Saya Percaya, Joshua Pasti Hidup
Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Veronika, Dok. Pribadi
|
|
||
Malapraktik Melihat hal ini, salah satu dokter anak di sana pun berkata kepada saya. “Bapak Nataniel coba konsultasi dengan dokter yang melakukan operasi anak bapak, jangan-jangan ada kesalahan,” katanya. Tapi belum sempat saya berkonsultasi dengan dokter tersebut, anak saya sudah kritis, dan masuk ICU. Dokter bilang kepada saya kalau Joshua sudah tidak bisa tertolong lagi. Kondisi Joshua memang sangat memprihatinkan. Lubang kalastominya terus-menerus mengeluarkan darah. Ketika saya coba tutup, darah justru keluar dari mulut dan hidungnya. Dia sudah dalam keadaan tidak sadar. Saya dan istri berdoa, memohon kepada Tuhan agar Joshua dapat bertahan. Setelah berdoa, saya dan keluarga akhirnya berkonsultasi dengan dokter yang menangani Joshua, agar Joshua bisa segera dibawa ke Jakarta. Mendengar hal tersebut, dokter tidak berani mengambil resiko untuk memindahkan Joshua ke Jakarta. Dia berkata, “Penerbangan Biak-Jakarta cukup jauh, dan sangat membahayakan Joshua.” Saya menjawab, “Tidak dokter. Saya sudah berdoa kepada Tuhan, dan Dia sudah jawab doa saya, dan saya harus segera membawa anak saya ke Jakarta.” Awalnya pihak dokter di Makassar tetap tidak bersedia, tapi setelah saya paksa akhirnya mereka mau mengantarkan kami ke Jakarta.
Ket : - Walaupun dokter sudah mengatakan bahwa Joshua sudah tidak bisa tertolong, namun Nataniel dan Iriani (orang tuanya) tidak putus asa mencari jalan untuk kesembuhan Joshua.(kiri) Operasi Perbaikan Saya bilang, ”Dokter, untuk apa saya bawa anak saya ke sini kalau tidak dioperasi? Saya bawa Joshua, karena saya ingin ada operasi perbaikan. Saya tahu pemeriksaan lab memang tidak mendukung, tapi saya percaya, dan yakin kalau Tuhan menjawab doa saya.” Setelah lebih kurang dua jam melobi dengan dokter bedah dan anastesi, akhirnya mereka mau melaksanakan operasi perbaikan kalastomi. Dalam keadaan tidak sadar, 18 Maret 2008, Joshua dioperasi. Operasi yang berjalan selama lebih kurang 3,5 jam itu berjalan dengan baik, meskipun kondisi Joshua masih dalam keadaan kritis. Selama 16 hari berada di ICU kondisi Joshua berangsur-angsur pulih. Berat badannya yang saat pertama kali masuk hanya 1,8 kg terus bertambah. Setelah saya amati, ternyata memang ada kesalahan dalam operasi Joshua di Makassar. Oleh karena itu, saya langsung mengadukan hal ini ke Konsul Kedokteran Indonesia (KKI). Dokter yang melakukan operasi perbaikan sempat bilang kepada saya, “Ada kesalahan dalam pemotongan usus Joshua. Jadi sebanyak apapun diberi vitamin dan makanan tidak akan terserap oleh tubuh Joshua, karena akan langsung terbuang.”
Ket : - Kini Joshua terlihat jauh lebih baik. Tidak hanya lebih sehat, ia pun tumbuh menjadi anak yang aktif dan cerdas. (kiri) Akhir Penantian yang Panjang Setelah dua tahun berdoa, Tuhan menjawab doa kami. Saya bertemu dengan Ibu Novi, salah satu relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di Biak. Mendengar cerita perjuangan hidup Joshua, Ibu Novi sangat terharu dan berkata kepada saya akan berusaha membantu Joshua dengan mengajukan permohonan bantuan pengobatan ke yayasan. Setelah menjalani survei oleh relawan Tzu Chi Biak dan Jakarta, akhirnya Joshua bisa menjalani operasi dengan bantuan biaya pengobatan dari Tzu Chi. Tanggal 11 Januari 2010, kami tiba di Jakarta dan langsung menuju ke RS Harapan Kita. Betapa terkejutnya kami setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, baru ditemukan kalau Joshua hanya memiliki satu ginjal yang tengah infeksi. Saya dan istri sangat terpukul. Ternyata infeksi tersebut terjadi karena syaraf pada saluran kencing Joshua terganggu sehingga tidak bisa memompa seluruh urine untuk keluar. Karena tidak bisa keluar, maka sebagian urine kembali ke ginjal, dan membuatnya terinfeksi. Karena kondisi ginjal tidak membaik, akhirnya para dokter memutuskan untuk memindahkan saluran kencing Joshua, agar ginjalnya kembali normal. Tanggal 9 Februari 2010, Joshua menjalani operasi pembuatan anus. Dan tanggal 10 Mei 2010, ia pun kembali menjalani operasi pemindahan saluran kencing yang diberi nama “monti”. Mendengar Joshua harus menggunakan kateter (pipa untuk mengeluarkan urine) seumur hidup, Iriani, ibunya terus menangis. Mungkin ia tidak sampai hati melihat Joshua harus bergantung pada kateter. Saya menasihatinya untuk terus berdoa, karena saya yakin tidak ada yang tidak mungkin di mata Tuhan.
|
|||
Artikel Terkait

Suara Kasih: Meneladani Semangat Bodhisatwa Avalokitesvara
14 Agustus 2013 Para perawat yang kita lihat sekarang sungguh bagaikan Bodhisatwa Avalokitesvara. Di mana ada rintihan penderitaan, mereka akan segera bergerak untuk menolong. Pada masa sekarang ini, banyak orang yang mengatakan berbagai hal tentang kita.
Penyaluran Bantuan Tahap 2 untuk Korban Gempa Majene, Sulawesi Barat
18 Januari 2021Proses penyaluran bantuan tahap 2 bagi warga terdampak gempa bumi di Majene Sulawesi Barat, kembali dilakukan oleh Tzu Chi yang bekerja sama dengan TNI. Minggu pagi (17/1/2021), sebanyak 20 orang relawan bersama anggota TNI menyiapkan barang yang akan didistribusikan.

Mengenalkan Etika Bersosialisasi Sejak Dini
20 Maret 2019Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan manusia lainnya. Oleh karena itu, etika dalam bersosialisasi demi terjalinnya keharmonisan mempunyai peranan penting. Kelas bimbingan budi pekerti He Qi Pusat pun pada Minggu, 10 Maret 2019 mengangkat tema ini, etika bersosialisasi.