

 

 

 

 
 

Artikel Terkait

Bantuan APD untuk Tim Medis Pematang Siantar

Bantuan APD untuk Tim Medis Pematang Siantar

02 Juli 2020

Minggu, 21 Juni 2020 Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia cabang Medan komunitas Xieli Pematang Siantar menyalurkan bantuan alat pelindung diri untuk tim medis di dua rumah sakit di Pematang Siantar.

Terkesan dengan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi

Terkesan dengan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi

17 Februari 2012

Selasa 14 Februari 2012, mahasiswa dari Universitas Tzu Chi, Taiwan datang mengunjungi Sekolah Cinta Kasih Cengkareng, Jakarta Barat. Mereka datang untuk mengenal lebih dekat sistem belajar mengajar di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi.

Bersyukur Atas Titipan yang Istimewa

Bersyukur Atas Titipan yang Istimewa

06 Februari 2024

Relawan Tzu Chi Komunitas He Qi Pusat melakukan kunjungan kasih ke salah seorang penerima uluran cinta kasih Tzu Chi Raisa Syaqila yang didiagnosa down sindrom.

Orang yang memahami cinta kasih dan rasa syukur akan memiliki hubungan terbaik dengan sesamanya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -