Pengobatan Antar Pulau

Jurnalis : Henny Laurence (Tzu Chi Makasar), Fotografer : Wati (Tzu Chi Makasar)
 

fotoPieter Mamoribi sedang dipangku ayahnya, Hiskia Mamoribo. Beruntung bagi Pieter, ayahnya bertemu Susanto shixiong di Jayapura sehingga ia akhirnya berjodoh dengan cinta kasih Tzu Chi.

Tanggal 3 September 2009, di pukul 6 pagi waktu setempat, setelah menempuh perjalanan selama 1 jam dari Makassar, pesawat yang membawa rombongan relawan Tzu Chi mendarat di Bandar Udara Frans Kaisepo Biak, Popinsi Papua.

 

Menurut jadwal yang ada, rencananya relawan Tzu Chi Kantor Penghubung Makasar tersebut akan melakukan survei kasus kepada 5 pasien. Mereka adalah Yoshua (2) yang menderita Athesia Ani Colostomy, Salomina Swabra (5) yang menderita Megalo Cornea, Edison Swabra (3 bulan) yang menderita kasus Hydrocephalus, Martha Rumera (1 tahun 2 bulan) yang menderita tumor di pangkal hidung, dan Pieter Mamoribo (2) yang di dalam otaknya terdapat peluru.

Dari hasil survei, hanya Pieter Mamoribo yang ditangani oleh Tzu Chi Makassar, sementara empat kasus lainnya dilanjutkan ke Jakarta. Tanggal 27 November 2009, oleh orangtuanya Pieter dibawa ke Makassar. Selama di sini, mereka menginap di salah satu penginapan milik relawan Tzu Chi. Ayah Pieter sendiri, Hiskia Mamoribo bekerja sebagai seorang petani dengan penghasilan sebesar 10.000 rupiah sehari. Dengan kondisi penghasilannya yang minim, maka ia pun tidak berdaya untuk membiayai operasi Pieter yang mengalami pendarahan otak. Beruntung, berkat adanya jalinan jodoh dengan Susanto shixiong yang tinggal di Biak, Pieter pun berjodoh dan dapat bertemu Tzu Chi Makassar. 

foto  foto

Ket : - Relawan Tzu Chi Makassar tetap memperhatikan kondisi kesehatan Halim Furyadi yang belum lama                         menjalani operasi atas penyakit ginjal yang dideritanya. (kiri)
         - Berkat dukungan dan semangat dari relawan Tzu Chi, Pieter kini sudah terlihat lebih baik . Ia pun akhirnya             sembuh dari penyakit yang selama ini merongrongnya. (kanan)

“Sebagai orangtua (saya) merasa bersyukur, terharu, dan terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Makassar yang telah banyak membantu. Selama tinggal di Makassar dilayani dengan baik, diberi makan dan tempat tinggal yang layak sampai anak saya bisa tertolong,” kata Hiskia Mamoribo. Ia pun bertekad kelak jika Pieter sudah besar akan disekolahkan sampai bisa menjadi orang yang berguna. “Kelak saya akan mengajak anak-anak (saya) menjadi relawan Tzu Chi di Biak,” tambahnya. Memang cinta kasih tidak akan berkurang karena dibagikan namun sebaliknya akan semakin tumbuh berkembang karena diteruskan kepada orang lain. 

 

 
 

Artikel Terkait

Melatih Diri dan Menjadi Teladan

Melatih Diri dan Menjadi Teladan

24 Februari 2012 Pada tanggal 18 Febuari 2012, Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Perwakilan Batam mengadakan Pelatihan Relawan Abu Putih. Pelatihan ini bertujuan agar para relawan dapat mengetahui visi dan misi Tzu Chi secara lebih mendalam.
Juara 3 (Foto): Beras Cinta Kasih

Juara 3 (Foto): Beras Cinta Kasih

28 November 2014

Kewelasasihan harus diterapkan dalam tindakan nyata dengan bersumbangsih terhadap masyarakat banyak, demikian yang selalu dipesankan oleh Master Cheng Yen. Tindakan nyata ini diwujudkan dengan berkumpulnya sebanyak 75 insan Tzu Chi He Qi Barat di lapangan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi pada tanggal 6 September 2014 jam 06.30 WIB. Hari itu, relawan Tzu Chi dengan PIC Leo Kusno mengadakan kegiatan pembagian kupon beras cinta kasih di wilayah RT 01-13 / RW 03 Kelurahan Kamal, Kali Deres, Jakarta Barat. 

Kasih Natal untuk Semua

Kasih Natal untuk Semua

19 Desember 2018
Pada Minggu, 16 Desember 2018 pukul 15.00 WIT, Tzu Chi Biak merayakan Natal bersama warga binaan Lapas Biak yang disambut dengan penuh antusias. Wajah para warga binaan dihiasi dengan sukacita saat mengikuti acara Natal ini.
Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -