Pemberkahan Akhir Tahun: Menyatukan Semua Orang

Jurnalis : Yunita Margaret (He Qi Utara), Fotografer : Stephen Ang , Teksan Luis (He Qi Utara), Rudi Darmawan (He Qi Barat)
 

foto
Relawan dengan penuh kesungguhan menampilkan pertunjukan isyarat tangan 37 Faktor Pendukung Pencerahan.

Setiap awal tahun, Yayasan Buddha Tzu Chi selalu mengadakan acara Pemberkahan Akhir Tahun. Acara ini merupakan sebuah ungkapan rasa terima kasih Master Cheng Yen atas sumbangsih dan kerja keras insan Tzu Chi di seluruh dunia. Minggu,  12 Januari 2014, insan Tzu Chi Indonesia menyelenggarakan acara pemberkahan akhir tahun di Aula Jing Si Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Meski hari itu hujan turun sepanjang hari, tetapi semua relawan maupun tamu undangan tetap bersemangat untuk hadir. Acara pemberkahan tahun ini bertema “Hendaknya kita mawas diri, berhati tulus, bervegetarian, dan bersama-sama mengumpulkan berkah”.

Setelah melihat sekilas video tentang Tzu Chi dan mendengar sambutan dari Wen Yu Shijie, semua undangan menyaksikan Tari Kipas yang dibawakan oleh anak-anak Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, dilanjutkan penampilan isyarat tangan oleh anak-anak dari Sekolah Tzu Chi Indonesia, PIK, Jakarta Utara dengan judul “Lukisan Anak Kambing Bersujud”, hal ini mengingatkan kita untuk selalu berbakti kepada orang tua. Setelah itu para undangan menyaksikan video kilas balik Tzu Chi. Pada tayangan ini kita dapat mengetahui dengan sangat jelas apa saja yang telah Tzu Chi Indonesia lakukan sepanjang tahun 2013. Lalu acara dilanjutkan dengan penaburan genderang pembuka oleh beberapa staf DA AI TV dan TIMA. Suara genderang bagaikan seruan yang membangkitkan kesadaran kita untuk kembali pada sifat hakiki manusia yang murni. Setelah itu melantunkan Gatha Pembuka membuat suasana semakin khidmat dan syahdu. Dan juga penampilan isyarat tangan yang merupakan pembabaran Dharma mendalam yang sangat indah dengan tema “37 Faktor Pencapai Pencerahan”.

Sharing Relawan dan Penerima Bantuan Tzu Chi
Sharing pertama dari penerima bantuan Program Bebenah Kampung Tzu Chi di Pademangan yang kini telah menjadi relawan. “Dulu rumah ibu mertua saya sangat pengap, panas dan sering kebanjiran. Saya sendiri tidak tahan tinggal di sana. Berkat Tzu Chi yang tanpa pamrih tidak memandang suku, agama, dan ras, selalu membantu orang yang membutuhkan sehingga kini rumah itu dapat ditempati dengan nyaman. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Tzu Chi, para donatur dan Master Cheng Yen yang begitu penuh welas asih. Saya merasa bahagia dan tersentuh untuk ikut bersumbangsih,” ucap Aan Mulyati. Hal senada juga diungkapkan oleh Agus Yatim yang kini telah 6 tahun ikut bersumbangsih secara aktif di Tzu Chi. “Setelah mendapat bantuan lalu terinspirasi untuk ikut bersumbangsih, ini wujud bakti saya dan ingin mengabdi untuk masyarakat melalui Tzu Chi,” ungkapnya penuh haru.

foto  foto

Keterangan :

  • Para warga penerima bantuan pembangunan rumah pascakebakaran di Lautze mengungkapkan perasaan dan kebahagiaan mereka ketika rumah mereka diperbaiki oleh Tzu Chi (kiri).
  • Dalam setiap kesempatan, insan Tzu Chi selalu menekankan pentingnya berbakti kepada kedua orang tua, seperti yang ditampilkan dalam isyarat tangan Lukisan Kambing Bersujud yang dibawakan para murid Sekolah Tzu Chi Indonesia (kanan).

Sharing dilanjutkan oleh warga Pasar Baru Lautze kelurahan Kartini yang mendapat bantuan bedah rumah pascamusibah kebakaran. “Saat rumah terbakar saya sudah putus asa benar-benar merasa tidak ada harapan tidak tahu harus bagaimana, lalu Tzu Chi datang membantu, kini rumah saya sudah bagus. Dan yang paling membuat saya terharu Tzu Chi tidak hanya membantu bedah rumah, tetapi juga selalu mendampingi kami. Ada seorang relawan yang begitu baik, bagi saya sudah seperti guru dan orang tua, selama ini menjadi panutan tapi kini ia sudah tiada,” ucap Mur terbata-bata penuh haru. Relawan yang dimaksud adalah Ameng Shixiong yang selalu bersungguh hati dalam bersumbangih. Bahkan hingga menjelang akhir hayat ia berpesan kepada istrinya untuk terus melanjutkan misi Tzu Chi.  “Semua seperti mimpi, pada zaman sekarang ini masih ada yang peduli kepada orang lain, tapi ini nyata, dan saya merasakan sendiri. Saya sangat berterima kasih kepada Tzu Chi, Master Cheng Yen dan semua donatur,” ucap Bahar dengan semangat.

Selain sharing dari penerima bantuan Tzu Chi, juga ada sharing dari Hing Kok Shixiong dan Linda Shijie yang merupakan relawan Tzu Chi. Linda Shijie telah kehilangan pendengaran sejak 3 tahun yang lalu karena tumor otak, tapi ia berhasil mengubah hambatan menjadi cinta kasih. Kini Hing Kok Shixiong menjadi telinganya dan selalu setia mendampingi. “Saya beruntung telah mengenal Tzu Chi sebelum keadaan tersebut terjadi, saya selalu membaca artikel Master Cheng Yen, sehingga kuat menghadapi musibah ini, kalau tidak mungkin saya sudah depresi dan terganggu secara psikologi,” ungkap Hing Kok Shixiong. Linda Shijie mengatakan sangat bersyukur dapat belajar di Tzu Chi. “Tahun 2010 saya bertemu Master Cheng Yen dan Master mengatakan apabila karma buruk datang hendaknya menerima dengan sukacita. Jika ada hal baik yang dapat dilakukan jalankan saja. Setiap kesempatan adalah ladang berkah, ladang pelatihan Bodhisatwa untuk meningkatkan kebijaksanaan. Kebahagiaan datang jika tidak membanding-bandingkan, tidak perhitungan dan tidak melekat. Mendengar perkataan Master saya menjadi lebih lega,” ucap Linda Shijie. Sungguh suatu kisah yang mengharukan dan mengingatkan hendaknya suami-istri saling menjaga.

Kemudian acara dilanjutkan dengan pelantikan komisaris kehormatan (Rong Dong)  yang merupakan donatur pembangunan sekolah dan rumah sakit Tzu Chi yang akan datang. Hardiman Tiang Shixiong yang merupakan relawan komite dan juga komisaris kehormatan (Rong Dong) yang dilantik pada acara ini mengatakan sangat bersyukur. Ia telah 9 tahun menjadi relawan sudah melihat, merasakan dan bekerja secara langsung di Tzu Chi maka begitu yakin bersumbangsih melalui Tzu Chi sesuai kemampuannya dan dana yang diberikan pasti seratus persen akan sampai kepada masyarakat yang membutuhkan serta digunakan dengan baik. “Ini juga merupakan cara belajar untuk tidak melekat, memberi dengan kerelaan hati, karena kita hidup di dunia ini tidak selamanya dan saat pergi nanti juga tidak membawa apa-apa,” ucap Hardiman Shixiong.

Liu Su Mei Shijie selaku Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengucapkan gan en (terima kasih) kepada seluruh relawan Tzu Chi, pada donatur dan juga semuanya. Kemudian semua tamu mendengar pemberkahan dari Master Cheng Yen. Master berkata kita sepantasnya bersyukur dapat menikmati ketentraman dan kenyamanan juga melewati hari demi hari dengan baik tapi kita jangan sampai lalai. Sekarang ini kondisi iklim begitu tak menentu. Dengan melihat bencana kita harus segera sadar dan memetik hikmah. Tutur kata harus baik dan menghilangkan kebiasaan buruk karena dapat memicu kekacauan. Master menghimbau agar kita bervegetarian, selalu mendalami Dharma dan menjaga pikiran dengan baik, selalu di jalan yang benar. Melaksanakan sila (aturan moralitas), samadhi (konsentrasi), dan panna (kebijaksanaan).  Bersyukur dan berdoa sepenuh hati, semoga cahaya harapan akan terpancar, menebarkan cinta kasih universal yang melingkupi seluruh penjuru dunia.

foto  foto

Keterangan :

  • Hardiman Tiang Shixiong yang telah 9 tahun menjadi relawan sudah melihat, merasakan, dan bekerja secara langsung di Tzu Chi maka begitu yakin bersumbangsih melalui Tzu Chi, seperti yang ia lakukan dengan menjadi Rong Dong untuk tahun ini (kiri).
  • Indah (ketiga dari kanan) merasakan kedamaian dan ketenangan berada dalam lingkungan keluarga besar insan Tzu Chi (kanan).

Menyatukan Semua Orang
Memasuki penghujung acara relawan berbaris rapi membagikan pelita dan angpau dari Master Cheng Yen kepada semua tamu, dimana dana tersebut diperoleh dari royalti buku Master Cheng Yen. Lalu semua yang hadir diajak untuk menyalakan pelita serta doa bersama sepenuh hati, semoga dunia bebas bencana dan masyarakat hidup harmonis.

Dalam kegiatan ini, Tzu Chi juga mengundang para relawan, donatur, dan masyarakat umum. Salah satunya adalah Yuliana yang datang bersama ibu, kakak, dan putrinya. “Ini adalah pertama kalinya saya ikut pemberkahan akhir tahun Tzu Chi, saya sangat senang dan terkesan dengan ceramah master  juga sharing dari penerima bantuan,” ungkapnya. Jarak yang jauh dari Bogor ke PIK, Jakarta Utara tidak menghalangi tekad Yuliana untuk menghadiri kegiatan Tzu Chi ini.  

Pengunjung lainnya adalah Indah Dewi Farida, yang datang bersama suami, dan putrinya. Indah yang seorang Muslimah ini bahkan rela jauh-jauh datang dari Bekasi ke Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara untuk mengikuti kegiatan ini. Meski belum bergabung menjadi relawan, tetapi Indah sudah mengikuti Sosialisasi Calon Relawan dan beberapa kegiatan Tzu Chi. “Saya sangat tergugah, inilah yang saya rindukan dan saya cari selama ini, saya sangat kagum kepada Master Cheng Yen yang dapat menyatukan semua orang, tanpa membeda-bedakan agama ataupun suku bangsa,” ungkap Indah dengan bersemangat.

Menurutnya, Master Cheng Yen adalah sosok teladan yang sangat baik. “Master melakukan apa yang diucapkan dan mengucapkan apa yang dilakukannya. Kelembutan dan ajaran master yang penuh cinta kasih sesuai dengan ajaran Islam sebagai keyakinan saya. Dunia begitu luas dan kebenaran dapat datang dari mana saja untuk dipraktikkan. Saya berharap dapat segera menjadi relawan,”  ucap Indah dengan penuh antusias.

 

  
 

Artikel Terkait

Mendidik Melalui Kelas Budi Pekerti

Mendidik Melalui Kelas Budi Pekerti

25 Juli 2022

Minggu, 10 Juli 2022 menjadi hari yang penuh sukacita bagi Tim Pendidikan Tzu Chi Pekanbaru, karena kelas budi pekerti kembali diadakan secara tatap muka dengan dua kelas yakni Qin Zi Ban Kecil untuk murid kelas 1-3 SD dan kelas Tzu Shao untuk murid SMP-SMA.

Jalinan Kasih Antarsesama Membawa Kebaikan

Jalinan Kasih Antarsesama Membawa Kebaikan

20 Januari 2016
Pemberkahan akhir tahun 2015 yang diselenggarakan oleh Tzu Chi kantor perwakilan Bandung dengan tema “Jalan Cinta Kasih Universal Membentang Luas ke Seluruh Dunia, Jalinan Kasih Sayang Terus Bertahan untuk Selamanya.” Acara ini dihadiri oleh 864 orang yang terdiri dari tamu undangan, donatur, tim medis Tzu Chi, dan relawan Tzu Chi dari berbagai daerah Jawa Barat.
Oma Opa, Aku datang

Oma Opa, Aku datang

17 Juni 2013 “Oma Opa… apa kabar ?... aku datang !!!”, demikian salam pembuka dari saya. Hari ini adalah pertama kali para relawan  mengunjungi  panti jompo Wisma Sahabat Baru yang berada di Kedoya, Jakarta Barat.
Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -