Di pagi hari yang masih sepi, Miky, relawan Tzu Chi, berjalan kaki dari tempat tinggalnya sambil membawa perlengkapan bakti sosial menuju Sekolah Candra Naya, tempat kegiatan bakti sosial kesehatan gigi akan berlangsung.
Semangat pagi terpancar dari Miky, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat. Saat sebagian besar orang masih bermalas-malasan menikmati hari libur, Miky sudah melangkah dari tempat tinggalnya menuju lokasi bakti sosial kesehatan gigi pada Minggu, 20 Juli 2025. Kegiatan berlangsung di Sekolah Candra Naya, Jalan Jembatan Besi II No. 26, Jakarta Barat, mulai pukul 08.00 hingga 12.30 WIB.
Di lokasi, antusiasme warga sangat terlihat. Sebanyak 136 pasien dari 174 kupon yang dibagikan, terdiri dari siswa, guru, karyawan Sekolah Candra Naya, dan warga sekitar, ikut serta dalam pemeriksaan kesehatan gigi. Mereka mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dengan tertib, mulai dari pendaftaran, sosialisasi, pemeriksaan, tindakan medis, hingga sesi penyuluhan.
Untuk mendukung kelancaran kegiatan, sebanyak 67 relawan terlibat secara aktif. Mereka terdiri dari 41 relawan berseragam dan 26 relawan berompi, termasuk siswa SMK Media Candra Naya. Selain itu, dukungan medis juga hadir dari 32 tenaga medis TIMA, yang terdiri dari 13 dokter gigi, 4 residen, 7 perawat, dan 8 apoteker, dibantu 6 siswa SMK Farmasi dari sekolah yang sama. Tim ini dengan penuh semangat melayani pasien dari awal hingga akhir kegiatan, mulai dari penyambutan, pendaftaran, penyuluhan kesehatan gigi, pemeriksaan tensi dan berat badan, hingga tindakan cabut atau tambal gigi serta penjelasan obat yang harus dikonsumsi.
drg. Linda Verniati menyampaikan materi penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, didampingi drg. Tarsando Marbun yang sedang menjalani program internship di Puskesmas Tambora.
Nilla Hernelia, perwakilan dari Kelurahan Jembatan Besi, hadir meninjau langsung pelaksanaan kegiatan dan menyampaikan apresiasinya atas kontribusi para relawan.
Salah satu momen penting adalah sosialisasi kesehatan mulut dan gigi yang disampaikan oleh drg. Linda Verniati, dibantu oleh drg. Tarsando Marbun yang sedang menjalani internship di Puskesmas Tambora. Kehadiran sosialisasi ini semakin memperkaya kegiatan baksos dan memberikan edukasi langsung kepada para pasien.
Kegiatan ini juga mendapat perhatian dari pihak kelurahan. Nilla Hernelia, perwakilan dari Kelurahan Jembatan Besi yang menjabat sebagai staf kesejahteraan masyarakat, hadir meninjau acara dan memberikan apresiasi tinggi atas pelaksanaannya. Ia mengatakan, “Saya sangat mengapresiasi kegiatan seperti ini. Banyak warga kita yang kurang beruntung, tinggal di lingkungan kumuh, dan belum memiliki BPJS. Perawatan gigi itu mahal, jadi kegiatan ini sangat membantu. Saya lihat pelaksanaannya rapi, tertib, bersih, dan alat-alatnya steril.”
Selain itu, Ketua Yayasan Candra Naya, Bapak I Wayan Suparmin, juga mengungkapkan harapannya agar kerja sama ini dapat terus berlanjut. Ia menambahkan, “Kegiatan Tzu Chi ini sangat bermanfaat, khususnya bagi siswa di lingkungan sekolah. Kami bangga dan bersyukur atas dukungan Tzu Chi. Kami berharap ada kegiatan lanjutan seperti sosialisasi pelestarian lingkungan, agar siswa bisa tumbuh menjadi pribadi yang berbudi luhur, nilai yang tidak diajarkan di kelas.”
drg. Indrawati, dokter senior dari TIMA, bertugas melakukan skrining awal, menentukan apakah pasien perlu ditambal, dicabut, atau hanya mendapat edukasi lanjutan.
Semangat dan pengalaman juga datang dari para tenaga medis. drg. Indrawati, dokter senior yang bertugas di bagian skrining dan telah aktif di TIMA selama 27 tahun, merasa senang bisa kembali terlibat dalam kegiatan ini. Ia pun mengajak rekan-rekan sejawatnya, seperti drg. Lusia Sintawati, yang sudah dua kali mengikuti bakti sosial, untuk turut berpartisipasi.
Tidak hanya itu, drg. Anak Agung Gede Rahendra dari Puskesmas juga turut serta dalam baksos. Menurutnya, “Pengalaman baksos ini seru, bisa bertemu pasien yang beragam, sekaligus reunian dengan dokter-dokter senior.”
Beragam cerita datang dari warga yang mengikuti kegiatan ini. Salah satunya adalah Haryati, warga Jembatan Besi 2 RT 6/03, yang mengaku sempat menangis karena takut dicabut giginya. Ia bercerita, “Saya belum pernah ke dokter gigi, tapi ternyata bisa juga.”
Sementara itu, Syahroni, warga Jembatan Besi 5 RT 7/04, membagikan pengalamannya, “Ternyata dicabut gigi nggak sakit. Selama ini saya takut ke dokter.” Kekhawatiran seperti ini sering muncul karena kurangnya informasi dan edukasi seputar kesehatan gigi.
Kondisi serupa juga dialami oleh siswa sekolah Candra Naya. Lievory, siswa kelas 8, mengeluhkan giginya yang ngilu dan belum pernah ke dokter. Sedangkan Alfredo Chin, siswa TK B berusia 5 tahun, memiliki gigi berlubang yang sering kemasukan makanan. Ibunya merasa sangat terbantu dengan adanya kegiatan ini.
drg. Tiwi dan drg. Nanne menangani kasus gigi Elfia, siswi kelas 12, yang cukup kompleks. Dengan telaten dan penuh kesabaran, mereka melakukan tindakan medis sesuai prosedur.
Pasien terakhir yang ditangani adalah Elfia, siswi kelas 12, yang memiliki kasus rumit berupa radip dan polip, sehingga akar giginya mengunci dan melebar. Kasus ini mendapat penanganan khusus dari drg. Tiwi dan drg. Nanne yang berusaha keras menyelesaikan tindakan. drg. Tiwi menjelaskan, “Ini kasus komplikasi.”
Menjelang akhir kegiatan, Ali Tanoto, yang baru aktif sebagai relawan Tzu Chi selama setahun terakhir, menyampaikan rasa syukurnya sebagai koordinator acara. Ia mengungkapkan, “Awalnya saya bantu di titik pilah. Ini pertama kalinya saya jadi koordinator baksos. Banyak pelajaran berharga selama persiapan dan pelaksanaan. Saya sempat khawatir siapa yang akan membantu, tapi ternyata banyak yang hadir dan sigap. Dukungan dari kelurahan dan pihak sekolah juga luar biasa.”
Acara kemudian ditutup dengan sesi foto bersama para relawan, sebuah momen penuh semangat dan dedikasi yang tak terlupakan.
Editor: Metta Wulandari