Rumah Baru untuk Keluarga Srinah

Jurnalis : Indira, Fotografer : Teddy Lianto
 
 

foto
Srinah, salah seorang korban kebakaran di Laotze pada bulan Februari lalu, menyertakan senyumanya dalam menyiapkan dagangan hari itu, suatu wujud nyata dari hati yang lapang dalam menghadapi cobaan dalam kehidupan.

Suara air mendidih meletup – letup lembut dari ujung jalan di sebuah gang kecil di Jalan Lautze Dalam, Jakarta Utara. Aroma kolak yang menggoda dengan cepat menyusul suara air mendidih. Di penghujung jalan itu, terlihat seorang wanita setengah baya tengah berdiri di depan perapian sedang mengaduk – ngaduk kolak di panci besarnya. Ketika melihat kamidatang dan menghampiri tempat tinggal sementaranya, ia tersenyum dan menyambut kedatangan kami dengan hangat.

 

 

Ia adalah Srinah, istri dari Dadang Subardan, salah satu keluarga korban kebakaran di Jalan Lautze Dalam.  Kebakaran yang melahap habis rumahnya pada 7 Februari 2012 lalu membuat Srinah beserta keluarga harus kehilangan tempat tinggal. Sang suami yang terkena pemutusan hubungan kerja beberapa hari setelah musibah naas itu terjadi membuat luka di hati para anggota keluarga mereka menjadi semakin dalam. Srinah sendiri yang sebelumnya menambah penghasilan keluarga dengan menjual kolak kehilangan mata pencahariannya dikarenakan seluruh alat masaknya habis terbakar.

foto  foto

Keterangan :

  • Dadang Subardan, suami Srinah, ikut bersumbangsih menjadi donatur saat relawan Tzu Chi mengajaknya untuk ikut berdana dalam membantu sesama (kiri).
  • Kaw Meng Goei Lie Shixiong dalam acara serah terima kunci Program Bebenah Kampung untuk Korban Kebakaran menyerahkan kunci rumah yang telah selesai dibangun kepada Dadang Subardan, salah satu dari enam kepala keluarga yang mengikuti acara serah terima pada hari itu (kanan).

Segumpal kabut tebal seolah dalam waktu singkat datang menyelimuti kehidupan keluarga Srinah. Namun seketika gumpalan kabut itu sirna ketika uluran tangan dari para relawan Tzu Chi menghampirinya. Srinah dan keluarga mendapat bantuan berupa Bebenah Kampung- pembangunan kembali rumah korban kebakaran. Setelah melewati proses survei oleh para relawan dan dinyatakan memenuhi persyaratan, pembangunan kembali rumah keluarga Srinah siap dimulai. Selama dua bulan lamanya pembangunan berjalan.  Dan pada hari ini, tanggal 1 Agustus 2012, di bawah sinaran matahari yang hangat, keluarga Srinah menjadi salah satu dari enam keluarga yang melakukan prosesi serah terima kunci rumah Program Bebenah Kampung untuk Korban Kebakaran. Rumah mereka telah usai dibangun, penghidupan yang lebih layak telah menanti.

foto   foto

Keterangan :

  • Dadang Subardan membuka pintu rumah barunya, suatu awal dari penghidupan baru yang lebih baik dan gemilang (kiri).
  • Rumah keluarga Subardan, bangunan yang tidak telalu lebar namun tinggi dengan tiga lantai, merupakan evolusi dari rumah mereka sebelum terbakar yang dengan luas yang sama namun hanya memiliki satu lantai untuk tempat tinggal lima anggota keluarga (kanan).

Acara serah terima ini diwakili oleh Kaw Meng Goei Lie Shixiong, relawan komite  Tzu Chi. Dalam penyerahan kunci rumah yang telah usai pembangunannya itu, Kaw Meng Goei Lie Shixiongmengajak para anggota keluarga penerima bantuan untuk ikut menanamkan bibit kebajikan dengan melatih diri untuk bersumbangsih menjadi donatur melalui celengan bambu. Program Bebenah Kampung ini diselenggarakan dengan harapan mereka yang hidupnya kesulitan dan menderita dapat mengalami perubahan serta menikmati penghidupan yang lebih baik. Keluarga Srinah merupakan keluarga yang memiliki potensi besar dalam hal ini. Meskipun mengalami situasi seperti yang digambarkan salah satu peribahasa Indonesia, “Sudah jatuh tertimpa tangga”, keluarga Subardan tidak pernah menyerah dalam menghadapi cobaan. Srinah masih terus dengan giatnya berdagang kolak di tenda pengungsian yang disediakan untuk mereka pasca rumah mereka dibangun kembali. Omset penjualannya tidaklah tergolong kecil, apalagi di masa bulan puasa seperti sekarang.

Selain giat dan bersungguh – sungguh dalam menjalani kehidupan yang penuh cobaan ini, keluarga Srinah juga memiliki hati yang lapang dan tidak pesimis apalagi jatuh mentalnya. Adalah ketegaran dan kesungguhan hati yang membuat keluarga Srinah bertahan melawan badai dalam kehidupan mereka. Setelah badai telah berlalu dan segalanya tampak mulai membaik secara perlahan, keluarganya pun dengan tegas menyatakan bahwa mereka bersedia mendanakan sebagian kecil dari yang mereka miliki untuk membantu sesama. Inilah cita – cita mulia yang selalu diharapkan terwujud dalam setiap penguluran tangan kepada mereka yang membutuhkan. Seperti yang terucap dengan indah oleh Master Cheng Yen, “Hendaknya setiap orang bisa menyadari berkah yang dimilikinya, serta bisa menghargai dan menciptakan kembali berkah tersebut.”

 

 
 

Artikel Terkait

Suara Kasih: Menyadari ketidakkekalan

Suara Kasih: Menyadari ketidakkekalan

28 Maret 2012
Beberapa hari lalu, sekelompok Bodhisatwa Cilik berjumlah lebih dari 500 orang yang merupakan murid dari TK dan SD Tzu Chi kembali ke Griya Jing Si guna membawakan pementasan adaptasi Sutra bagi saya. Mereka mementaskannya sebaik orang dewasa.
Sosialisasi Eco Enzyme di Tzu Chi Hospital

Sosialisasi Eco Enzyme di Tzu Chi Hospital

08 Juli 2022

Kamis, 7 Juni 2022, diadakan sosialisasi dan sharing dari relawan Tzu Chi mengenai eco enzyme. Sebanyak 105 orang perawat Tzu Chi Hospital hadir untuk mendengar manfaat dan cara membuat eco enzyme.

Waisak 2557: Meningkatkan Kebajikan

Waisak 2557: Meningkatkan Kebajikan

22 Mei 2013 Tema khusus yang diangkat dalam peringatan ini adalah agar tumbuhnya keharmonisan dan kesatuan dalam masyarakat, mengingatkan kita untuk berbakti pada orang tua serta untuk meningkatkan kebajikan.
Cara untuk mengarahkan orang lain bukanlah dengan memberi perintah, namun bimbinglah dengan memberi teladan melalui perbuatan nyata.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -