Pekan Amal Tzu Chi 2018: Senang Menjadi Bagian dari Pekan Amal Tzu Chi

Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Pusat), Fotografer : SuyantiSamad (He Qi Pusat)


Selain Sate Padang, di stan Tzu Chi Padang juga menjual berbagai aneka kripik Singkong, kripik opak, kripik sukun, kripik melinjo, dan dendeng balado vegetarian asal Padang. Sate padang merupakan ciri khas makanan asal Sumatera Barat atau Padang.

Tahun 2018, Tzu Chi Indonesia kembali mengadakan Pekan Amal Tzu Chi, yang menghadirkan 206 stand dengan berbagai produk kuliner vegetaris, sembako, peralatan rumah tangga, pakaian, sepatu, barang elektronik, dan sepeda motor. Pekan Amal Tzu Chi Indonesia ini memiliki misi untuk menebarkan dan membangkitkan cinta kasih insan Tzu Chi dan masyarakat luas.

Pekan Amal memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk menggarap ladang berkah, serta menanam benih kebajikan. Mereka adalah orang yang memberikan donasi barang untuk pekan amal, maupun mereka yang membeli barang selama Pekan Amal Tzu Chi berlangsung pada 21-21 April 2018.

Sate Padang, Makanan Khas Tzu Chi Padang

Setiba mendarat di Tzu Chi Center PIK untuk menurunkan barang-barang, sebanyak 14 insan Tzu Chi Padang langsung melangkahkan kaki menuju ke Pasar Muara Karang untuk berbelanja bahan dasar racik bumbu Sate Padang. Barang belanjaan itu seperti minyak goreng, gula, tepung, dan lainnya. Sedangkan bahan dasar lainnya seperti bahan rempah-rempah telah diracik di Padang oleh Sutedy Wijaya bersama istrinya.

Walau Sutedy telah lama membuka rumah makan Sate Padang nonvegetarian, saat insan Tzu Chi Padang memintanya untuk mengolah bumbu Sate Padang, ia langsung menyanggupi. Permintaan itu tidaklah menjadi suatu tantangan berat baginya. Hanya memerlukan waktu lebih kurang dua minggu lamanya, Suteja Wijaya bersama istrinya berhasil mengolah kuah Sate Padang menjadi makanan khas Tzu Chi asal Padang. Racikan kuah Sate Padang vegetarian juga kuah Sate Padang nonvegetarian ini kini menjadi usaha pencahariannya hingga saat ini.


Tahun 2018 ini merupakan tahun keempat Tzu Padang berpartisipasi dalam Pekan Amal Tzu Chi.

Asal mula kuah rempah Sate Padang ini bermula dari berbagai percobaan dengan melakukan campuran bahan dasar yang dilakukan Sutedy Wijaya. Awalnya ia mengolah bumbu Sate Padang menggunakan biki (tepung) yang diambil sarinya. Biki (tepung) ini tidak bagus bagi kesehatan. Bila terlalu sering mengkonsumsi biki (tepung) tidak bagus bagi lambung, sehingga Sutedy Wijaya kembali mencari bahan dasar lainnya dan mengolah menjadi warna kuning seperti kuah sate padang nonvegetarian.

“Awalnya saya mencoba Sate Padang vegetarian dari rumah makan vegetarian. Setelah beberapa kali mencoba makanan tersebut, saya bersama istri mencoba meracik sendiri di rumah. Hasil racikan biasanya kita meminta tetangga untuk mencobanya dan meminta mereka untuk menilainya. Para tetangga memuji bumbu Sate Padang ini lebih enak dari Sate Padang yang biasa dijual di Padang.” jelas Suteja Wijaya, yang sempat vakum dari Tzu Chi karena sibuk dengan aktivitas lain.

Jalinan jodoh Sutedy Wijaya dengan Tzu Chi terjalin kembali dengan kunjungan Ketua Tzu Chi Padang Widya Kusuma ke rumahnya yang meminta untuk berpartisipasi menjadi bagian dari Pekan Amal Tzu Chi di Jakarta pada tahun 2017 kemarin. “Saya diminta untuk menyiapkan 3000 tusuk daging sate vegetarian. Kemarin Pekan Amal Tzu Chi di Batam, diminta menyiapkan 4000 tusuk daging sate vegetarian, dan Pekan Amal Tzu Chi selama dua hari ini, ada 6000 tusuk daging sate vegetarian, dengan 500 ketupat (lontong),” ujar Sutedy Wijaya, yang sudah menjadi seorang vegetarian sejak 1997 hingga sekarang.


Walau Sutedy Wijaya telah lama membuka rumah makan Sate Padang nonvegetarian, saat insan Tzu Chi Padang memintanya untuk mengolah bumbu Sate Padang, tidaklah menjadi suatu tantangan berat baginya.

“Rabu kemarin, insan Tzu Chi asal Padang mulai mengolah dan membuat daging sate vegetarian. Daging yang diolah dipanggang di oven, di salah satu pabrik roti, milik relawan Padang. Satu oven panggang itu bisa memuat 2500 tusuk daging sate vegetarian. Hasil daging vegetarian yang telah dipanggang, kita bawa ke Jing Si Tang Padang, disusun kembali dan dimasukkan ke freezer di hotel Mercure, Padang, hotel milik salah satu relawan Padang. Jumat pagi, kita bawa ke Tzu Chi Center Jakarta, kita masukkan ke freezer Jing Si Tang Jakarta. Sabtu Minggu ini kita keluarkan untuk di panggang,” cerita Christianto Wimarho (52), asal pengolahan daging sate panggang vegetarian.

Christianto Wimarho juga menambahkan, bahwa beras untuk olahan ketupat lontong didatangkan dari Padang, tetapi dibuat oleh seorang shijie, relawan asal Padang, tetapi tinggal di Jakarta.

“Semuanya diolah di Padang. Setiap relawan dengan bersungguh hati ikut serta mengambil bagian untuk mengolah Sate Padang. Untuk satu porsi Sate Padang terdiri dari tiga tusuk sate, beberapa potongan lontong ketupat dan disiram dengan kuah rempah-rempah. Harganya murah, dengan membayar kupon tiga puluh ribu rupiah, kita sudah bisa menikmati sate padang yang renyah dan enak,” ucap Christianto Wimarho, yang telah tiba di Jakarta pada Jumat siang atau sehari sebelum pekan amal.

Selain Sate Padang, di stan Tzu Chi Padang juga menjual berbagai aneka kripik Singkong, kripik opak, kripik sukun, kripik melinjo, dan dendeng balado vegetarian asal Padang. Sate padang merupakan ciri khas makanan asal Sumatera Barat atau Padang. Para pengunjung tampak memadati stan ini. Terkadang selesai makan di Pekan Amal Tzu Chi, mereka akan balik ke stan ini untuk membeli sate Padang untuk dibawa pulang ke rumah.

“Tahun kemarin, sekitar jam 11 siang, sate Padang sudah habis terjual. Tahun ini kita menyiapkan porsi Sate Padang menjadi dua kali lipat dari tahun kemarin. Kita telah menyiapkan 1.700 porsi Sate Padang untuk tahun 2018,” ungkap Christianto Wimarho.

Insan Tzu Chi Padang senang bisa menjadi bagian dari Pekan Amal Tzu Chi. “Kita belum selesai memanggang sate dan merampungkan kuah rempah Sate Padang belum matang, pembeli sudah menanyakan apakah Sate Padang sudah ada. Inilah membuat kita senang. Mereka sangat menyukai Sate Padang kita,” kata Christianto Wimarho.

Sementara itu, Tzu Chi Padang memiliki Perumahan Cinta Kasih di daerah Lubuk Buaya, Kecamatan Koto Tangah. Ada 100 rumah tinggal, untuk warga binaan Tzu Chi Padang. Mata pencaharian mereka sebelum gempa pada tahun 2009 adalah nelayan. Pasca gempa, Tzu Chi Indonesia memberikan bantuan perumahan bagi warga tidak mampu. Hingga saat ini, masih banyak warga memohon bantuan untuk bisa tinggal di perumahan Tzu Chi Padang. Warga binaaan yang tinggal di perumahan tersebut, diberikan keterampilan seperti kerajinan tangan, menjahit baju, seprei, dan lainnya, yang dapat dijadikan usaha pencaharian mereka.

“Waktu warga perumahan ini mendengar ada Pekan Amal Tzu Chi di Jakarta, mereka berinisiatif mencari ide untuk bersumbangsih. Mereka akhirnya memutuskan membuat alas kaki berbahan kain pecah daur ulang. Dalam waktu sebulan, mereka berhasil membuat 20 alas kaki dengan berbagai motif unik. Di Pekan Amal Tzu Chi habis terjual,” tutup Christianto Wimarho.

Tahun 2018 ini merupakan tahun keempat, Tzu Chi Padang menjadi partisipan di Pekan Amal Tzu Chi. “Mengumpulkan dana untuk pembangunan rumah sakit Tzu Chi. Seperti Master Cheng Yen pernah mengatakan kesehatan sangat berharga nilainya. Kesehatan dapat menghilangkan kemiskinan. Kemiskinan adalah sumber penderitaan. Untuk menghilangkan penderitaan, Tzu Chi membangun rumah sakit yang bertaraf International. Pembangunan rumah sakit ini merupakan perwujudan misi kesehatan Tzu Chi,” kata Christianto Wimarho, koordinator pekan amal perwakilan dari Tzu Chi Padang.

Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Pekan Amal Tzu Chi 2015 : Bazar untuk Pembangunan Rumah Sakit

Pekan Amal Tzu Chi 2015 : Bazar untuk Pembangunan Rumah Sakit

31 Oktober 2015 Pekan Amal Tzu Chi disambut antusias oleh semua orang, buktinya sebanyak 200 stan berpartisipasi dalam kegiatan ini yang menjual barang-barang keperluan sehari-hari seperti sembako, pakaian, makanan, hingga kendaraan motor.
Pekan Amal Tzu Chi 2019

Pekan Amal Tzu Chi 2019

21 Oktober 2019

Dengan wajah yang berseri-seri, Ketua Tzu Chi Indonesia Liu Su Mei membuka Pekan Amal Tzu Chi 2019 dengan memukul gong bazar sebanyak tiga kali. Pekan Amal Tzu Chi 2019 ini berlangsung meriah, namun sangat rapi dan tertib. Pekan Amal Tzu Chi 2019 didukung banyak pihak. Tercatat ada 207 stan dengan berbagai macam produk, seperti makanan, minuman, sembako, ATK, pakaian, elektronik, hingga kendaraan roda 2 dan 4. 

 

Pekan Amal Tzu Chi 2018: Partisipasi Semua Kalangan

Pekan Amal Tzu Chi 2018: Partisipasi Semua Kalangan

25 April 2018
Pekan Amal Tzu Chi 2018 yang diadakan selama dua hari (21 dan 22 April 2018) menjajakan berbagai produk makanan maupun barang. Relawan komunitas He Qi Timur Hu Ai Kelapa Gading pun turut memeriahkan pekan amal ini dengan membuka beberapa stan.
Dengan keyakinan yang benar, perjalanan hidup seseorang tidak akan menyimpang.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -