Pentingnya Melestarikan bumi
Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto
|
| ||
| Ketika seluruh orang tua dan murid telah datang, Ira Shijie, relawan Tzu Chi memandu rombongan mobil untuk berangkat ke Depo pelestarian Duri Kosambi. Setibanya di sana, para murid dan orang tua menempati kursi yang telah disediakan oleh relawan. Acara dimulai dengan penjelasan mengenai prinsip 5 R (Rethink, Reuse, Reduce, Repair, Recycle) kepada para murid dan orang tua. “Siapa yang mau kekeringan tanpa ada air,” tanya Linda Ong, relawan Tzu Chi yang menjelaskan mengenai penghematan penggunaan air, listrik dan pengunaan bahan-bahan dari plastik. Pengenalan untuk menjaga bumi dengan cara tidak membuang sampah sembarangan, tidak membeli barang atau mainan yang sama, dan mulai menentukan mana barang yang “dibutuhkan” dengan barang yang “diinginkan”. Linda Ong juga menerangkan mengenai barang-barang apa saja yang masih dapat digunakan kembali atau di daur ulang. Kesemuanya itu dilakukan untuk menanamkan kepedulian anak terhadap bumi ini. Setelah 30 menit informasi mengenai pelestarian lingkungan diberikan, anak-anak diajak untuk mengumpulkan jenis-jenis barang yang dapat digunakan kembali atau di daur ulang. Sesaat setelah diberikan aba-aba, anak-anak kelas budi pekerti langsung berlarian kesana-kemari mencari barang-barang yang terbuat dari plastik, aluminium, kaleng, beling dan kardus.
Keterangan :
Para relawan tersenyum dengan bahagia, melihat anak-anak kelas budi pekerti dengan cepat memahami informasi yang telah diberikan. “Sebenarnya kegiatan ini telah kita informasikan satu bulan sebelumnya dengan melalui SMS kepada para orang tua murid. Tanggapan mereka juga welcome, mengingat depo adalah tempat yang dipenuhi dengan barang-barang bekas yang identik dengan sampah,” ujar Elly Chandra, PIC kelas budi pekerti Qing Zhi Ban. Elly juga menerangkan jika kegiatan Qing Zhi Ban dulunya bernama Xiao Tai Yang yang dimulai dari tahun 2008 mulai fokus pada pendidikan budi pekerti anak. Tetapi melihat perkembangan ke depannya, relawan Tzu Chi melihat perlu adanya interaksi dan dukungan dari orang tua murid agar tercipta suatu hubungan keluarga yang baik. Maka pada tahun 2011, dibukalah kelas Qing Zhi Ban, yang berfokus pada pendidikan anak dan interaksi antara murid dengan orang tua. “Setiap tahunnya, pada bulan tertentu anak-anak akan kita ajak untuk belajar diluar, seperti mengenali bagaimana cara pelestarian lingkungan yang baik dan benar. Karena pada biasanya, sebelum memasuki kelas, anak-anak menaruh barang-barang daur ulang yang telah mereka kumpulkan dari rumah mereka di keranjang yang telah kami sediakan,” tutur Elly. Diharapkan dengan adanya pengetahuan ini para anak-anak kelas budi pekerti mulai sadar akan pentingnya melestarikan bumi.
Keterangan :
Memberikan Masukan yang Positif Awal mulanya Mimi dapat mengenal kelas budi pekerti dari saudaranya yang telah mendaftarkan anaknya ke kelas er tong ban. Saudaranya tersebut mengatakan jika di Tzu Chi ada kegiatan kelas budi pekerti untuk usia 5 – 9 tahun, yaitu Xiao Tai Yang. Mimi sendiri sudah tidak asing lagi dengan Yayasan Buddha Tzu Chi karena suaminya merupakan donatur Tzu Chi. Melihat pembelajaran budi pekerti yang kurang gencar dilakukan di sekolah tempat Mugen belajar, Mimi langsung memasukkan Mugen ke kegiatan kelas budi pekerti. Ketika didaftarkan ke kelas budi pekerti, Mugen sendiri merasa sangat senang. “Disini senang sekali karena banyak teman-teman,” ujar Mugen yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler Wushu di sekolahnya. Mimi berharap dengan mengikuti kegiatan ini, Mugen dapat menjadi anak yang berbakti dan sehat seperti anak lainnya. Seperti ucapan Master Cheng Yen, “Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.” | |||
Artikel Terkait
Terus Bergerak dalam Menjaga Bumi
10 November 2020Kepedulian relawan untuk melindungi wilayah pesisir di sekitar Tangerang terus berlanjut. Sebelumnya pada Desember 2019 relawan telah bersumbangsih kepada bumi dengan menanam 10.000 pohon mangrove di Tangerang Mangrove Center, Banten. Tahun ini di lokasi yang berbeda yaitu Desa Ketapang, Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang, Banten relawan kembali bergerak menanam 10.000 pohon mangrove (7/11/20).
Memulihkan Surga Kecil di Kaki Gunung Rinjani
03 September 2018Berada di ketinggian yang bervariasi antara 800 hingga 1.200 meter di atas permukaan laut, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, NTB menjadi salah satu lokasi terdampak gempa Lombok yang sulit dijangkau. Jumat, 31 Agustus 2018, Tzu Chi Indonesia menyalurkan bantuan gempa gelombang ke-3 juga memberikan bantuan di Kecamatan Sembalun.
Merajut Cinta Kasih dan Kebersamaan Melalui Pembagian Paket Lebaran di Kota Binjai
04 April 2024Tzu Chi Medan membagikan 10.000 paket cinta kasih di 16 titik dari Kota Medan sampai Banda Aceh. Salah satu titik tersebut adalah Kota Binjai tepatnya di Kelurahan Setia dan Kelurahan Rambung Timur.










Sitemap