Pemb. Akhir Tahun di Bumi Lancang Kuning

Jurnalis : Mettayani (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Edy Kurniawan (Tzu Chi Pekanbaru)
 
 

foto Relawan Tzu Chi Pekanbaru menyelenggarakan Pemberkahan Akhir Tahun pada tanggal 16 Januari 2011. Dalam acara ini relawan juga menampilkan produk-produk yang berasal dari bahan daur ulang.

Menyambut Tahun Baru Imlek 2562, relawan Tzu Chi di seluruh dunia menyelenggarakan acara Pemberkahan Akhir Tahun. Selain melakukan kilas balik atas sumbangsih yang telah dilakukan sepanjang tahun, pada kesempatan ini Master Cheng Yen juga mengungkapkan rasa terima kasihnya atas dedikasi dan cinta kasih semua orang (donatur, relawan, simpatisan, dan lain-lain) atas sumbangsih yang telah diberikan.

Master Cheng Yen juga memberikan arahan sebagai pedoman untuk menapaki jalan Bodhisatwa di tahun mendatang kepada seluruh murid-muridnya di seluruh dunia melalui tayangan video. Kendati Master Cheng Yen secara fisik jauh di Taiwan, namun seluruh murid-muridnya, simpatisan, dan donatur Tzu Chi merasa begitu dekat karena cinta kasihlah yang mempersatukan  hati kita semua untuk menyebarkan cinta kasih ke seluruh penjuru dunia.

Relawan Tzu Chi Pekanbaru menyelenggarakan Pemberkahan Akhir Tahun pada tanggal 16 Januari 2011 di Restoran Appolo yang berlokasi tak jauh dari Kantor Tzu Chi Pekanbaru. Acara dimulai pukul 15.00 WIB dan selesai sekitar pukul 18.00 WIB. Meski pagi hari ”Bumi Lancang Kuning” diguyur hujan lebat, namun hal ini tidak menyurutkan semangat para relawan untuk mempersiapan segala sesuatu dengan baik. Para pengisi acara pun begitu giat berlatih. Beberapa jam sebelum acara dimulai pun masih mengadakan gladi resik agar bisa memberikan penampilan terbaik.

Kilas Balik Tzu Chi Internasional, Tzu Chi Indonesia dan Pekanbaru
Acara kemudian diisi dengan isyarat tangan ”Lang Lang Cho Huan Po” (Setiap Orang Melakukan Pelestarian Lingkungan) yang diperagakan oleh para Lao Pu Sa daur ulang yang rata-rata berusia di atas 60 tahun. Ternyata usia tidak menghalangi seseorang untuk unjuk kebolehan. Bodhisatwa daur ulang ini nampak begitu kompak dan serentak gerakannya. Penampilan ini mengundang tepuk tangan dan kekaguman dari para penonton.

Acara dilanjutkan penampilan drama musikal ”Gui Yang Tu” (Lukisan Kambing Berlutut) yang mengisahkan bakti seorang anak yang kembali dari perantauan setelah sekian lama merantau ke negeri orang.  Penonton begitu terpukau dan larut atas alur cerita ini dan hingga ada yang meneteskan air mata saking terharunya. Ada dua jenis rasa haru bagi orang tua yang menyaksikan drama musikal ini. Bagi orang tua yang anaknya kurang berbakti tentu mendambakan kisah drama ini dapat menjadi kenyataan di kehidupannya, yaitu mendapatkan kembali kasih sayang yang mulai luntur dari anak tercinta. Sedangkan bagi orang tua yang memiliki anak yang berbakti tentunya akan merasa bersyukur atas berkah ini. Semoga kisah lukisan kambing bersujud ini dapat menginspirasi kita semua untuk segera melakukan tindakan nyata, berbakti kepada orangtua sebelum terlambat.

foto  foto

Keterangan :

  • Para Lao Pu Sa daur ulang yang rata-rata berusia di atas 60 tahun memperagakan isyarat tangan ”Lang Lang Cho Huan Po” (Setiap Orang Melakukan Pelestarian Lingkungan)”. Bodhisatwa daur ulang ini nampak begitu kompak dan serentak gerakannya. (kiri)
  • Para relawan dan donatur juga berkesempatan mengembalikan koin-koin dalam celengan bambu yang telah mereka isi dan menggantinya dengan celengan yang baru. (kanan)

Xiao Pu Sa (Bodhisatwa kecil) dari Kelas Budi Pekerti Tzu Chi bersama Tui Fu Mama (pembimbing) juga tidak ketinggalan menampilkan isyarat tangan ”Lan Se Di Qiu” (Bumi yang Biru) yang membawa misi penyelamatan bumi. Tangan-tangan mungil dikombinasikan dengan tangan kasih para ”mama” menjadikan satu penampilan isyarat tangan yang penuh dengan penghayatan dan indah.

Selain penampilan drama dan isyarat tangan, ada juga penampilan produk-produk Da Ai Technology yang bahan bakunya berasal dari hasil daur ulang botol-botol plastik. Banyak produk-produk berkualitas tinggi yang bisa dibuat seperti baju, tas, selimut, syal, kaus kaki, dan lain-lain. Para pengunjung yang merasa penasaran  dapat melihat lebih dekat dan merasakan langsung bahan yang diperagakan.

Berhenti Merokok
Dalam kesempatan itu, salah seorang relawan yang bernama Lim Tjia Bu atau yang akrab dipanggil Abun Shixiong sharing tentang pengalaman dan perubahannya setelah menjadi relawan Tzu Chi. Abun Shixiong mengenal Tzu Chi dari istrinya Lina Shijie. Pasangan suami-istri ini dikaruniai dua orang anak: Arya Dharmawira dan Chyntia Sabrina yang menjadi murid Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Pekanbaru. ”Dulu saat istri saya menjadi relawan saat Baksos Kesehatan Tzu Chi di RS Lancang Kuning Pekanbaru, saya hanya mengantar dan menunggunya di luar,” kata Abun mengenang, ”tapi sejak istri saya membawa celengan bambu ke rumah, saya membaca ada tulisan ”dana kecil, amal” besar, dari situlah kemudian saya tertarik untuk ikut menabung.” Abun pun tidak hanya sekadar menjadi donatur, ia pun  menjadi relawan Tzu Chi yang aktif di berbagai kegiatan Tzu Chi.

Sebelum bergabung menjadi relawan, Abun adalah seorang perokok berat. Sejak menjadi relawan, Abun kemudian pelan-pelan mengurangi dan berhenti sama sekali merokok. ”Saya berpikir daripada uangnya dipakai untuk beli rokok, lebih baik uang itu setiap hari saya sumbangkan ke Tzu Chi,” kata Abun. Tekadnya ini pun didukung oleh istri dan anak-anaknya. ”Saya merasakan kegembiraan yang luar biasa saat dapat bersumbangsih,” kata Abun menutup sharingnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Abun Shixiong sharing tentang pengalaman dan perubahannya setelah menjadi relawan Tzu Chi. Abun Shixiong mengenal Tzu Chi dari istrinya Lina Shijie. Sejak menjadi relawan, Abun mulai menghentikan kebiasaan merokoknya. (kiri)
  • Ketua Tzu Chi Pekanbaru, John Andrew memberikan angpao berkah dari Master Cheng Yen kepada para relawan, donatur dan masyarakat yang mengikuti Acara Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi Pekanbaru. (kanan)

Koin-koin Cinta Kasih
Di akhir acara, semua celengan bambu kembali ke ”rumah” dan koin-koin cinta kasih yang telah dikumpulkan selama setahun perlahan dituangkan ke tong besar sebagai muara dari kumpulan koin-koin ini. Koin-koin cinta kasih ini akan dimanfaatkan untuk membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan. Usai menuangkan koin cinta kasih, semua tamu mendapatkan angpao berkah dari Master Cheng Yen.

Setelah celengan yang lama dikembalikan, para tamu mendapatkan celengan baru yang digunakan untuk menghimpun berkah dan melatih diri (beramal). Para tamu begitu bersemangat untuk mendapatkan celengan baru, bahkan ada yang meminta lebih dari satu untuk diberikan kepada keluarga yang lain. Semoga melalui celengan dan koin kecil ini Tzu Chi Pekanbaru dapat lebih luas membabarkan Dhama Master Cheng Yen dan mengajak lebih banyak ”Calon Bodhisatwa”  untuk berbuat kebajikan dan menyebarkan cinta kasih agar dunia jauh dari bencana dan kehidupan aman dan damai.

  
 

Artikel Terkait

Menggalang Hati di Setiap Waktu

Menggalang Hati di Setiap Waktu

26 Juni 2012
“Harapan kami akhirnya terkabul. Saya dah cari kesana-kemari di Serang untuk cari pengobatan gratis, eh nggak tahunya malah dapatnya di Jakarta,” kata Wawan, kakek dari pasien Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-85 dengan penuh rasa haru.
Banjir Jakarta:Banjir Pasti Berlalu, Cinta Kasih Tetap Di Hati

Banjir Jakarta:Banjir Pasti Berlalu, Cinta Kasih Tetap Di Hati

30 Januari 2013 Puluhan warga yang telah dievakuasi sejak hari pertama banjir, telah memadati Posko Yayasan Buddha Tzu Chi di Jalan Pluit Indah. Para korban banjir mengambil bantuan sembako dan makanan, ada juga korban mengambil obat-obatan yang telah disediakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi.
Menanam Benih Menyayangi Bumi

Menanam Benih Menyayangi Bumi

28 Juni 2012 Meski para duta sanitasi ini bukan pertama kali mendengar tentang konsep pemanasan global dan pelestarian lingkungan, mereka mengaku mendapat banyak pengetahuan baru melalui presentasi dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Berlombalah demi kebaikan di dalam kehidupan, manfaatkanlah setiap detik dengan sebaik-baiknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -