Rumah Baru, Harapan Baru

Jurnalis : Sucipta Nio (He Qi Timur), Fotografer : Sucipta Nio (He Qi Timur)
 
 

foto
Minggu, 10 Maret 2013, Para relawan dari Hu Ai Kelapa Gading melakukan serah terima kunci di daerah Cilincing, Jakarta Utara.

Para relawan dari Hu Ai Kelapa Gading melakukan serah terima kunci di daerah Cilincing, Jakarta Utara pada hari Minggu, 10 Maret 2013. Bebenah Kampung ini sudah berjalan dua tahun silam yang terdiri dari beberapa tahap. Pagi ini terdapat  5 rumah tahap terakhir yang sudah selesai dibedah oleh Tzu Chi. Total dari keseluruhan rumah yang dibedah oleh Tzu Chi adalah 104 rumah.

 

 

Kami mengunjungi rumah yang pertama, yaitu rumah Bapak Suhendra, Penyerahan kunci dilakukan oleh Johan Shixiong. Bapak Suhendra bekerja sebagai security, yang sudah menempati rumah ini sejak tahun 2010. Namun kondisi yang dialami seringkali kebanjiran, bocor dan boleh dibilang tidak layak huni. Namun berkat acara bebenah kampung, dalam dua bulan rumah Bapak Suhendra sudah layak huni.

Rumah kedua adalah, Ibu Darsiwen yang di dalam rumah terdiri dari 9 kepala keluarga yang berjumlah sekitar 20 penghuni. Awalnya rumah ini lebih rendah dari jalan. Sering kebanjiran dan bocor. Apalagi jika musim penghujan tiba. Sudah tentu menjadi langganan banjir. Namun sekarang berkat acara Tzu Chi, Ibu Darsiwen sudah bisa menikmati rumah layak huni yang tidak lagi banjir.

Rumah ketiga, Ibu Jaiah (65) adalah seorang janda dan tulang punggung keluarga. Kondisi rumahnya sendiri sebelumnya tidak jauh berbeda dengan yang lainnya. Kebanjiran dan juga bocor. Sekarang Ibu Darsiwen tidak lagi kebanjiran. Ibu Darsiwen sendiri sempat meneteskan air mata dan tidak percaya bahwa rumahnya sudah menjadi baru. Sungguh terpancar kebahagiaan dalam raut wajahnya.

foto   foto

Keterangan :

  • Terdapat  5 rumah tahap terakhir yang sudah selesai dibedah oleh Tzu Chi. Total dari keseluruhan rumah yang dibedah oleh Tzu Chi sebanyak  104 rumah (kiri).
  • Ibu Sutinah dan Bapak Jayadi menerima kunci dari Johan Shixiong merasa terharu dan tak henti-hentinya menangis karena bersyukur adanya bantuan Tzu Chi (kanan).

Rumah keempat, adalah Ibu Sutinah (65) yang bekerja sebagai tukang sampah. Ia adalah seorang janda dan tulang punggung keluarga. Ibu sutinah sehari-hari dibantu oleh anaknya, yang bernama Jayadi, yang bekerja sebagai tukang ojeg. Kondisi rumah yang seringkali kebanjiran dan bocor dikala hujan turun, seakan menjadi hal yang biasa bagi mereka. Namun, sekarang mereka bisa merasakan kenyamanan sebagaimana layaknya rumah yang sebenarnya. Ibu Sutinah bahkan awalnya hanya terdiam mematung di depan pintu rumah, ketika kami mempersilahkan beliau untuk membuka rumah barunya. Ibu Sutinah tampak begitu terharu, tidak hentinya beliau menangis dan mengucapkan terimakasih kepada Tzu Chi.

Rumah terakhir adalah rumah Ibu Siti Rohimah (48), seorang kuli cuci. Dulu sering kebanjiran, dan bocor. Kehidupannya tidaklah mudah. Ketika rumahnya belum dibenahi oleh Tzu Chi, Ibu Sutinah selalu menimbun sendiri tanah di rumahnya hingga pukul 01.00 WIB. Suaminya sudah tiada sejak 7 tahun silam. Disusul salah satu anaknya juga meninggal. Keadaan ini membuat ia merasa kesepian. Ibu Siti Rohimah sendiri akhirnya mengangkat anak asuh. Di dalam kekurangan yang ia rasakan. Ia masih mau berbagi dan mengangkat anak. Bukankah itu namanya mulia? Hal tersebut membuat kami semua terenyuh dan merasakan sebuah kebijaksanaan dan kemuliaan seorang Ibu.

Seperti halnya kata perenungan Master Cheng Yen “Jangan menganggap enteng perbuatan baik sekecil apapun, karena bila terhimpun menjadi satu merupakan bantuan yang berharga dan bermanfaat bagi orang lain.”

  
 

Artikel Terkait

Paket Kue Bulan untuk Keluarga Prasejahtera

Paket Kue Bulan untuk Keluarga Prasejahtera

16 September 2022

Relawan Tzu Chi Tebing Tinggi membagikan 250 paket Kue Bulan kepada warga prasejahtera di Tebing Tinggi pada Minggu, 4 September 2022. 

Rumah Baru untuk Keluarga Srinah

Rumah Baru untuk Keluarga Srinah

02 Agustus 2012 Suara air mendidih meletup – letup lembut dari ujung jalan di sebuah gang kecil di Jalan Lautze Dalam, Jakarta Utara. Aroma kolak yang menggoda dengan cepat menyusul suara air mendidih. Di penghujung jalan itu, terlihat seorang wanita setengah baya tengah berdiri di depan perapian sedang mengaduk – ngaduk kolak di panci besarnya.
Save Our Earth

Save Our Earth

30 Desember 2010
Minggu, tanggal 12 Desember 2010, P.k.7.30 WIB cuaca kurang bersahabat. Sejak pagi hujan deras telah mengguyur kota Jakarta. Namun, hujan deras tidak mengendurkan semangat kami (para relawan Tzu Chi) dan warga untuk bersama-sama menyelamatkan bumi ini dengan melaksanakan daur ulang bersama.
Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -