Pemberkahan Akhir Tahun: Momen Kilas Balik

Jurnalis : Apriyanto, Sutjipta Nio (He Qi Timur), Fotografer : Anand Yahya, Stephen Ang (He Qi Utara)
 

foto
Angpau akhir tahun sebagai tanda apresiasi Master Cheng Yen kepada para relawan dan staf Yayasan Buddha Tzu Chi.

Detik menuju detik, menit ke menit, kemudian beralih jam ke jam. Tak berhenti sampai di situ, berlanjutlah ke hari, minggu, bulan, tahun, windu, dasawarsa, abad, dan milenium. Inilah sang waktu. Kehadirannya sangat penting bagi manusia untuk membentuk dan menjalani kehidupan. Waktu yang sekarang kita jejaki dalam peradaban adalah 2014, sedangkan usia bumi ini diperkirakan telah berusia miliaran tahun.  

Dalam kurun waktu yang demikian manusia telah menghasilkan berbagai pemikiran dan keputusan hebat atau yang keliru. Tapi yang terpenting dari sebuah perjalanan waktu bukanlah seberapa besar keputusan hebat dihasilkan, namun seberapa banyak kebajikan yang telah dilakukan oleh umat manusia. Master Cheng Yen pendiri dari Yayasan Buddha Tzu Chi pernah mengatakan bahwa kehidupan manusia laiknya roda pedati, terkadang di bawah dan suatu waktu berada di puncaknya. Begitu pula kondisi batin dan pikiran manusia, selalu fluktuatif dalam menyikapi irama kehidupan. Karena itu sepanjang hidup ini, kita harus saling berlomba demi kebajikan. Setiap detik dan menitnya harus kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Di Indonesia, Yayasan Buddha Tzu Chi sudah mencapai dua dasawarsa. Di masa itu berbagai kegiatan sosial telah banyak dilakukan dan orang-orang yang mendalami ajaran Tzu Chi. Karena itulah sebagai momen mengakhiri kegiatan tahun 2013, Tzu Chi Indonesia mengadakan acara Pemberkahan Akhir Tahun pada Hari Minggu 12 Januari 2014, bertempat di Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Terbagi menjadi dua sesi: sesi pertama pada pagi hari khusus untuk karyawan beserta relawan dan sesi kedua pada siang hari khusus untuk masyarakat umum.

Pada intinya pemberkahan Akhir Tahun merupakan kegiatan rutin tahunan yang memberikan kilas balik selama satu tahun tentang semua kebajikan yang dilakukan relawan maupun karyawan Tzu Chi Indonesia. Di acara itu karyawan dan relawan seolah kembali diingatkan pada tekad awal mereka saat bergabung dengan Tzu Chi. Dalam sebuah sharing Liliawati Rahardjo pimpinan dari Summarecon Agung Tbk dan juga seorang relawan Tzu Chi mengisahkan tentang pengalamannya dalam menggalang hati melalui celengan bambu selama satu tahun. Mencari 10.000 donatur celengan bambu dalam waktu satu tahun bukanlah hal yang mudah. Tapi berkad sebuah tekad, Liliawati seolah menemukan jalan keluar dan justru mendapatkan banyak pelajaran menarik dari kegiatan itu. Salah satunya adalah ia harus  belajar bersabar. “Dulu jika saya berbicara tidak didengar dan ditinggal pergi, saya bisa (langsung) marah. Tapi saat mensosialisasikan celengan bambu saya membawa nama Tzu Chi, dan saya belajar banyak kesabaran,” katanya.

foto   foto

Keterangan :

  • Liliawati Rahardjo menceritakan pengalamannya tentang suka duka menggalang hati dalam celengan bambu selama satu tahun (kiri).
  • Relawan sedang berdoa di akhir acara secara bersama-sama (kanan).

Angpau Kasih Dari Master Cheng Yen
Pada hari itu sebanyak 1.482 peserta yang terdiri dari relawan, karyawan Yayasan Buddha Tzu Chi, DAAI TV Indonesia, Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, RSKB Cinta Kasih Cengkareng, dan Sekolah Tzu Chi Indonesia Pantai Indah Kapuk menyaksikan kilas balik Tzu Chi Indonesia selama satu tahun. Dan pada hari itu tak sedikit pula karyawan yang baru pertama kali mengikuti acara itu merasa tersentuh dan melihat budaya Tzu Chi secara lebih dekat. Salah satunya adalah Wuri Damiyati, seorang Guru bahasa Inggris Taman Kanak-kanak Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat. Ketika menerima angpau berkah dari Master Cheng Yen, ia justru sadar bahwa ia harus bersyukur atas berkah yang ia terima selama satu tahun ini. Dengan kata lain angpau itu mengingatkannya pada pesan Master Cheng Yen, bahwa sebaiknya kita bersyukur atas berkah yang diterima dalam satu tahun ini. “Semoga dengan koin ini saya dapat terus mengingat kebaikan Master Cheng Yen dan mengikuti ajaran Master Cheng Yen,” katanya.

Lebih lanjut Wuri juga menjelaskan kalau ia memiliki kesan tersendiri mengenai kegiatan Pemberkahan Akhir Tahun 2013. Menurutnya, ajaran Master Cheng Yen yang universal adalah hal luar biasa yang dapat menyatukan berbagai perbedaan. Dan budaya kemanusiaan Tzu Chi merupakan salah satu alatnya hingga membuat banyak orang tersentuh. “Menurut saya sangat luar biasa ajaran-ajaran Master Cheng Yen mengenai kebajikan dan cinta kasih yang disampaikan melalui seni dan budaya,” jelas Wuri.

Selain Wuri Damiyati, seorang staf Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang bernama Urip Yunus mengartikan angpau Master Cheng Yen sebagai tanda kasih Master Cheng Yen kepada karyawan. Makanya pada pengalaman pertamanya, ia begitu gembira dan ia pun berkomentar kalau hari itu ia begitu bahagia dan merasa sangat dihargai. “Bagi saya ini adalah salah satu bentuk cinta kasih Master Cheng Yen kepada para relawan maupun masyarakat luas. Juga sebagai bentuk apresiasi kepada para karyawan agar lebih giat lagi untuk terus bersumbangsih.”

  
 

Artikel Terkait

Kepedulian Tzu Chi dalam Misi Kesehatan

Kepedulian Tzu Chi dalam Misi Kesehatan

09 November 2010
Minggu, 31 Oktober 2010, dalam rangka HUT ke-65 Korps Brimob Polri, Yayasan Buddha Tzu Chi Bandung dengan Satbrimob (Satuan Brigade Mobil) Polda Jabar melaksanakan Bakti Sosial Pelayanan Kesehatan Massal di Desa Cikeruh, Kec. Jatinangor, Kab. Sumedang.
Mengenal Tzu Chi Lebih Dekat

Mengenal Tzu Chi Lebih Dekat

01 Maret 2010
Sabtu, 20 Februari 2010. Selain dihadiri oleh para relawan Tzu Chi, pengurus TIMA Bandung periode 2009-2011, serta anggota TIMA yang baru dilantik dan tenaga medis yang bekerja di Poliklinik Cinta Kasih Tzu Chi,
Suara Kasih : Menggalang Hati

Suara Kasih : Menggalang Hati

08 Februari 2011 Menjadi Bodhisatwa sungguh tak mudah. Kita harus tetap semangat dan pantang menyerah. Kita harus bekerja keras untuk menyelesaikan masalah dari akarnya. Bagaimanapun, kita harus tetap bekerja keras dan pantang menyerah.
Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -