Perhatian untuk anak suku Talang Mamak

Jurnalis : Achmad Yusuf (Tzu Chi Cabang Sinar Mas), Fotografer : Dokumentasi Xie Li Indragiri Hulu

Kondisi bangunan sekolah SDN 013 dan SMPN 4 Talang Sungai Limau yang dikunjungi relawan.

“Bila semua orang dapat bersumbangsih dengan cinta kasih yang tulus dan murni, pelita harapan akan menyala di pelosok gelap dunia.
(Kata Perenungan Master Cheng Yen)

Sebuah bangunan beratap rumbia, berdinding kulit kayu, dan beralas tanah tampak berdiri di Desa Talang Sei Liamu, Kecamatan Rakit Kulim, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Begitu mendekat, bangunan ini dibagi menjadi ruang-ruang kecil, layaknya sebuah ruangan kelas. Inilah bangunan SDN 013 dan SMPN 4 Sungai Limau tempat anak-anak suku asli Talang Mamak bersekolah. Meski dengan fasilitas seadanya, tak menyurutkan semangat 58 siswa menuntut ilmu di sekolah ini.

SDN 013 Talang Sungai Limau merupakan sekolah yang berada di Kecamatan Rakit Kulim, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Jika sekolah SD pada umumnya terdapat 6 ruang kelas dan 1 ruang guru, di sekolah ini hanya terdapat 2 ruangan utama. Satu ruang dimanfaatkan menjadi ruang majelis guru yang setengahnya digunakan sebagai ruang kelas. Satu ruangan lainnya digunakan sebagai ruang belajar. Bangku dan kursi diatur sedemikian rupa sehingga mampu mencukupi 6 jenjang kelas SD. Sejumlah 33 orang siswa belajar di bangunan ini, saling berbagi dan saling menghormati hak belajar satu sama lain.

Tidak berbeda jauh kondisinya SMPN 4 Sungai Limau atau disebut juga SMP Marginal Talang Sungai Limau. Bangunan ini berdampingan dengan SDN 013 Marginal. Hanya dibatasi sekat seadanya. Dindingnya bukan dari papan, triplek ataupun semen melainkan dari kulit kayu yang tentu saja terdapat banyak lubang di setiap sisinya. Sekolah ini tidak memiliki jendela. Dapat dibayangkan suasana di dalam kelas ketika siang hari, gelap karena minim pencahayaan, belum lagi fasilitas belajar yang sangat terbatas.

Dinding sekolah yang terbuat dari kulit kayu.

Salah satu ruang kelas yang digunakan siswa belajar.

Sama seperti SDN 013 Marginal, sekolah ini juga hanya memiliki 2 ruang kelas yang digunakan untuk belajar oleh 19 orang siswa dengan jenjang kelas 7, 8, dan 9. Lagi-lagi, mereka harus saling berbagi dan saling menghormati hak belajar satu sama lain di tengah keterbatasan yang ada.

Kedua sekolah ini hasil swadaya masyarakat sebagai bentuk kepedulian melihat anak-anaknya tidak dapat bersekolah karena letak sekolah yang cukup jauh dan medan jalan yang dilalui cukup sulit. Awalnya sekolah ini sebagai  pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM). Dibantu oleh beberapa pihak, PKBM ini dapat dijadikan sekolah reguler dengan menyandang nama “sekolah marginal”, sekolah yang memang dikhususkan untuk kaum marginal meneruskan mimpi-mimpinya. Sekolah marginal menjadi harapan baru bagi suku asli Talang Mamak untuk dapat mengenyam pendidikan. Seperti namanya, sekolah marginal ini pun jauh dari perhatian pihak-pihak terkait.

Prihatin dengan kondisi anak-anak di SDN 013 dan SMPN 4, relawan Xie Li Indragiri Hulu memberikan perhatian. Seperti yang terlihat pada Sabtu (17/5/25) lalu 15 relawan mengunjungi sekolah ini. Relawan menyerahkan bantuan buku bacaan, memberikan motivasi belajar, dan melakukan penyuluhan kesehatan umum kepada para siswa.

Bonasal P Girsang menyerahkan bantuan buku secara simbolis kepada salah satu guru.

Relawan menyerahkan buku untuk menyemangati belajar para siswa.

Penyerahan bantuan buku bacaan dilakukan Bonasal P Girsang mewakili relawan.  Beberapa buku bacaan yang diberikan seperti buku cerita nusantara, kamus bahasa, kamus IPA, buku rumus MTK, media pembelajaran berupa poster, dan buku bacaan lain. “Kami hari ini datang dan memberikan perhatian, semoga buku-buku ini bisa menemani semangat adik-adik semua dalam menuntut ilmu. Semoga terus semangat belajar dan meraih cita-cita,” ujar Bonasal P Girsang.

Sementara dalam sesi motivasi, Erika Gustira berpesan bahwa tidak ada batasan bagi orang-orang yang mau berupaya mengejar cita-cita. “Keterbatasan bukanlah batasan bagi siapapun yang mempunyai semangat juang meraih cita-cita”, ujarnya. Erika juga berpesan agar anak-anak menjaga kesehatan. “Anak-anak yang semangat belajarnya luar biasa ini jangan sampai sakit ya, jadi kita harus menjaga kesehatan biar bisa terus belajar dan khusus untuk yang laki-laki sekali lagi jangan merokok yaa, kan katanya pengen jadi tentara,” pesan Erika Gustira.

Kunjungan dan perhatian yang dilakukan relawan disambut hangat para guru. “Kami sangat berterima kasih bapak-ibu semua atas bantuan dan perhatian yang diberikan. Ini menjadi harapan baru bagi kami. Selama ini kami kesulitan mengadakan buku bacaan untuk siswa karena perpustakaan juga tidak ada, akses juga jauh sekali”, ujar Imelda, guru SMPN 4.

“Bapak-ibu, terima kasih banyak. Anak-anak pasti senang sekali mendapatkan buku bacaan baru ini. Besok sudah pasti menjadi rebutan buku-bukunya karena mereka sudah bosan dengan buku-buku bacaan lama. Mungkin sudah dibaca berulang kali buku-buku itu, sampai kini tak tersentuh lagi,” ucap Asma, guru SDN 013 Marginal. Pemberian buku bacaan ini diharapkan dapat membuka jendela dunia yang lebih lebar bagi siswa-siswi di sekolah marginal, walaupun sekolahnya tanpa jendela, bukan berarti mereka tidak bisa membuka jendela dunia.

Selain penyerahan buku bacaan, relawan juga memberikan motivasi dan penyuluhan kesehatan.

Wajah gembira relawan dan anak-anak setelah penyerahan buku bacaan.

Kunjungan setengah hari ini membawa kesan mendalam di hati relawan. Semangat belajar anak-anak ditengah keterbatasan cukup menyentuh hati. Perasaan haru dan bangga bercampur aduk di hati para relawan yang hadir pada saat itu. “Baru kali ini kami memberikan motivasi, tapi kemudian saya sendiri yang merasa termotivasi karena melihat keadaan sekolah dan anak-anak ini,” ujar Ida Dermawati Saragih salah satu relawan Dharma Wanita.

“Melalui kegiatan hari ini, kita semua tersadar akan pentingnya rasa syukur dan semangat juang. Di tengah keterbatasan yang tidak pernah terbayangkan oleh kita sebelumnya, kita malah menemukan semangat yang luar biasa. Seperti ditampar ya pak rasanya kita ini,” ucap Natalia Kristina Purba, dalam perjalanan pulang. Hal ini diiyakan oleh relawan lainnya. ”Kaget saya masih ada bangunan sekolah yang seperti itu di daerah kita ini”, ujar Yogi Martinah menimpali.

Dalam perjalanan pulang banyak pelajaran berharga yang dibawa relawan. Perhatian kecil yang diberikan menumbuhkan rasa syukur karena sekecil apapun yang diberikan sangat berarti bagi yang menerimanya. Seperti Kata Perenungan Master Cheng Yen “Bila semua orang dapat bersumbangsih dengan cinta kasih yang tulus dan murni, pelita harapan akan menyala di pelosok gelap dunia.”

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Pemberian Buku Untuk Perpustakaan Desa Sidomulyo di Lampung

Pemberian Buku Untuk Perpustakaan Desa Sidomulyo di Lampung

27 September 2018
Relawan Tzu Chi di Lampung memberikan bantuan buku untuk perpustakaan di Desa Sidomulyo, Tulang Bawang Lampung. Ada sekitar 240 buku yang disumbangkan, terdiri dari buku pelajaran SD kelas 3 sampai kelas 6.
Dukungan Literasi bagi Siswa SD Bermai 012

Dukungan Literasi bagi Siswa SD Bermai 012

07 Februari 2024

Dalam upaya meningkatkan minat baca siswa-siswi SD Bermai 012,  relawan Tzu Chi di Xie Li Kutai Barat menyerahkan 219 buku bacaan.

Berbagi Buku, Penunjang Masa Depan

Berbagi Buku, Penunjang Masa Depan

30 Desember 2022

Kebutuhan buku menjadi hal yang penting untuk menunjang proses belajar di sekolah. Hal ini yang mendasari relawan Xie Li Kalimantan Tengah (Kalteng) 2 membantu pengadaan buku di perpustakaan SDN 1 Desa Sebabi, Kecamatan Batu Ampar, Kalimantan Tengah.

Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -