Perjuangan Roila dan Laily yang Terlahir Tak Sempurna

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya

Satu hari pascaoperasi dr. I.B. Darmasusila, Sp.B. mengunjungi Roila Nurul Hidayah, pasien anak yang tidak memiliki langit-langit di rongga mulut (palatoschisis). Roilah akhirnya bisa dioperasi oleh Tim MedisTzu Chi Indonesia pada kegiatan Baksos Kesehatan Yayasan Tzu Chi  ke-137 di  RS. Bhayangkara  HS. Samsoeri Mertojoso.

Siang itu saya mengikuti relawan dan satu perawat yang bertugas di ruang pemulihan ke ruang rawat inap untuk pasien-pasien baksos kesehatan Tzu Chi yang dirawat pascaoperasi bibir sumbing dan hernia. Kami menuju ruang Asoka yang berkapasitas dua tempat tidur.

Perawat menyapa Khoirul Anam (41) dan Siti Aminah (32), orang tua dari anak Roilah Nurul Hidayah  (12) dan Laily Nurul Qomariah (8) pasien anak yang baru saja keluar dari ruang operasi (bibir sumbing).

Roilah dan Laily sedang terbaring di atas tempat tidur ruang Asoka RS. Bhayangkara  HS. Samsoeri Mertojoso sembari ditemani Siti, sang Ibu yang sesekali mengusap-usap kepala Laily. Mereka sekeluarga datang dari Dusun Gomang, Kel. Kel Lajo Lor Kec. Singgaha, Kab.Tuban, Jawa Timur.

Cerita Khoirul ayah dari Roilah dan Laily sejak bayi Roilah dan Laily ketika meminum susu sering tersedak. Lalu Khoirul membawa Roilah ke rumah sakit dan ternyata menurut dokter anak-anak ini tidak memiliki langit-langit di rongga mulut (palatoschisis) dan dianjurkan untuk segera operasi. Langit mulut sumbing (palatoschisis) tidak dapat langsung terlihat ketika mulut pasien dalam kondisi tertutup. Pada bagian atas mulut pasien terdapat celah yang langsung mengarah ke hidungnya.

Sejak itu Roilah makan dan minum menggunakan selang namun, Roilah merasa tidak nyaman dengan selang makan ini. Pasalnya anjuran dari dokter saat itu Roilah dan Laily tidak boleh makan dan minum langsung hingga umur 6 sampai 7 tahun. Sejak umur 0 hingga 7 tahun Roilah dan Laily makan melalui selang.

Laily Nurul Qomariah (8) adik kandung Roila juga mengalami kelainan yang sama dengan Roila. Laily diajak oleh dr. Darma untuk belajar berlatih berbicara sedikit demi sedikit.

Ketika Roilah berumur 8 tahun dan Laily umur 4 tahun, Aminah mencoba memberi asupan makanan yang dicairkan tanpa selang makan tetapi menggunakan dot bayi. Hasilnya mereka berdua merasa nyaman dengan menggunakan dot dibandingkan menggunakan selang makan.

Terlahir tanpa langit-langit rongga mulut (palatoschisis atau cleft palate), kedua orang tua Roilah dan Laily sempat putus asa dengan kondisi fisik kedua putrinya. Khoirul merasa cemas dan gundah melihat kedua putrinya mengalami permasalahan kesehatan, sekaligus kendala yang dihadapi mereka dalam pergaulan sehari-hari. Lafal bicara kedua putrinya sulit dimengerti oleh lawan bicaranya. Merasa tak tega, Khoirul bertekad dan berpikir bagaimana caranya dapat mencari pengobatan (operasi) bagi kedua putrinya yang mengalami sumbing langit-langit di rongga mulut.

Bolak-balik ke rumah sakit, perjalanan Roilah dan Laily hingga berhasil dioperasi oleh tim dokter dari Tim Medis Tzu Chi (TIMA Indonesia)  bukanlah perjalanan yang mudah. Kedua gadis ini disekolah atau di lingkungan bermainnya enggan bergaul dengan teman-teman sebayanya. Seringkali saat pulang sekolah Roilah menangis karena terkadang ada kawannya yang mengejeknya atau karena kawan-kawannya tidak mengerti ucapan Roilah.

“Roilah itu sekarang Tsanawiyah (setingkat SMP), dia itu jarang sekali berkumpul dengan teman-temannya. Kalau diajak bicara kadang kawannya itu sulit mengerti bicara Roilah, jadi dia banyak diamnya atau kadang langsung pulang...., nangis,” ucap Khoirul prihatin.

Butuh Dana Besar
Khoirul berharap kedua buah hatinya ini kelak bisa bersosialisasi dengan normal dengan anak-anak seusianya serta tidak merasa minder berkawan dengan teman-temannya. Khoirul sempat langsung mencari informasi ke beberapa rumah sakit di Kota Tuban mengenai biaya operasi untuk kedua anak ini, yakni sekitar 50 juta rupiah. Khoirul pun menyerah. Ia tak mampu menyediakan uang sebesar itu. Penghasilannya sebagai petani membuatnya sulit mengumpulkan uang sebanyak itu.

Relawan Tzu Chi yang bertugas di ruang pemulihan mengunjungi satu persatu pasien-pasien yang baru keluar dari ruang operasi. Salah satunya Laily, pasien anak yang mengalami sumbing langit-langit rongga mulut.

Meski begitu, Khoirul tak putus asa. Ia terus berusaha mencari-cari informasi di mana kedua putrinya ini bisa di operasi. Tentunya dengan biaya yang menurutnya terjangkau, atau bahkan gratis sama sekali. “Namanya anak harus saya perjuangkan bagaimanapun sulitnya,” tegasnya. Hingga akhirnya Khoirul mendapat info dari internet bahwa pada HUT Bhayangkara Polda Jatim akan mengadakan baksos kesehatan bekerja sama dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indoneia, dimana salah satunya adalah operasai bibir sumbing.

“Saya langsung hubungi kawannya ponakan saya yang kerja di Polda Jatim dan saya minta bantuan untuk minta info dan nomor kontak di RS. Bhayangkara. Saya langsung datang ke Surabaya untuk daftarkan Roilah dan Laily untuk mengisi formulir pendaftaran. Pada hari Sabtunya saya langsung bawa Roila dan Laily untuk menjalani proses screening,” terang Khoirul.

Satu hari sebelum berangkat ke Surabaya, Khorul berdiskusi dengan istrinya dan kedua putrinya, Roila dan Laily. “Ini ada baksos (kesehatan) bibir sumbing gratis di Surabaya, kamu mau ndaaa (nggak)? tanya Khoirul kepada Roila dan Laily.

“Iya, Pak aku mau ikut, pokoknya akau mau,” ucap Roila dengan penuh semangat.

“Semangat yaaa,” ujar Khoirul.

“Yaaa aku semangat,” sahut Roila.

“Jadi, operasi ini kemauannya Roila, kalau Roila dan Laily tidak mau saya (juga) tidak akan memaksa mereka,” ucap Khoirul.

Khoirul jadi semangat pula untuk mendaftarkan kedua anaknya ini walaupun harus menempuh perjalanan cukup jauh dari Kabupaten Tuban ke Surabaya. “Dengan cara apa pun walaupun jauh tetap saya lakukan,” ucap Khoirul.

Ungkapan Rasa Syukur dan Bahagia
Khoirul mengungkapkan perasaan senang, bersyukur dan bahagianya setelah kedua anaknya berhasil dioperasi dengan lancar terutama kepada tim dokter. Ungkapan senang dan bahagianya Khoirul ini selain kedua putrinya selesai dioperasi juga berkat pendampingan relawan Tzu Chi yang sangat ramah.

Suasana ruang operasi besar. Para dokter dan perawat dari TIMA  Indonesia sejak pagi (pkl. 07.00 WIB) telah memberikan pelayanan kepada masyarakat yang mengalami bibir sumbing, hernia, katarak, dan benjolan.    

“Perasaan saya suweeeeneng sekali sekali dengan adanya baksos ini, terima kasih banyak sama relawan Buddha Tzu Chi. Pelayananya sangat baik, ramah sekali. Terutama sama dokter yang mengoperasi anak saya banyak-banyak terima kasih sekali. Saya bisa ucapkan senangnya kayak begini saya,”ucap khoirul dengan suara terbata-bata.

Khoirul sangat berterima kasih sekali kepada Yayasan Buddha Tzu Chi. “Saya bangga sekali sama Yayasan ini karena sangat membantu sekali kekurangan anak saya,” lanjut khoirul sambil menghela napas panjang.

Khoirul mengaku sejak mulai dari pendaftaran, ruang operasi hingga ke ruang perawatan relawan Tzu Chi selalu mendampingi dan menghibur Roila dan Laily. “Makanya saya itu banyak-banyak terima kasih sama relawan Tzu Chi, kalau ndak ada relawan Tzu Chi susah saya dari satu meja ke meja lainnya, saya bingung, karena ada relawan yang dampingi saya merasa tenang dan nyaman,” ujar Khoirul.

Satu malam menginap di ruang Asoka, Roila dan Khoiri pada pagi harinya dikunjungi lagi oleh dr. I.B. Darmasusila, Sp.B., dan Suster Weni dari TIMA Jakarta. Dr. Darma mengecek kondisi Roila dan Laily pascaoperasi.

“Gimana kabarnya Roila....Laily,” sapa dr. Darma sambil tersenyum.

Weni staf TIMA Indonesia sedang memberi edukasi kepada Khoirul dan Roila mengenai perawatan pascaoperasi sumbing langit-langit rongga mulut. Salah satunya, Weni menganjurkan untuk melakukan terapi bicara.

Roila hanya terdiam, sementara Laily sedang asyik bermain dengan telepon genggamnya. Khoirul menyahuti sambutan dr. Darma. “Baik dokter, kemarin masih keluar sedikit darah dari mulut, sekarang sudah enggak lagi,” jawab Khoirul.

“Roila sama Laily harus berlatih bicara yaaa..., coba dilatih buka mulutnya sedikit-sedikit,” kata dr. Darma memotivasi.

Dr. Darma menyampaikan bahwa Roila dan Laily harus sering berlatih bicara supaya lafal bicaranya bisa jelas. Selain itu, selama penyembuhan luka di langit-langit mulutnya, keduanya disarankan jangan memakan makanan yang keras-keras dulu.

Suster Weni juga menyampaikan bahwa setelah operasi ini kondisi bicara Roila dan Laily tidak langsung bisa berbicara normal. Namun, harus melalui terapi bicara. “Nanti setelah lukanya sudah benar-benar kering bapak nanti coba cari rumah sakit yang bisa menangani terapi bicara biar nanti bicaranya jelas yaaa,” ujar Weni. dr. Darma juga mengizinkan Roila dan Laily pulang ke rumah karena kondisi fisik keduanya sangat baik pasca operasi.

Pada kegiatan Baksos kesehatan ke-137 yang dijalani dua hari 11 dan 12 Maret 2023, Tzu Chi International Medical Association (TIMA Indonesia) secara keseluruhan berhasil manangani 186 pasien. 

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-133: Kembali Terang Setelah 10 Tahun Penantian

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-133: Kembali Terang Setelah 10 Tahun Penantian

24 Agustus 2022

Setelah menanti 10 tahun, katarak di mata kiri Masrul berhasil dioperasi oleh Tim Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia dalam kegiatan Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-133 di Kota Padang, Sumatera Barat.

Sinergi yang Baik untuk Warga Banten

Sinergi yang Baik untuk Warga Banten

17 Oktober 2019

Pada Selasa, 15 Oktober 2019, dalam Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-128 di Serang juga diadakan seremoni pelaksanan baksos kesehatan dari pihak Polri. Kegiatan baksos ini terfokus kepada pengobatan umum, gigi, operasi bibir sumbing, serta post op para pasien katarak yang telah dioperasi dua hari sebelumnya.

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-111: Harapan dan Doa yang Terkabul

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-111: Harapan dan Doa yang Terkabul

23 Maret 2016

Kisah kedua orang ayah dan anak ini telah melukiskan perjuangan keras dan kasih sayang  yang besar antara orang tua kepada anaknya, karena harapan  agar penglihatannya kembali pulih sangatlah besar. Ini menggambarkan betapa kasih sayang orang tua sepanjang masa demi masa depan anaknya yang lebih baik.

Giat menanam kebajikan akan menghapus malapetaka. Menyucikan hati sendiri akan mendatangkan keselamatan dan kesejahteraan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -