Dokter gigi Linda Verniati memberikan penyuluhan kesehatan gigi secara interaktif kepada pasien yang hadir. Ia menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan mulut dan peran orang tua dalam mendukung kesehatan gigi anak.
Sebanyak 123 peserta, yang terdiri dari murid Sekolah Sinar Dharma, relawan He Qi Pusat, serta warga sekitar Jalan KH. Mas Mansyur No. 29, Jakarta Barat, mengikuti kegiatan bakti sosial pemeriksaan kesehatan gigi pada hari Minggu, 15 Juni 2025. Kegiatan berlangsung sejak pukul 08.00 hingga 11.30 WIB.
Dari total 185 kupon yang dibagikan, para peserta tampak antusias mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dengan tertib. Alur kegiatan dimulai dari proses pendaftaran, penimbangan berat badan, hingga penyuluhan kesehatan mulut yang disampaikan oleh drg. Linda Verniati. Selanjutnya, para peserta menjalani pemeriksaan dan pengobatan gigi yang dilakukan oleh tim relawan dokter dari TIMA (Tim Medis Tzu Chi).
Dengan penuh dedikasi, para relawan melayani para pasien sejak awal hingga akhir kegiatan. Mereka membantu dalam berbagai tahapan, mulai dari pendaftaran, pemeriksaan kesehatan awal (screening) seperti pengukuran tekanan darah dan penimbangan berat badan, hingga penyuluhan kesehatan gigi. Setelah itu, pasien menjalani pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan kondisi gigi, termasuk gigi mana yang perlu dicabut atau ditambal.
Dokter gigi Nanne melakukan screening mendalam terhadap pasien untuk menentukan tindakan selanjutnya, apakah gigi perlu dicabut atau ditambal, dengan pendekatan yang teliti dan profesional.
Kegiatan bakti sosial ini turut dihadiri oleh Wakil Lurah Tambora, Puji Rahayu. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya acara ini. “Saya melihat semuanya bagus sekali, sangat bermanfaat bagi warga sekitar. Terima kasih banyak kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang telah membantu melaksanakan kegiatan ini. Semoga kegiatan seperti ini dapat terus berjalan ke depannya. Kami sangat mendukung,” ujarnya.
Sementara itu, bagi Dora, relawan baru yang pertama kali bertugas di bagian pendaftaran dan input data, kegiatan ini menjadi pengalaman yang berkesan. Bergabung dengan Tzu Chi sejak setahun lalu melalui website resmi, Dora merasakan bahwa pengalaman seperti ini sangat berharga dan sulit ditemukan di tempat lain. “Ini pengalaman yang menyenangkan. Saya bisa berinteraksi langsung dengan masyarakat dan belajar banyak. Hanya saja tantangannya adalah membaca tulisan tangan dokter yang kadang sulit dibaca,” ujarnya sambil tersenyum.
Naomi, murid kelas 7 Sekolah Sinar Dharma, menjalani pemeriksaan gigi oleh tim dokter, mendapatkan edukasi tentang pertumbuhan gigi yang tidak beraturan.
Salah satu pasien, Naomi, siswi kelas 7 Sekolah Sinar Dharma, datang dengan kondisi pertumbuhan gigi yang tidak beraturan. Seharusnya, gigi susu Naomi sudah tanggal dan digantikan oleh gigi tetap. Namun, karena saat giginya mulai goyang dicabut secara tradisional oleh sang nenek menggunakan benang, proses pergantian gigi menjadi terganggu. Dokter pun memberikan edukasi kepada orang tuanya agar proses pencabutan dilakukan secara alami atau dibantu tenaga medis, dan bukan secara paksa.
Kisah lain datang dari Ibu Novitasari, yang membawa ketiga anaknya untuk ikut serta dalam pemeriksaan. Anak pertamanya, Kalista (11 tahun), menjalani pencabutan gigi susu, sedangkan Arumi (9 tahun) mendapat penambalan gigi, dan si bungsu Delisa (3 tahun) juga diperiksa kesehatannya.
"Karena hari biasa mereka sekolah, jadi tidak sempat ke puskesmas. Kalau malam, anak-anak sering mengeluh sakit gigi. Saya sangat senang dengan kegiatan ini, pelayanannya cepat, orang-orangnya ramah dan baik," ujar Ibu Novitasari dengan penuh rasa syukur.
Ibu Novitasari bersama ketiga anaknya, Kalista, Arumi, dan Delisa, sedang mendapatkan perawatan gigi sesuai kebutuhan masing-masing, mulai dari pencabutan hingga penambalan.
Dokter gigi Lita Naulita Atmawidjaya, yang telah bergabung dengan TIMA sejak tahun 2017 atas ajakan drg. FX Ganny, mengungkapkan rasa bahagianya dapat kembali melayani masyarakat dalam kegiatan bakti sosial ini. Salah satu pasien yang ia tangani adalah Pardi Supardi, yang seluruh giginya harus dicabut.
“Sangat menyenangkan bisa membantu langsung mereka yang benar-benar membutuhkan,” ujarnya.
Dari pihak Puskesmas Tambora, drg. Cikadify ditugaskan untuk memantau jalannya kegiatan. Ia menyampaikan kesan positif setelah menyaksikan langsung proses bakti sosial, khususnya saat mengikuti sesi penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yang dipandu oleh drg. Linda Verniati, selaku penanggung jawab kegiatan (PIC).
“Dari penyuluhan tadi saya mendapat banyak ilmu baru. Biasanya dari puskesmas, setelah screening kami hanya memberikan surat rencana perawatan kepada anak atau ibunya. Tapi dari sini saya sadar, yang sering terlupakan adalah penyuluhan untuk orang tua. Padahal, kalau orang tuanya sadar pentingnya kesehatan gigi, mereka pasti akan membawa anaknya ke dokter gigi. Ini akan jadi masukan penting bagi kami, bahwa ke depan harus ada program penyuluhan khusus bagi orang tua,” jelasnya.
Ia juga mengapresiasi sistem kerja yang rapi selama kegiatan berlangsung, mulai dari proses pencabutan dan penambalan gigi, area steril yang tertata, hingga alur sterilisasi alat medis yang sudah berjalan sesuai prosedur. “Kegiatan ini sangat membantu, terutama karena anak-anak datang bersama orang tuanya dan langsung mendapatkan tindakan perawatan yang baik,” tambahnya.
Dokter gigi Linda Verniati berdiskusi intensif dengan drg. Cikadify, perwakilan Puskesmas Tambora, membahas pentingnya pendataan pasien dan perlunya pendampingan serta edukasi berkelanjutan bagi anak-anak dan orang tua.
Johan Effendi, selaku PIC kegiatan secara keseluruhan, juga menyampaikan rasa syukurnya atas tingginya antusiasme warga, khususnya dari RW 02 dan RW 03 yang mencakup 28 RT. “Hasilnya sangat memuaskan. Tanpa kerja sama yang baik dari semua pihak, kegiatan ini tidak mungkin bisa berjalan lancar seperti hari ini,” ujarnya.
Editor: Metta Wulandari