Peduli Seniman Bangunan

Jurnalis : Thio Verna (He Qi Utara), Fotografer : Thio Verna (He Qi Utara)
 
 

foto Minggu, 28 November 2010 diadakan baksos kesehatan untuk para “seniman bangunan” di PIK Jakarta Utara. Sebanyak 53 relawan, 7 dokter, dan 1 perawat turut andil membantu memeriksa kesehatan sekitar 230 orang seniman bangunan.

Suasana Minggu pagi yang cerah seakan mendukung para relawan untuk dapat meraih sebanyak mungkin kesempatan untuk menanam ladang berkah dan melatih diri dengan berperan serta dalam kegiatan baksos kesehatan tanggal 28  November 2010 di lokasi pembangunan gedung Aula Jing Si Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara yang khusus diperuntukkan untuk “seniman bangunan” (pekerja bangunan). Sebanyak 53 relawan, 7 dokter, dan 1 perawat turut andil membantu memeriksa kesehatan para seniman bangunan.

Pukul 7 pagi relawan mulai berdatangan mempersiapkan kebutuhan para seniman bangunan, mulai dari perlengkapan, persediaan obat, dan sarapan pagi. Tepat pukul 08.00 WIB para seniman bangunan sudah berkumpul rapi di barisan kursi dan meja yang telah disusun rapi. Kata sambutan dari relawan pembawa acara, Djohar Djaja terdengar dari atas panggung. Dengan bersemangat para seniman bangunan mendengarkan Djohar menjelaskan tentang visi dan misi Tzu chi. “Tzu berarti memberikan kebahagiaan, Chi berarti menghilangkan penderitaan. Tzu Chi merupakan suatu organisasi amal kemanusiaan yang dipimpin oleh seorang biksuni yang bernama Master Cheng Yen. Tzu Chi memiliki 3 tujuan, yaitu menyucikan hati manusia, membangun masyarakat yang damai dan sejahtera, dan menghindarkan dunia dari bencana,” kata Djohar. Djohar juga menekankan bahwa jasa seniman bangunan sangatlah berperan besar dalam penyelesaian proyek Aula Jing Si ini, sehingga kesehatan mereka sangat penting dan layak untuk dijaga.

foto    foto

Keterangan :

  • Budaya kemanusiaan Tzu Chi juga diterapkan kepada para seniman bangunan Aula Jing Si, mereka dengan tertib dan rapi menunggu giliran untuk diperiksa kesehatannya. (kiri)
  • Salah satu seniman bangunan, Andre yang matanya memerah dan sempat membengkak akibat kemasukan debu saat tengah mengerjakan tugas membongkar beton. Dokter kemudian memberinya obat mata untuk mengurangi iritasinya. (kanan)

Kepedulian Terhadap Seniman Bangunan
Lisdiya Metta, perawat dari RSKB Cinta Kasih, lulusan Akademi Keperawatan di Semarang merupakan salah satu relawan yang membantu terlaksananya kegiatan baksos kesehatan ini. Ia mengatakan baru pertama kali mengikuti baksos kesehatan ini dan mendukung sekali karena kegiatan ini diperuntukkan untuk menjaga kesehatan para seniman bangunan supaya mereka dapat bekerja lebih giat dengan kesehatan terjamin.

“Banyak pelajaran yang didapat di sini. Saya dapat mengetahui sakit atau gejala umum yang sering timbul di lapangan, dan yang paling penting hati saya gembira dapat melihat raut wajah senang dari para seniman bangunan karena mereka merasa dipedulikan,” katanya, “perhatian dari mandor pun sangat terlihat. Beberapa hari lalu ada seniman bangunan yang dirujuk ke RSKB Cinta Kasih karena demam tinggi, mandor pun langsung berangkat ke RSKB Cinta Kasih dan turut mendampingi. Tidak hanya mengharapkan tenaga dan fisik dari para seniman bangunan, tetapi kesehatan dan batin pun diperhatikan.”

foto  foto

Keterangan :

  • Kepedulian dirasakan oleh Sarmidi. Sarmidi menginjak paku dan tembus pada telapak kaki kirinya saat bertugas. Setelah dokter (proyek) melakukan pengobatan pertama di tempat, Midi langsung diberi surat rujukan ke RSKB Cinta Kasih Cengkareng.  (kiri)
  • Sambil menunggu giliran berobat, para seniman bangunan ini juga mendapatkan penjelasan tentang visi dan misi Tzu Chi. Bukan hanya memperhatikan kesehatan jasmani, insan Tzu Chi juga memberi perhatian pada kesehatan batin para seniman bangunan. (kanan)

Merasa Dipedulikan dan Diperhatikan
Rasa inilah yang dirasakan oleh para seniman bangunan, salah satunya adalah Andre, lelaki kelahiran Cilacap, 25 Desember 1978. Ini kedua kalinya Andre mengikuti kegiatan baksos kesehatan seniman bangunan. Keluhan yang disampaikan antara lain batuk, dada kadang terasa sakit khususnya pada malam hari, kram, kesemutan dan sakit mata. Keluhan terakhir terlihat jelas ketika Andre mengikuti baksos kesehatan ini dengan menggunakan kacamata hitamnya, bukan untuk sekedar bergaya tetapi kedua bola matanya memerah disebabkan pekerjaan terakhir yang ia lakukan, yaitu menghancurkan beton. Saat melakukan pekerjaan itu Andre menggunakan bantuan mesin dan saat yang bersamaan debu hasil beton yang hancur terbang terkena angin masuk ke dalam mata Andre, alhasil matanya langsung memerah dan sempat membengkak. Dokter yang menangani Andre langsung memeriksa dan memberikan obat untuk kedua matanya, dan juga obat untuk keluhan Andre yang lainnya.

Senyum pun terpancar di wajah Andre yang mengataan bahwa di proyek ini ada keistimewaan yang menonjol seperti kebersihan dan keselamatan terjaga, disiplin kerja yang baik, kebutuhan yang diperhatikan dan kesehatan selalu dijaga secara rutin dengan diadakannya baksos kesehatan untuk seniman bangunan, sehingga hati pun menjadi tersentuh. Harapan Andre ke depannya supaya projek Aula Jing Si PIK ini cepat selesai dan dapat berguna bagi semua orang.

Kepedulian dan perhatian ini juga dirasakan oleh Sarmidi, pria kelahiran Boyolali 24 Agustus 1986 silam yang akrab dipanggil Midi oleh rekan-rekannya. Kurang lebih 2 hari lalu tanpa sengaja Midi menginjak paku dan tembus pada telapak kaki kirinya saat bermaksud untuk kembali ke mes dari lantai 6 proyek setelah lembur sampai jam 10 malam. Midi merasa bersyukur dan senang karena lukanya dapat diobati segera. Setelah dokter (proyek) melihat dan melakukan pengobatan pertama di tempat, Midi langsung diberi surat rujukan ke RSKB Cinta Kasih untuk disuntik obat ATS agar tidak terjadi infeksi. Midi pun merasakan cinta kasih atas kepedulian dan perhatian yang didapatnya hari ini. “Inilah salah satu kelebihan yang saya rasakan saat ini,” ungkapnya.

Relawan koordinator baksos kesehatan seniman bangunan kali ini, Johan Effendy menginformasikan bahwa jumlah seniman bangunan yang diperiksa sebanyak 230 orang. “Jika kita peduli terhadap seniman bangunan tentu akan berpengaruh terhadap pembangunan Aula Jing Si itu sendiri,” kata Johan sambil menemani para relawan lain merapikan peralatan dan perlengkapan yang menandai selesainya kegiatan baksos kesehatan ini. Johan pun berterima kasih kepada para relawan yang telah berkesempatan menggarap bersama ladang berkah ini.

  
 

Artikel Terkait

Berbagi Kasih Bersama Anak-anak Panti Asuhan

Berbagi Kasih Bersama Anak-anak Panti Asuhan

24 Juli 2014
Kegiatan yang berlangsung pada hari Selasa (15/7/14) dari pukul 10.00-14.00 WIB ini, melibatkan 11 relawan Tzu Chi bersama anak-anak panti asuhan yang berjumlah 200 orang dari 5 panti asuhan yang berada di sekitar kota Padang.
Setetes Darah untuk Membantu Banyak Orang

Setetes Darah untuk Membantu Banyak Orang

17 Mei 2023

Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat (Xie Li Jembatan Lima) bekerja sama dengan RSUP Fatmawati kembali mengadakan bakti sosial donor darah di Trade Mall Seasons City pada 7 Mei 2023. 

BaksosKesehatan Tzu Chi ke-120: Menjangkau Warga Pesisir

BaksosKesehatan Tzu Chi ke-120: Menjangkau Warga Pesisir

29 September 2017

Yayasan Buddha Tzu Chi bekerjasamadengan TNI mengadakanbaksoskesehatan ke-120 dalamrangka HUT TNI yang ke-120. Rangkaianbaksos yang terdiridari 2 bagianinidilakukansejak 21-28 September 2017. Padabagianpertamabaksos, 21-25 September 2017, Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia bersamaSatuanTugas TNI berkelilingke 3 pulau: PuloPanjang, PulauTunda, dan Ujung KulondenganmenggunakanKapal KRI dr. Soeharso. Di sanamerekamelayanipengobatanumum, gigi, dankhitan. Sedangkanpadabagian 2, 26-28 September 2017, baksostetapdilakukan di KRI dr. Soeharso yang bersandar di PelabuhanMerak, Banten. Di sana TIMA melayanioperasikatarak, pterygium, hernia, bibirsumbing, dan minor lokal.

Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -