Pentingnya Melestarikan bumi

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto

fotoJhonny Shixiong memberikan penjelasan mengenai barang-barag apa saja yang bisa didaur ulang kepada anak-anak Kelas Budi Pekerti Tzu Chi.

Tanggal 18 Maret 2012 Pukul 08.00 di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, para orang tua dan murid dari kelas budi pekerti Qing Zhi Ban mulai berkumpul guna mendaftarkan anak mereka. Anak-anak juga dengan penuh antusias menanti keberangkatan. Pada bulan Maret 2012 ini, kelas budi pekerti Qing Zhi Ban akan melakukan kunjungan ke Depo pelestarian Lingkungan Duri Kosambi, Jakarta Barat.

 

 

Ketika seluruh orang tua dan murid telah datang, Ira Shijie, relawan Tzu Chi memandu rombongan mobil untuk berangkat ke Depo pelestarian Duri Kosambi. Setibanya di sana, para murid dan orang tua menempati kursi yang telah disediakan oleh relawan. Acara dimulai dengan penjelasan mengenai prinsip 5 R (Rethink, Reuse, Reduce, Repair, Recycle) kepada para murid dan orang tua.

“Siapa yang mau kekeringan tanpa ada air,” tanya Linda Ong, relawan Tzu Chi yang menjelaskan mengenai penghematan penggunaan air, listrik dan pengunaan bahan-bahan dari plastik. Pengenalan untuk menjaga bumi dengan cara tidak membuang sampah sembarangan, tidak membeli barang atau mainan yang sama, dan mulai menentukan mana barang yang “dibutuhkan” dengan barang yang “diinginkan”.

Linda Ong juga menerangkan mengenai barang-barang apa saja yang masih dapat digunakan kembali atau di daur ulang. Kesemuanya itu dilakukan untuk menanamkan kepedulian anak terhadap bumi ini. Setelah 30 menit informasi mengenai pelestarian lingkungan diberikan, anak-anak diajak untuk mengumpulkan jenis-jenis barang yang dapat digunakan kembali atau di daur ulang. Sesaat setelah diberikan aba-aba, anak-anak kelas budi pekerti langsung berlarian kesana-kemari mencari barang-barang yang terbuat dari plastik, aluminium, kaleng, beling dan kardus.

foto  foto

Keterangan :

  • Linda Ong Shijie menjelaskan mengenai arti 5 R (Re-Think, Reuse, Reduce, Repair, Recycle) kepada para murid (kiri).
  • Anak-anak belajar untuk memilah sampah dan mengumpulkan sampah berdasarkan jenis yang sama (kanan).

Para relawan tersenyum dengan bahagia, melihat anak-anak kelas budi pekerti dengan cepat memahami informasi yang telah diberikan. “Sebenarnya kegiatan ini telah kita informasikan satu bulan sebelumnya dengan melalui SMS kepada para orang tua murid. Tanggapan mereka juga welcome, mengingat depo adalah tempat yang dipenuhi dengan barang-barang bekas yang identik dengan sampah,” ujar Elly Chandra, PIC kelas budi pekerti Qing Zhi Ban.

Elly  juga menerangkan jika kegiatan Qing Zhi Ban dulunya bernama Xiao Tai Yang yang dimulai dari tahun 2008 mulai fokus pada pendidikan budi pekerti anak.  Tetapi melihat perkembangan ke depannya, relawan Tzu Chi melihat perlu adanya interaksi dan dukungan dari orang tua murid agar tercipta suatu hubungan keluarga yang baik. Maka pada tahun 2011, dibukalah kelas Qing Zhi Ban, yang berfokus pada pendidikan anak dan interaksi antara murid dengan orang tua.

“Setiap tahunnya, pada bulan tertentu anak-anak akan kita ajak untuk belajar diluar, seperti mengenali bagaimana cara pelestarian lingkungan yang baik dan benar. Karena pada biasanya, sebelum memasuki kelas, anak-anak menaruh barang-barang daur ulang yang telah mereka kumpulkan dari rumah mereka di keranjang yang telah kami sediakan,” tutur Elly. Diharapkan dengan adanya pengetahuan ini para anak-anak kelas budi pekerti mulai sadar akan pentingnya melestarikan bumi.

foto  foto

Keterangan :

  • Anak-anak kelas budi pekerti yang telah tiba di depo pelestarian lingkungan langsung menuliskan nama mereka di bagian pendaftaran (kiri).
  • setelah selesai memilah sampah, para murid diajarkan untuk membersihkan tangan mereka dengan mencuci tangan dengan sabun (kanan).

Memberikan Masukan yang Positif
Dukungan, perhatian dan kasih sayang orang tua sangat berpengaruh dalam masa pembentukan karakter anak.  Seperti yang dilakukan oleh Mimi, ibunda dari Jo Mugen, murid kelas Qing Zhi Ban  yang telah mengikuti kegiatan ini selama 3 tahun lamanya.

Awal mulanya Mimi dapat mengenal kelas budi pekerti dari saudaranya yang telah mendaftarkan anaknya ke kelas er tong ban. Saudaranya tersebut mengatakan jika di Tzu Chi ada kegiatan kelas budi pekerti untuk usia 5 – 9 tahun, yaitu Xiao Tai Yang. Mimi sendiri sudah tidak asing lagi dengan Yayasan Buddha Tzu Chi karena suaminya merupakan donatur Tzu Chi.  Melihat pembelajaran budi pekerti yang kurang gencar dilakukan di sekolah tempat Mugen belajar, Mimi langsung memasukkan Mugen ke kegiatan kelas budi pekerti.

Ketika didaftarkan ke kelas budi pekerti, Mugen sendiri merasa sangat senang. “Disini senang sekali karena banyak teman-teman,” ujar Mugen yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler Wushu  di sekolahnya. Mimi berharap dengan mengikuti kegiatan ini, Mugen dapat menjadi anak yang berbakti dan sehat seperti anak lainnya. Seperti ucapan Master Cheng Yen, “Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.”

  
 

Artikel Terkait

Kunjungan Relawan ke Panti Jompo Sabai Nan Aluih

Kunjungan Relawan ke Panti Jompo Sabai Nan Aluih

12 Juli 2016

Kunjungan para relawan Tzu Chi Padang ke Panti Jompo Sabai Nan Aluih di Sicincin Padang Pariaman disambut hangat kakek nenek yang tinggal di sana. Kunjungan ini mengobati kerinduan mereka akan perhatian keluarga.

Kamp Anak Asuh Beasiswa Karir (bagian 1)

Kamp Anak Asuh Beasiswa Karir (bagian 1)

04 Maret 2014 Pada tanggal 1-2 Maret 2014, Tzu Chi mengadakan kamp bagi anak asuh yang tergabung dalam program beasiswa karier. kamp ini diadakan agar anak-anak dapat lebih mengenal apa itu Tzu Chi.
Membangkitkan Kepercayaan Diri

Membangkitkan Kepercayaan Diri

16 Desember 2014 Keseharian pria berusia 26 tahun ini dihabiskan hanya di dalam rumah saja dengan duduk-duduk, berbicara bersama keluarga dan tidur. Tidak ada pekerjaan yang dapat dilakukannya semenjak kedua matanya terkena katarak
Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -