Peduli Merapi : Tahap Demi Tahap

Jurnalis : Apriyanto, Anand Yahya, Mika Wulan (DAAI Tv), Veronika Usha, Fotografer : Susanto (Rel. Tzu Chi), Veronika Usha
 
 

fotoRelawan Tzu Chi saat mengunjungi posko pengungsian di Desa Wukirsari. Letusan pada beberapa hari sebelumnya membuat warga yang sebelumnya mengungsi di Umbulharjo diungsikan ke Wukirsari yang beradius 15 km dari Merapi.

Kamis, 21 Oktober 2010, status Gunung Merapi di Yogyakarta terus meningkat dari ”waspada” menjadi ”siaga”. Pada Senin 25 Oktober 2010, pemerintah kemudian mengumumkan kalau gunung itu berstatus ”awas” yang berarti dalam tempo 24 jam letusan bisa terjadi. Hingga akhirnya, pada Selasa 26 Oktober 2010 Merapi benar-benar meletus, melontarkan awan panas hingga merusak 3 desa yang ada di lereng Merapi di Kabupaten Sleman, yaitu Desa Kinahrejo, Pelemsari, dan Ngerangkah.

 

Tim Tanggap Darurat Tzu Chi (TTD) Pertama
Kejadian ini menimbulkan banyak simpati dari para relawan kemanusiaan  untuk bergerak memberikan bantuan, salah satunya adalah relawan Tzu Chi Yogyakarta. Setelah letusan pada Selasa 26 Oktober, relawan Tzu Chi Yogyakarta segera membagikan 10.000 masker kepada warga yang berada di pengungsian. Selanjutnya, Kamis 28 Oktober, 3 relawan dari Tim Tanggap Darurat Tzu Chi (Joe Riadi, Adi Prasetio, dan Agus Rijanto) berkunjung ke lokasi bencana untuk memberikan santunan kepada 20 orang yang keluarganya meninggal dunia. Setelah menghadiri pemakaman massal para korban letusan Merapi, 3 relawan ini lantas menuju RSUP DR Sardjito dan RS Bethesda untuk memberikan bantuan kepada 5 korban luka bakar.

Tim Tanggap Darurat Tzu Chi (TTD) Kedua
Bantuan Tzu Chi ternyata tidak berhenti sampai di situ. Esok harinya, Jumat, 29 Oktober, Tim Tanggap Darurat langsung mengadakan rapat guna memutuskan rencana pemberian bantuan kepada para korban bencana Merapi. Dari hasil rapat itu Tzu Chi memutuskan memberikan paket bantuan bencana. Maka, pada Selasa 2 November, 4 relawan Tzu Chi dan Dr. Kurniawan, Direktur RSKB Cinta Kasih Tzu Chi tiba di Yogyakarta untuk berkoordinasi dengan relawan Yogyakarta untuk merencanakan pembagian paket bantuan pada Rabu 3 November 2010. Tidak hanya itu, sebuah ambulan beserta dua perawat dari Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi pun juga diberangkatkan menuju lokasi bencana Merapi.

foto  foto

Keterangan :

  • Jumat, 5 November 2010, Merapi kembali mengeluarkan letusan dahsyat hingga memaksa warga yang mengungsi di radius 15 kilometer turun ke radius 20 kilometer dari Merapi. (kiri)
  • Pada Selasa, 2 November 2010, relawan Tzu Chi kembali mengunjungi posko pengungsian di Desa Wukirsari, Kepuharjo, dan Glagahrejo untuk mendata kebutuhan para pengungsi. (kanan)

Sesudah didata dan direncanakan dengan matang, pembagian paket bantuan itu akhirnya berhasil dilaksanakan di 3 lokasi pengungsian: Desa Wukirsari (444 paket), Glagahrejo (1.328 paket), dan Kepuharjo (1.556 paket). Dua hari berikutnya, Jumat, 5 November 2010, Merapi kembali meletus dengan ledakan yang lebih dahsyat. Berbagai peristiwa ini mengundang kepedulian dari PT Summarecon Agung dan Sekolah Terpadu Pahoa untuk menyalurkan bantuan melalui Tzu Chi.

foto  foto

Keterangan :

  • Kondisi pengungsian di Glagahrejo. Saat Merapi kembali meletus pada Jumat, 5 November 2010, tempat ini dianggap tidak lagi aman bagi pengungsi.  (kiri)
  • Kamis, 4 November 2010, sebelum letusan besar Merapi relawan sempat membagikan bantuan kepada para pengungsi. (kanan)

Tim Tanggap Darurat Tzu Chi (TTD) Ketiga
Berdasarkan hasil evaluasi dan rapat Tim Tanggap Darurat Tzu Chi pada Jumat malam, 5 November 2010 yang dipimpin oleh Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei, keesokan harinya relawan Tim Tanggap Darurat Tzu Chi dari Jakarta yang berjumlah 8 orang kembali berangkat ke Yogyakarta untuk melanjutkan misi kemanusiaan mereka yang sempat tertunda karena terjadinya letusan dahsyat 2 hari yang lalu. Untuk bantuan kali ini, pusat kegiatan Tim Tanggap Darurat Tzu Chi dipusatkan di Kota Magelang, Jawa Tengah.

Setelah bantuan tahap pertama dan kedua diserahkan kepada korban letusan di daerah Sleman, pada tahap ketiga ini relawan Tzu Chi Jakarta bergerak ke daerah Magelang, tepatnya di daerah Muntilan Jawa Tengah. Sebanyak 2.000 paket bantuan disiapkan untuk diberikan kepada para korban di beberapa lokasi pengungsian. Paket bantuan terdiri dari 1 buah ember yang berisi 2 lembar handuk, 5 helai pakaian baru untuk pria dan wanita, 2 buah sarung, dan satu gayung yang berisi 2 buah sabun, 2 buah sikat gigi, 2 buah pasta gigi, 1 buah balsam ukuran besar, 1 buah salep kulit, 5 buah masker, dan12 sachet obat puyer sakit kepala.

Hari Senin, 8 November 2010, relawan Tzu Chi memberikan bantuan kepada para pengungsi yang berada di Gelanggang Olahraga (GOR) New Armada. Sebanyak 492 keluarga yang mengungsi di GOR ini memperoleh paket bantuan dari Tzu Chi. Saat artikel ini diturunkan, relawan Tzu Chi masih terus bergerak untuk melakukan survei ke berbagai lokasi pengungsian untuk memberikan bantuan.

  
 

Artikel Terkait

Memanfaatkan Waktu dengan Baik

Memanfaatkan Waktu dengan Baik

08 Mei 2018
Di Gedung Gan En Tzu Chi Center pagi itu, Minggu 29 April 2018 diadakan Kelas Budi Pekerti Qing Zhi Ban Besar yang diikuti oleh anak-anak dari usia 9-14 Tahun. Ada 35 anak yang masing-masing didampingi oleh orang tua mereka dan 15 relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2.
Wu Liang Yi Jing dalam Pelatihan Relawan Abu Putih

Wu Liang Yi Jing dalam Pelatihan Relawan Abu Putih

24 Juli 2018
Sebanyak 169 relawan Tzu Chi dari He Qi Utara 2 mengikuti Pelatihan Relawan Abu Putih ke-3, Minggu pagi 15 Juli 2018 di Ruang Xi She Ting, Aula JingSi PIK. Acara yang berlangsung selama kurang lebih tujuh jam ini dibagi menjadi beberapa sesi.
Gempa Jepang : Doa dari Medan

Gempa Jepang : Doa dari Medan

28 Maret 2011
Sebanyak 124 orang relawan dan masyarakat umum yang hadir kemudian berlutut dengan tangan memegang pelita untuk berdoa bersama. Semua yang hadir memohon agar korban bencana di Jepang segera terbebas dari penderitaan, berharap semoga niat bajik semua orang dapat bergema sampai kepada Yang Maha Kuasa.
Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -