Suara Kasih: Melindungi Alam Semesta

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Mengurangi Nafsu Keinginan dan Melindungi Alam Semesta

Mengurangi nafsu keinginan dan melindungi alam semesta
Terima kasih kepada  para relawan yang telah berkontribusi menyucikan dunia
Setiap orang memiliki hakikat murni dan kebijaksanaan
Menghormati langit, mengasihi bumi, dan menghimpun berkah

Kebenaran tertinggi yang dipahami Buddha pada hakikatnya sangatlah luas. Ini menunjukkan bahwa kebijaksanaan Buddha meliputi wujud dan hakikat segala sesuatu di alam semesta.  Pada kehidupan di dunia ini, manusia hendaknya tahu pentingnya sikap saling bersyukur, menghormati, dan mengasihi. Jika setiap orang bisa hidup sesuai dengan hukum alam, menghormati langit, mengasihi bumi, dan menghimpun berkah, maka alangkah indahnya dunia ini. Inilah Tanah Suci yang dimaksud oleh Buddha. Tanah Suci itu harus diciptakan oleh manusia. Jika kita bisa hidup sesuai hukum alam, bisa mengendalikan nafsu keinginan kita, dan senantiasa memiliki hati penuh syukur, maka alangkah indahnya dunia ini.

Berhubung sulit untuk mengendalikan diri, dalam hati manusia selalu timbul ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan. Ini semua adalah lima kekeruhan dan Lima Racun di dalam hati manusia. Kekeruhan  batin itu telah menjadi “racun” yang mencemari udara sekaligus  mencemari seluruh bumi. Itu semua terjadi akibat perbuatan manusia.

Contohnya Heping, Heren, dan Hezhong. Demi kenyamanan tempat tinggal, manusia menghabiskan uang untuk membeli batu marmer. Karena itu, ada orang yang mencari keuntungan dengan menambang marmer. Mereka menggunakan bahan peledak untuk meledakkan seluruh gunung, lalu mengambil potongan marmer yang besar dan meninggalkan serpihannya di sana. Penambangan yang berulang kali selama puluhan tahun mengakibatkan gunung mengalami kerusakan parah. Hujan deras kali ini menyapu seluruh serpihan batu di atas gunung. Lihatlah rumah warga setempat yang tertimbun batu. Entah bagaimana para korban bencana memulihkan kehidupan mereka?

Kini tempat pengungsian mereka sangat kecil dan sempit. Jika dibandingkan dengan orang-orang yang tinggal di gedung mewah, mereka yang tinggal di wilayah pegunungan yang sudah dirusak sungguh tidak beruntung. Karena itu, Buddha datang ke dunia untuk membabarkan prinsip kebenaran agar kita tahu bahwa ada banyak orang yang merusak bumi. Lima Kekeruhan dan Lima Racun di dalam hati mengakibatkan ketidakselarasan empat unsur alam di dunia.

Beberapa hari lalu, saya terus mengulas tentang bencana banjir di Beijing akibat hujan lebat. Sichuan juga diguyur hujan lebat. Bencana yang terjadi juga sangat besar. Kini kita dapat melihat relawan setempat telah bergerak untuk membantu. Ini karena pascagempa Sichuan tahun 2008, insan Tzu Chi bekerja keras menyebarkan benih cinta kasih di sana. Banyak warga setempat yang telah terinspirasi untuk membangkitkan cinta kasih. Kini banyak warga setempat yang menjadi relawan Tzu Chi.

Pembagian bantuan di Luzhou akan dilakukan pada tanggal 15 Agustus. Beberapa hari ini, relawan setempat mengeluarkan semua peralatan di gudang untuk dibersihkan. Semua peralatan itu adalah baru, hanya saja selalu disimpan di dalam gudang. Relawan setempat sangat bersungguh hati. Mereka kembali membersihkan dan merapikannya sebagai wujud hormat mereka  kepada para penerima bantuan. Mereka bersumbangsih tanpa pamrih dan selalu dipenuhi rasa syukur. Sikap syukur dan hormat itu berasal dari sebersit niat yang sangat sederhana, yaitu cinta kasih. Cinta kasih membuat mereka bersumbangsih tanpa pamrih.

Kita juga melihat Filipina yang dilanda bencana banjir. Para relawan membersihkan lokasi bencana sekaligus membagikan bantuan. Hingga kemarin, mereka sudah membantu lebih dari 20.000 keluarga. Kini kegiatan pembagian bantuan masih terus berlangsung. Kemarin, insan Tzu Chi Filipina telah meminta bantuan dari Taiwan. Ini karena rumah relawan dokumentasi  mereka juga tergenang air. Proses pemulihan masih sangat panjang. Kita harus mendokumentasi semua kegiatan penyaluran bantuan sebagai bukti sejarah zaman sekarang. Pada zaman penuh bencana ini, ada banyak warga masyarakat yang menjadi relawan meski hidup kekurangan, tetapi mereka masih bersedia untuk membantu orang lain. Selain menjadi saksi sejarah bagi dunia, kita juga mengukir sejarah bagi Tzu Chi.

Di dunia penuh Lima Kekeruhan ini, jika setiap orang bisa membangkitkan hati Buddha bagaikan kuntum-kuntum teratai yang bermekaran dan selalu bersumbangsih tanpa pamrih, bukankah akan menjadi sangat indah? Saat bersumbangsih tanpa pamrih dan tidak tergiur oleh nafsu untuk mengejar ketenaran dan keuntungan, itulah hati  Buddha. Jadi, dengan memiliki hati Buddha, ke mana pun melangkah, kita selalu bisa menginspirasi orang. Kali ini, wilayah Filipina yang tergenang banjir sangat luas. Tanpa relawan setempat yang kita galang lewat pelatihan dan program bantuan Tzu Chi sehingga cinta kasih mereka terbangkitkan, kegiatan pembagian bantuan kali ini pasti sangat sulit. Jadi, dengan hati Buddha, kita bisa menginspirasi banyak orang.

Ke mana pun insan Tzu Chi melangkah, pasti akan meninggalkan jejak bunga teratai. Di dunia penuh Lima Kekeruhan ini, jika kuntum-kuntum teratai di dalam hati bisa bermekaran, maka alangkah indahnya. Meski tidak tega melihat penderitaan korban bencana, tetapi saya juga melihat banyak orang yang membangkitkan cinta kasih.

Kini, di Aula Jing Si tengah diadakan kamp TIHAA. Dengan semangat kemanusiaan, mereka mengembangkan berbagai alat untuk membantu korban bencana sekaligus menjaga keselamatan orang yang menyalurkan bantuan. Banyak sekali hal yang harus dikembangkan. Demi menjaga kelestarian lingkungan, mereka mengumpulkan barang-barang untuk didaur ulang, memurnikan air keruh hingga menjadi air minum, dan lainnya. Ini semua membutuhkan pengetahuan dan keahlian khusus. Suatu hari, saat berada di Guandu, saya juga meminum air keruh yang sudah dimurnikan. Setelah air mendidih, kita bisa menggunakannya untuk membuat nasi instan. Hari itu, saya juga makan seperti itu. Airnya sangat aman untuk dikonsumsi. Kalian jangan khawatir karena alat itu tercipta berkat kebijaksanaan banyak orang. Inilah kebijaksanaan yang berasal dari sifat hakiki kita. Dengan pengetahuan dan kebijaksanaan yang dimiliki oleh setiap orang, mereka mengembangkan sebuah alat yang sangat bermanfaat.

Di sini, saya mengucapkan terima kasih kepada kalian. Kini mereka tengah berkumpul di Aula Jing Si. Pakaian yang mereka kenakan sekarang terbuat dari  benang yang merupakan hasil daur ulang botol plastik  sehingga warnanya seperti itu.  Warna itu terlihat sangat sejuk. Banyak sekali terima kasih yang tidak bisa saya ungkapkan. Singkat kata, waktu bisa membantu kita berjalan menuju ke  arah yang baik. Dengan adanya perubahan ke arah yang lebih baik, dunia pasti lebih aman dan tenteram. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia)

 
 

Artikel Terkait

Melestarikan Lingkungan dan Menciptakan Berkah

Melestarikan Lingkungan dan Menciptakan Berkah

24 Januari 2019

Setiap akhir tahun lunar, Tzu Chi Medan mengundang para Gan En Hu untuk berkumpul bersama. Pada Minggu 20 Januari 2019, relawan di komunitas Hu Ai Medan Utara mengundang 48 Gan En Hu (penerima bantuan) atau 110 tamu undangan (penerima bantuan beserta keluarga). Acara kumpul bersama ini dikenal dengan sebutan Pemberkahan Akhir Tahun Gan En Hu.  


Peresmian Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Bakung

Peresmian Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Bakung

13 Februari 2013 Pada pascakebakaran tahun 2012 silam, banyak donasi dari berbagai pihak mengalir ke Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Cabang Medan, sehingga mendorong tercetusnya ide untuk membangun kembali rumah korban. 
Meringankan Derita Korban Banjir

Meringankan Derita Korban Banjir

02 Maret 2010
Untuk anak-anak balita, para relawan Tzu Chi menyiapkan biskuit untuk mereka. Bentuk perhatian ini membuat para pasien tersenyum bahagia, karena di tengah bencana, masih ada orang-orang yang memperhatikan mereka.
Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -