Pemberkahan Akhir Tahun : 37 Faktor Pendukung Pencapaian Pencerahan
Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Anand Yahya dan Juliana Santy|
|
| ||
| Fase timbul, berlangsung, berubah, dan lenyap, selalu ada dalam pikiran kita, maka di dalam 37 Faktor Pendukung Pencapaian Pencerahan dikatakan bahwa pikiran bersifat tidak kekal. Contohnya saja dalam dunia Tzu Chi, kita mungkin sering mendengar orang lain berkata bahwa ia merasa sangat terharu lalu membuat sebuah tekad di dalam dirinya, namun seiiring perjalanan waktu ia telah melupakan tekadnya dan tidak lagi melakukan hal yang menjadi tekadnya. Apakah orang tersebut hanya asal bicara dan tidak berpikir saat berkata? Ia tidak asal berbicara tanpa dipikirkan, semua orang mempunyai niat tetapi ia hanya bisa menggenggamnya sesaat dan tidak bisa mempertahankan niat awalnya. Maka disebut bahwa pikiran bersifat tidak kekal. Untuk semakin memahami diri, maka relawan Tzu Chi di Jakarta sejak beberapa bulan lalu mendalami Sutra “37 Faktor Pendukung Pencapaian Pencerahan” yang berisikan kompilasi ajaran agama Buddha mengenai pelatihan diri. Pendalaman ini senantiasa mengingatkan setiap insan Tzu Chi untuk tidak hanya berbuat kebajikan saja namun senantiasa melatih ke dalam diri untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.
Keterangan :
Insan Tzu Chi di berbagai komunitas wilayah di Jakarta terus mendalami “37 Faktor Pendukung Pencapaian Pencerahan” ini dengan mengadakan bedah buku. Dari bedah buku, relawan mendengarkan ceramah Master Cheng Yen dan berbagai kisah nyata yang menginspirasi. Selain itu, relawan juga mempelajari Shou yu dan Miao Yin (isyarat tangan) sutra ini untuk ditampilkan kepada masyarakat pada saat Pemberkahan Akhir Tahun 2013 yang berlangsung pada tanggal 12 januari 2014 di Aula Jing Si, Jakarta. Pahami Keakuan dengan Mempelajari Isi Sutra Tidak terlibat sampai di sana saja, ia juga ikut serta dalam isyarat tangan yang ditampilkan dalam pemberkahan akhir tahun. Hal ini membuatnya harus lebih memahami lagi isi dari 37 faktor ini sehingga dapat menampilkan yang terbaik. Secara tak langsung ia pun semakin mendalami Dharma. “Dulu waktu kecil belum mengenal Dharma. Mulai mengenal Dharma itu sejak kerja di tahun 2007 karena rekan kerja adalah orang-orang yang mendalami Dharma, jadi terpangaruh, dan di sisi lain dalam diri memikirkan saya sendiri umat Buddha kenapa belum mendalami,” ucapnya yang akhirnya kerap berusaha untuk mendalami Dharma.
Keterangan :
Beberapa hari lalu ia mengikuti bedah buku, dan setelah pulang ia merasa bahwa “aku” di dalam dirinya makin tiada. “Kemarin ada mendengar sharing-sharing, waktu pulang tiba-tiba saja merasa ‘aku’ makin tiada dibanding dulu. Ego ‘aku’ itu sebenarnya tidak ada saat kita baru dilahirkan, tapi karena sudah terpengaruh dengan lingkungan, ‘aku’ itu menjadi ada dan menjadi penting, padahal sebenarnya tidak. Segala sesuatu yang kita lakukan dalam hidup selalu mengenai aku, aku harus begini, aku harus begitu,” jelas relawan yang bergabung dengan Tzu Chi sejak tahun 2010 ini. Karena menyadari bahwa “aku” itu tidak ada inti dan menyadari bahwa diri setiap orang itu tidak kekal, ia merasakan bahwa kita harus memanfaatkan tubuh ini untuk senantiasa melakukan hal yang bermanfaat dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. “Kan kita menyadari diri ini tidak kekal, tidak bersih, jadi kita tidak perhitungan, jadi lebih bertoleransi walaupun orang lain bersikap tidak baik. Kalau kita bi qiao (membandingkan) ji jiao (perhitungan), maka kita akan rugi sendiri juga karena menimbulkan fan nao (noda batin) sendiri,” ucapnya. Dahulu belum mengenal Dharma dan kini tengah mendalami Dharma. Baginya belajar Dharma itu tidak sulit, yang tersulit adalah prakik dari Dharma ini sendiri. Ia berkata, “Kita tahu banyak teori tapi belum tentu kita praktikkan semua, seperti gan en, zung zhong, ai (bersyukur, menghormati, dan cinta kasih), kadang kita bisa menerapkan, kadang tidak.” Ia pun tetap berusaha untuk senantiasa mengingat mempraktikkan Dharma yang telah didapatnya. | |||
Artikel Terkait
Tekad Bervegetaris di Bulan Penuh Berkah
02 September 2019Tzu Chi Surabaya kembali mengadakan acara Bulan Tujuh Penuh Berkah pada Minggu, 24/08/2019 di Kantor Tzu Chi Surabaya. Dalam acara yang rutin diadakan setiap tahun ini relawan mengajak semua yang hadir untuk berikrar bervegetaris, menuliskannya, dan menggantungnya di pohon ikrar.
Pelatihan Relawan: Makna dari Sebuah Seragam
14 Oktober 2014 Semangat relawan terlihat saat memasuki Aula Jing Si di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Relawan yang hadir berasal dari hampir seluruh pulau yang ada di Indonesia. Mereka (relawan) saling bertemu, mengenal, bertegur sapa dan membagi kisah. 11 hingga 12 Oktober 2014 berlangsungnya acara pelantikan relawan biru putih.Menu Makanan Vegetaris Mewarnai Buka Puasa Bersama
28 Juni 2018Sebanyak 20 relawan Tzu Chi Sinar Mas Xie Li Semitau yang berada di Desa Sentabai, Kecamatan Silat Hilir, Kalimantan Barat melaksanakan kegiatan Buka Puasa Bersama dengan menu Vegetaris pada 7 Juni 2018. Kegiatan Buka Bersama di Masjid Babussalam ini dihadiri 200 orang warga Desa Sentabai, Dusun Sentabai.










Sitemap