PAT 2022: Menanam Berkah dan Mewariskan Nilai Luhur Bagi Keluarga

Jurnalis : Erli Tan, Clarissa Ruth, Indrawati (He Qi Pusat), Fotografer : Anand Yahya, Clarissa Ruth, Erli Tan, Hendrik (He Qi Barat 1), Indrawati (He Qi Pusat)

Salah satu formasi dari Persamuhan Dharma yang berjudul Persamuhan Dharma di Puncak Burung Nasar Tidak Pernah Berakhir pada acara Pemberkahan Akhir Tahun 2022 sesi eksternal, 11 Desember 2022.

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan Pemberkahan Akhir Tahun (PAT) sesi eksternal pada Minggu, 11 Desember 2022 di Aula Jing Si lt.4, Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara dengan tema Berbuat Baik dengan Welas Asih Mendatangkan Berkah, Membawa Diri dengan Kebijaksanaan Mewariskan Nilai Luhur bagi Keluarga. Acara yang dihadiri lebih dari 1.690 orang ini adalah acara PAT yang pertama kalinya diadakan secara tatap muka dan terbuka untuk umum sejak pandemi Covid-19. Acara pemberkahan kali ini juga istimewa, karena terdapat 500 orang yang menampilkan Persamuhan Dharma, yaitu adaptasi Sutra Makna Tanpa Batas melalui gerakan tangan dan formasi yang indah.

Satu Keluarga Ikut Persamuhan Dharma
Pada Persamuhan Dharma ini ada satu keluarga yang semuanya adalah relawan Tzu Chi dan semuanya ikut tampil. Mereka adalah Susi Christine (61) dan suaminya Felix Sugianto Halim (69), serta kedua anak mereka, yaitu Tania Rosalie (25) dan Jody Marcello (23). “Saat melakukan gerakannya itu hati saya kayak meresap itu, saya juga hafal lagunya, jadi kayak mendalami gitu. Saya merasa dengan memperagakan Dharma otomatis menyerap di dalam (diri kita). Isyarat tangan ini juga bagus untuk melatih otak kita menghafal dan berpikir. Saya kan umurnya tidak muda lagi, jadi kalau tidak banyak pikir kita bisa cepat pikun, jadi bagus ya untuk latihan otak,” ucap Susi semangat.

Susi Christine sangat bersukacita bisa bersama suami dan kedua anaknya mengikuti Persamuhan Dharma. Apalagi dalam acara ini Susi juga sekaligus dilantik menjadi relawan Komite.

Susi pun mengaku tidak ada tantangan yang berarti selama latihan yang memakan waktu sepanjang tujuh bulan ini, ia malah mendapat sebuah latihan yang bagus yaitu melatih ingatan dan konsentrasinya. Di rumah malah kadang putrinya, Tania yang mengajak Susi untuk latihan sebelum tidur. Pada kesempatan itu Tania juga mengungkapkan perasaannya saat tampil.

“Perasaannya sih deg degan, karena kan takut salah, tapi so far rasanya mulai ada perasaan, oh.. ternyata Tzu Chi tuh seperti ini, komunitasnya positif,” ucap Tania yang lega akhirnya dapat tampil dengan baik. Sama seperti Tania, Jody anak bungsu Susi juga merasa senang dan lega, demikian juga suaminya. “Senang banget, saya gak merasa ada kesusahan sama sekali, dibawa senang aja, nggak ada rasa grogi juga konsentrasi aja dan setelah udah selesai rasanya lega,” tambah Felix, suami Susi.

Pelantikan Relawan Komite dan Komisaris Kehormatan
Dalam acara Pemberkahan ini juga sekaligus diadakan Pelantikan Relawan Komite sebanyak 156 orang dan 14 Komisaris Kehormatan (Rong Dong). Relawan komite yang dilantik ini selain dari Jakarta, juga ada yang dari Bandung, Medan, Padang, Palembang, Pekanbaru, dan Surabaya. Sebelum pandemi Covid-19, relawan dari Indonesia selalu ikut dalam Pelantikan Relawan Komite di Aula Jing Si Taiwan. Namun karena kondisi pandemi maka pelantikan sejak tahun 2020 pun tertunda. Karena itu pelantikan kali ini pun tergabung dari relawan angkatan 2020, 2021, dan 2022.  

Dalam acara ini juga sekaligus diadakan pelantikan relawan Komite sebanyak 156 orang dan 14 Komisaris Kehormatan (Rong Dong) oleh Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Liu Su Mei.

Susi yang sudah mengikuti kegiatan Tzu Chi sejak tahun 2016 juga turut dilantik. Karena hendak dilantik ini, ia pun merasa berkewajiban untuk menjadi seorang vegetaris sesuai dengan apa yang selama ini diimbau oleh Master Cheng Yen. Meski sempat ditentang oleh putranya, Susi teguh tak tergoyahkan dan sudah dua bulan ini bervegetaris. “Ini perubahan saya yang paling besar sejak masuk Tzu Chi. Karena saya dari kecil makan segala macam hewan, papa saya dulu pemburu,” tuturnya. Susi yang semasa kecil tinggal di Pontianak ini, suka mengonsumsi bermacam daging hewan. Ayahnya yang seorang pemburu selalu pulang dengan membawa bermacam jenis hewan, seperti monyet, trenggiling, landak, burung hantu, tupai, ular, rusa. “Sekarang kalau dipikir, saya takut, itu karma berat banget, itu membunuh loh, makanya saya berdoa juga untuk almarhum Papa saya,” lanjutnya.

Susi juga mengaku mengalami perubahan yang signifikan dalam mengendalikan emosinya. Dulu ketika bertemu kondisi yang tidak sesuai keinginan, ia biasanya menggunakan kemarahan dalam menghadapinya. “Dulu saat suami saya ada proyek yang gagal, saya suka marah-marah, tapi setelah di Tzu Chi, saya gak gitu lagi. Saya hanya bilang, ‘Ya berarti bukan jodoh kita, bukan milik kita ya kita gak usah pusinglah,” akunya. Susi merasakan betul Dharma itu bagaikan air yang membersihkan noda batin yang ada di dalam dirinya. Setiap kali hendak marah, ia pasti teringat akan ajaran Master Cheng Yen mengenai kemarahan.

Bergabung dalam barisan relawan Komite kini, Susi menyambut baik jalinan jodoh ini walau masih merasa tidak percaya dirinya bisa menapak sejauh ini. “Perasaannya terharu dan bahagia banget, nggak nyangka saya udah komitmen dengan Master (Cheng Yen), perasaannya sangat luar biasa,” ungkap Susi senang.

Tjendra Dermawan dan Dolivien adalah pasangan suami-istri yang dilantik menjadi relawan komite sekaligus komisaris kehormatan tahun ini.

Relawan lain yang juga dilantik Komite adalah Tjendra Dermawan dan Dolivien yang datang dari Medan. Kedua suami istri ini juga dilantik menjadi Komisaris Kehormatan (Rong Dong). Komisaris Kehormatan adalah orang yang berdana sebesar 1 juta dolar Taiwan ke Tzu Chi agar dapat dipergunakan dalam pengembangan misi-misi Tzu Chi.

“Kita kan melihat kegiatan Tzu Chi ini kan universal, trus juga banyak membantu masyarakat, jadi selama kita mampu, jadi ya kita bantu, gitu,” tutur Tjendra yang sudah lupa kapan persisnya ia mulai menyicil dana untuk Rong Dong ini saking lamanya.

“Kalau Shixiong (suami) Rong Dong-nya untuk yang rumah sakit Tzu Chi Hospital. Kalo untuk rumah sakit kan kita bersumbangsih untuk menanam benih kesehatan yah. Kalo saya sendiri Rong Dong di DAAI TV Medan,” sambung Dolivien yang biasanya aktif di misi amal Tzu Chi. Keduanya pun bersukacita dapat menanam berkah ini sekaligus dikukuhkan menjadi murid Master Cheng Yen. “Ke depan kita akan lebih giat lagi,” ujar keduanya kompak.

Pemberkahan yang Berkesan

Pada sesi eksternal Pemberkahan Akhir Tahun 2022, tampak para donatur dan masyarakat umum memenuhi ruangan Guo Yi Ting Aula Jing Si di lantai 3. Sedang di lantai 4 dan lantai 2 juga terisi penuh.

Pada kesempatan ini Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma dan Franky O.Widjaja juga menyampaikan sharing serta ungkapan terima kasih. “Kita (Tzu Chi) gan en (terima kasih) semua Shixiong-Shijie (para hadirin), Tzu Chi bisa hari ini di sini, semuanya kita bersatu untuk melakukan kebajikan bersama,” ucap Sugianto Kusuma kepada para hadirin yang memenuhi Aula Jing Si lantai 4, lantai 3, dan lantai 2.

“Sangat senang sekali hari ini kita betul-betul bisa berkumpul di sini, jadi betul-betul aura berkumpulnya, selama tiga tahun ini di sini sangat kita nanti-nantikan,” kata Franky O.Widjaja menyampaikan sharingnya setelah Sugianto Kusuma.

Acara Pemberkahan Akhir Tahun ini pun diakhiri dengan doa bersama, dan para peserta pulang dengan membawa Angpau Berkah dan Kebijaksanaan dari Master Cheng Yen, serta suvenir yang dibagikan panitia di pintu keluar ruangan.

Meiny, salah satu masyarakat umum yang hadir dan ingin menjadi relawan Tzu Chi. Ia mengetahui acara ini dari akun Instagram Tzu Chi Indonesia.

Salah satu hadirin, Meiny (45) tahu mengenai acara hari ini dari akun Instagram Tzu Chi Indonesia. Ia berkeinginan menjadi seorang relawan, karena mempunyai niat untuk membantu orang lain. Ia suka menonton DAAI TV, terutama Drama Kisah Nyata yang inspiratif. "Ingin menjadi relawan, namun tidak tahu bagaimana caranya. Hari ini hadir di acara ini karena punya keinginan untuk menjadi relawan," ujar Meiny.

Julianti foto bersama anak bungsunya Vanessa Tiffany, ia amat bersyukur karena anak-anaknya yang bersekolah di Tzu Chi tumbuh menjadi anak baik.

Hadirin lainnya, Julianti merasa sangat terkesan setelah melihat Persamuhan Dharma. “Bagus banget, sampai saya menangis. Karena aku merasa di masa-masa sekarang itu dunia ini kayak kekurangan cinta kasih. Jadi saya sangat bersyukur betapa saya punya jodoh yang bagus dengan Tzu Chi,” ujar Julianti dengan nada terbata-bata karena menahan haru. Anak bungsu Julianti, Vanessa Tifanny saat ini duduk di bangku kelas 2 SMA Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, sedang yang tiga lainnya sudah tamat dan kini ada di Taiwan. Ia yakin Tzu Chi bisa membuat masyarakat di masa mendatang menjadi lebih baik, juga bisa meningkatkan kualitas generasi penerus seperti terhadap anaknya. “Itu kelihatan di anak kita, keempat anak saya sekolah di Tzu Chi, semuanya baik-baik. Semoga ke depannya bisa menjadi anak yang berguna bagi masyarakat,” ucap Julianti penuh rasa syukur.

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

PAT 2022: Menanam Berkah dan Mewariskan Nilai Luhur Bagi Keluarga

PAT 2022: Menanam Berkah dan Mewariskan Nilai Luhur Bagi Keluarga

12 Desember 2022

Minggu, 11 Desember 2022 Tzu Chi Indonesia mengadakan Pemberkahan Akhir Tahun 2022 (PAT) sesi eksternal. Acara yang dihadiri 1.690 orang ini adalah acara PAT yang pertama kalinya diadakan secara tatap muka dan terbuka untuk umum sejak pandemi Covid-19.

Bingkisan Imlek Bagi Gan En Hu di Pematang Siantar

Bingkisan Imlek Bagi Gan En Hu di Pematang Siantar

10 Januari 2023

Relawan Tzu Chi Medan komunitas Pematang Siantar mengadakan Kegiatan Pemberkahan Tahun Baru 2023 sesi Penerima Bantuan Tzu Chi menjelang Imlek pada Minggu, 08 Januari 2023. 

PAT 2022: Menyelami dan Menghayati Kebenaran Sejati Dari Sutra, Serta Membina Berkah dan Kebijaksanaan

PAT 2022: Menyelami dan Menghayati Kebenaran Sejati Dari Sutra, Serta Membina Berkah dan Kebijaksanaan

15 Desember 2022

Tzu Chi Medan mengadakan Pemberkahan Akhir Tahun 2022 dan Pelantikan Relawan Komite. Pementasan adaptasi Persamuhan Dharma juga digelar untuk menyelami semangat pembabaran Dharma Puncak Burung Nasar 2.500 tahun lalu.

Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -