Pelatihan Relawan ZSM Tangerang: Saatnya Foto Bercerita

Jurnalis : Beti Nurbaeti, Putri Wiejaya, Yuliawati (He Qi Tangerang), Fotografer : Shellen Setiawan (He Qi Tangerang)

Vivi Angel, relawan Zhen Shan Mei yang aktif di komunitas He Qi Tangerang membawakan materi sesi pertama dengan penuh semangat.

Fotografi adalah seni dan ilmu menangkap cahaya untuk merekam momen dalam bentuk gambar. Dari prinsip awal kamera obscura yang dikenalkan oleh Ibnu Al-Haytham, hingga lahirnya film fotografi oleh George Eastman pada 1888, dan munculnya teknologi digital di akhir abad ke-20—fotografi telah mengalami revolusi besar. Kini, fotografi menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari; bukan hanya untuk dokumentasi, tetapi juga untuk menyampaikan pesan, merekam sejarah, dan mengekspresikan nilai-nilai kehidupan.

Tzu Chi pun memaknai fotografi sebagai media membabarkan cinta kasih. Sebagaimana pesan Master Cheng Yen (pendiri Tzu Chi), relawan Zhen Shan Mei (ZSM) adalah mata dan telinga Master yang merekam misi kemanusiaan. Dalam semangat itulah, relawan ZSM He Qi Tangerang menggelar Mini Training Pertama Tahun 2025 dengan fokus pada pelatihan fotografi, yang diselenggarakan Minggu, 25 Mei 2025, dan diikuti oleh 33 relawan di Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Tangerang.

Saatnya Foto Bercerita
Kegiatan dibuka oleh Metta Sari Wangsadidjaya selaku MC, dilanjutkan dengan penghormatan kepada Master Cheng Yen. Sesi pertama dibawakan oleh Vivi Angel, fungsionaris ZSM Hu Ai Tangerang yang aktif di bidang fotografi dan videografi. Ia mengangkat tema “Foto yang Bercerita”, karena setiap foto menyimpan kisah, sejarah, dan pesan mendalam.

Foto bersejarah bus yang terperosok dan didorong relawan, diabadikan langsung oleh Master Cheng Yen—menjadi cikal bakal terbentuknya tim ZSM.

ZSM (Zhen: Kebenaran, Shan: Kebajikan, Mei: Keindahan) dulunya dikenal sebagai 3 in 1—gabungan antara foto, video, dan tulisan. Asal-usul ZSM bermula dari sebuah foto yang diabadikan Master Cheng Yen tahun 1970 di Taiwan. Saat itu, bus yang membawa Master dan relawan terperosok ke sungai. Para relawan saling bantu mendorong bus, dan Master pun memotret momen tersebut. Foto itu menjadi tonggak penting dalam sejarah dokumentasi misi Tzu Chi.

Dalam paparannya, Vivi menjelaskan bahwa untuk menciptakan foto yang “bercerita”, seorang fotografer perlu:
  1. Menentukan objek utama dan tema (misalnya, objek tersenyum, menulis, atau mendengarkan).
  2. Menyesuaikan sudut pengambilan gambar, menghindari gangguan visual.
  3. Mengatur pencahayaan agar objek terlihat jelas dan natural.

Ia juga mengenalkan teknik-teknik dasar fotografi:
  • High Angle – dari atas ke bawah (contoh: donor darah)
  • Eye Level – sejajar mata, paling umum digunakan
  • Low Angle – dari bawah ke atas (contoh: pelestarian lingkungan)
  • Long Shot – menampilkan tubuh/lingkungan secara utuh
  • Medium Shot – setengah badan, menonjolkan aktivitas
  • Close-up – memperlihatkan ekspresi dan detail wajah

Sesi dilanjutkan dengan praktik mendeskripsikan nilai-nilai ZSM dalam foto. Setiap peserta bebas memilih dua dari sepuluh foto yang tersedia untuk dianalisis dan dibagikan ceritanya.

Valeska Vania Lee (24), relawan Tzu Ching, hadir bersama ibu dan saudara-saudaranya. “Acara ini sangat informatif dan seru. Saya jadi lebih peka ketika mengambil gambar ke depannya. Foto bisa menyampaikan nilai senyuman, sentuhan, dan budaya humanis,” ungkapnya.

Anton, relawan aktif, membagikan refleksi atas dua foto dengan karakter berbeda—satu penuh kelembutan, satu lagi penuh semangat.

Valeska Vania Lee (kanan), hadir bersama adiknya Davin (tengah), kakaknya Vanessa (kiri), dan ibunya, relawan Komite A Kuan, menunjukkan semangat kebersamaan keluarga dalam pelatihan ZSM.

Ketua Tzu Chi He Qi Tangerang, Johnny Chandrina, juga memberikan masukan. Ia mendorong relawan ZSM untuk mendokumentasikan profil relawan yang berdedikasi tinggi agar semangat mereka menjadi inspirasi bagi para relawan lainnya. Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga kekhidmatan saat bertugas, terutama di momen sakral seperti kebaktian dan meditasi. “Saya sangat respek. Relawan ZSM Tangerang kini semakin solid dan berkembang,” ujarnya.

Materi kedua disampaikan oleh Lorenzo Setiawan, PIC kegiatan. Ia menjelaskan prosedur penyetoran foto dari setiap kegiatan. Cukup dengan mengisi tautan formulir berisi data kegiatan, lalu melampirkan maksimal 30 foto yang sudah dikurasi (hindari foto blur, ganda, atau tidak humanis). Target penyetoran maksimal satu minggu setelah kegiatan.

Johnny Chandrina, Ketua Tzu Chi He Qi Tangerang, menyampaikan pesan mendalam kepada para relawan agar ZSM terus menjaga budaya humanis dalam dokumentasi.

Sistem ini diharapkan menjaga dokumentasi kegiatan agar tetap lengkap dan bermakna. Sebab setiap momen cinta kasih adalah bagian dari sejarah yang layak diabadikan oleh setiap “Ren-Ren ZSM”— setiap relawan adalah relawan Zhen Shan Mei.

Pesan dan Kesan
Yuliawati Yohanda, Fungsionaris ZSM He Qi Tangerang, mengungkapkan kegembiraannya. “Tahun lalu hanya 20 peserta, kini naik menjadi 32. Semoga makin banyak relawan yang tergerak menjadi Ren-Ren ZSM dan melangkah bersama dalam merekam jejak cinta kasih.”

Timothy Denny Khouw, relawan Abu Putih yang antusias belajar fotografi, menyimak materi dengan serius demi menambah wawasan.

Lorenzo Setiawan, fungsionaris sekaligus PIC, awalnya gugup saat menyampaikan materi. “Tapi berkat dukungan teman-teman, saya berani berbagi. Semoga makin banyak relawan baru yang bergabung,” harapnya.

Timothy Denny Khouw (22), relawan Abu Putih, sangat antusias. “Kegiatannya seru. Walau belum ada sesi praktik, saya tetap belajar banyak tentang teknik dan nilai humanis dalam fotografi,” ucapnya sambil menunjukkan kamera yang telah ia persiapkan.

Esty Herasari, relawan senior dengan semangat luar biasa, aktif bertanya dan berbagi cerita tentang kecintaannya pada dunia fotografi sejak masa kuliah.

Esty Herasari (56), relawan senior, tampil aktif bertanya dan berbagi pengalaman. Ketertarikannya pada fotografi telah tumbuh sejak 1989 saat masih kuliah. “Usia bukan halangan untuk terus belajar,” pesannya, yang menginspirasi peserta muda lainnya.

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

Pelatihan Relawan Zhen Shan Mei di Tanjung Balai Karimun

Pelatihan Relawan Zhen Shan Mei di Tanjung Balai Karimun

05 Agustus 2019
Minggu, 21 Juli 2019, Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan kegiatan pelatihan Zhen Shan Mei. Zhen Shan Mei merupakan para relawan yang aktif dalam mendokumentasikan kegiatan Tzu Chi melalui artikel, foto, dan video. Kegiatan ini diikuti oleh 43 orang relawan.
Pelatihan Zhen Shan Mei: Setiap Sejarah

Pelatihan Zhen Shan Mei: Setiap Sejarah

26 Februari 2014 Pelatihan ini dimaksudkan agar terbentuknya satu tim relawan Zhen Shan Mei di setiap Hu Ai  yang menguasai bidang foto, artikel, video, dan skrip video. Selain itu melalui pelatihan ini juga  diharapkan agar pencatatan dan dokumentasi sejarah Tzu Chi Indonesia menjadi semakin lengkap.
Biarkan Foto Berbicara

Biarkan Foto Berbicara

25 Mei 2023

Pelatihan Foto dengan tema Biarkan Foto Berbicara ini diisi oleh para pemateri yang merupakan relawan Zhen Shan Mei yang sudah lama aktif dan sangat memahami teknik fotografi dan budaya humanis Tzu Chi.

Keindahan sifat manusia terletak pada ketulusan hatinya; kemuliaan sifat manusia terletak pada kejujurannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -