Pelatihan Tim Tanggap Darurat Tzu Chi (Bag. 1)

Jurnalis : Riani Purnamasari (He Qi Utara), Fotografer : Riani Purnamasari (He Qi Utara)
 
 

fotoAdi Prasetio (kanan) yang telah memimpin Tim Tanggap Darurat Tzu Chi selama 3 tahun lebih, memasangkan tas ransel ke pundak Joe Riadi, Ketua Tim Tanggap Darurat Tzu Chi yang baru pada saat pelatihan Tim Tanggap Darurat Tzu Chi tanggal 17-18 Juli 2010.

“Andaikan diri kita hanyalah sebuah mur atau baut yang sangat kecil sekalipun, kita tetap harus memperhatikan apakah mur atau baut ini sudah terpasang dengan kencang agar dapat berfungsi secara optimal.” (Master Cheng Yen)

Bencana alam adalah sesuatu yang tidak pernah diinginkan. Namun ketika terjadi, insan Tzu Chi selalu berupaya untuk membantu dan mengerahkan bantuan. Adalah Tim Tanggap Darurat Tzu Chi yang kerap menjadi ujung tombak di setiap bencana yang terjadi, baik nasional maupun internasional. Mereka adalah relawan 4 He Qi—Utara, Barat, Timur, dan Selatan yang tergabung dalam Tim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi.

Pembagian Tugas
Pelatihan merupakan suatu bentuk kewaspadaan dan ciri dari Tim Tanggap Darurat. Dimulai oleh Abdul Muis, salah seorang anggota Advance Team, pelatihan TTD berjalan dengan antusias. Abdul Muis menjelaskan program pelatihan yang akan diikuti para anggota TTD selama 2 hari. Jhonny, relawan lainnya kemudian menjelaskan struktur organisasi dan pembagian 3 jenis tim: Advance Team, Core Team, dan Spirit Team.

Advance team adalah tim yang pertama kali merespon adanya bencana alam. Tim ini terdiri dari Agus Johan, Abdul Muis dan Jhonny, ketiganya selalu siap sedia dan secara konsisten dan terlatih turun ke lapangan. Kedua adalah Core team. Tim yang terdiri dari Joe Riadi, Hong Sin Liang dan Yopie Budiyanto ini merupakan tim yang turun dengan membawa perlengkapan lebih yang akan didistribusikan oleh anggota Advance team. Ketiga adalah Tim Pemerhati atau biasa disebut Spirit team. Tim ini hanya terdapat di Tim Tanggap Darurat Yayasan Buddha Tzu Chi, di mana tugas mereka adalah memberi penghiburan dengan gerakan isyarat tangan, menyanyi ataupun memberikan semangat. Tim ini terdiri dari Yang Pit Lu, Tan Soei Tju dan Rudi Suryana. Bersama dengan Spirit Team, terdapat pula Eva Wiyogo sebagai pemerhati dan Nony Intan yang memimpin tim konsumsi.

foto  foto

Ket : - Jhonny, salah seorang anggota Advance Team dari Tim Tanggap Darurat Tzu Chi menjelaskan tentang             struktur organisasi selama 3 tahun terakhir. (kiri)
         - Di dalam Tim Tanggap Darurat Tzu Chi juga diperlukan budaya kemanusiaan Tzu Chi dalam             pelaksanaannya. Selain bantuan fisik, batin para korban bencana juga perlu dipulihkan. (kanan)

Syarat Menjadi Anggota Tim Tanggap Darurat (TTD)
Tidak semua orang dapat menjadi relawan TTD. Banyak syarat dan kriteria sebelum seorang relawan ditempatkan dalam suatu tim. Sehat jasmani dan rohani, dapat menjalankan tugas sesuai dengan prosedur, memiliki integritas tinggi dan minimal adalah relawan abu putih yang telah mengikuti pelatihan relawan Tzu Chi adalah syarat-syarat utama untuk menjadi relawan TTD.

Pelatihan TTD yang diselenggarakan pada tanggal 17-18 Juli 2010 ini juga mengundang pembicara yang sangat dikenal di dunia tim tanggap darurat internasional, yaitu Dr. Ben Yura Rimba Mars. Berpangkat Letnan Kololonel CKM yang juga merupakan Komandan Tim Kesehatan Indonesia untuk bantuan internasional, Dr. Ben Yura Rimba Mars memulai pelatihan dengan menjelaskan jenis-jenis bencana. “Bencana dapat dibagi menjadi dua, bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia. Namun, apapun bentuk bencananya, kita tetap harus senantiasa bergerak cepat. Sewaktu kami pergi menolong korban gempa di Tiongkok, lebih tepatnya di Desa Qing Shui Ping, kami benar-benar merasa terharu. Pada saat itu, hanya (relawan) Indonesia dan Pakistan yang boleh masuk ke wilayah Tiongkok. Penduduk di sana pun benar-benar menyambut kami dengan gembira,” ujarnya dengan gembira.

foto  foto

Ket: - Setiap ketua kelompok memiliki yel-yel tersendiri untuk menyemangati anggotanya dalam pelatihan             Tim Tanggap Darurat Tzu Chi yang diselenggarakan tanggal 17-18 Juli 2010 di Perumahan Cinta Kasih             Tzu Chi Cengkareng. (kiri).
         - Tiap kelompok dipakaikan penutup mata oleh kelompok lawannya agar mereka tidak saling mengintip.             Permainan ini bertujuan menanamkan kerja sama dan kepercayaan dalam diri setiap anggota. (kanan)

Budaya Kemanusiaan Tzu Chi di Lokasi Bencana
Pembicara kedua malam itu merupakan sosok yang sudah dikenal para relawan. Dengan santai, Agus Rijanto mengajukan pertanyaan yang menyenangkan sebelum memulai sharingnya tentang berapa banyak peserta dan dari he qi mana saja. Anggota keempat he qi yang mengikuti sangat antusias mengangkat tangan ketika nama he qi-nya disebutkan. “Ya, jadi hanya He Qi Utara saja yang memiliki seorang shijie (relawan wanita -red),” canda Agus.

Agus Rijanto memberi pelatihan Budaya Kemanusiaan Tzu Chi. “Apa sih budaya kemanusiaan Tzu Chi? Tentu kita sudah tahu, ‘Gan En, Zhun Zhong, Ai’. Namun, sebenarnya, citra Tzu Chi merupakan tampilan kita sehari-hari dalam berperilaku dan kepribadian,” ungkap Agus Rijanto yang membuat para peserta tertegun dan tersadar. “Menjadi pembimbing rohani dalam menyucikan hati manusia, menjadi pilar utama bagi tercapainya masyarakat yang damai sejahtera, menjadi pedoman dalam pemberian bantuan bagi yang membutuhkan, menjadi penuntun untuk pikiran yang kacau, menjadi sumber inspirasi yang baik bagi semua orang dan menjadi sumber pengetahuan tanpa harus diminta, adalah 6 misi budaya kemanusiaan Tzu Chi,” lanjutnya Agus. Dalam kesempatan itu Agus juga menyampaikan bahwa Master Cheng Yen menginginkan setiap orang dapat menggunakan segala sesuatu yang dapat dilihat, didengar, dan dirasakan pancaindra dan mata hati sebagai sarana untuk memperbaiki sifat, kondisi hati serta perilaku diri. “Maka Shixiong-Shijie, seusai Kata Perenungan Master Cheng Yen, Jangan berusaha untuk mengubah orang lain, tetapi berusahalah untuk mengubah diri sendiri,” kata Agus Rijanto menutup sharingnya malam itu.

Bersambung ke bagian 2

  
 
 

Artikel Terkait

Mengenal Virus Corona dan Cara Pencegahannya

Mengenal Virus Corona dan Cara Pencegahannya

13 Februari 2020

Seminar Kesehatan tentang Virus Corona dan Pencegahannya dilakukan di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat (07/02/2020). Seminar dibawakan oleh Dokter Patria Wardana Yuswar, dokter RS Cinta kasih Tzu Chi dan dihadiri orang tua murid Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi.

Satu Langkah Kecil Hari Ini untuk Perubahan di Masa Depan

Satu Langkah Kecil Hari Ini untuk Perubahan di Masa Depan

13 September 2013 Dalam kegiatan selama beberapa jam sehari di sekolah, terbentang kesempatan yang besar bagi pengajar untuk menyirami anak-anak dengan harapan dan welas asih.
Memanen Sayuran Hidroponik Di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi

Memanen Sayuran Hidroponik Di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi

03 Desember 2020

Senin, 30 November 2020, para guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng memanen tanaman hasil hidroponik dengan sistem rakit apung yang telah ditanam sebulan sebelumnya. Dari 108 bibit, 100 di antaranya berhasil tumbuh dan dipanen dengan baik dan memuaskan.

Tiga faktor utama untuk menyehatkan batin adalah: bersikap optimis, penuh pengertian, dan memiliki cinta kasih.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -