Sebanyak 45.000 Relawan Tzu Chi Serentak Mendengarkan Dharma

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : dok. Relawan Tzu Chi Indonesia


Pada 12 April 2020, sebanyak 45.000 relawan Tzu Chi dari seluruh dunia mendengarkan Dharma melalui jaringan internet.

Kemajuan teknologi memungkinkan setiap orang untuk saling berkomunikasi tanpa mengenal jarak, waktu, dan wilayah. Mengingat masa pandemic Covid-19 masih terus berlanjut maka relawan Tzu Chi Indonesia turut mengikuti Live pelatihan relawan yang diadakan di Taiwan. Ini untuk mengobati rasa rindu sekaligus mendengarkan Dharma sambil menenangkan hati. Sebanyak 45.000 relawan dari seluruh dunia mengikuti kegiatan yang diadakan pada 12 April 2020 ini.

Jusni Lina, salah seorang relawan Tzu Chi Medan merasa senang dan sependapat dengan sharing dari pemateri, Chi yue, mengenai pentingnya kegiatan bedah buku dan mendengarkan Dharma sehingga pikiran menjadi tenang serta berbahagia. Apalagi semenjak adanya imbauan pemerintah untuk tidak keluar rumah ia melihat banyak orang yang merasa bosan.

“Masa sulit sekarang, orang-orang diimbau tidak keluar rumah, di saat ini seharusnya bisa kita gunakan untuk lebih giat mengisi batin dengan dharma,” ujar Jusni. 

 

Jusni Lina merasakan banyak hal positif yang terjadi pada dirinya dan keluarga. Jika sebelumnya setiap orang punya kesibukan sendiri-sendiri sehingga waktu berkumpul sangat sulit, kini mereka bisa berkumpul bersama dan saling mempererat hubungan.

Jusni yang aktif di kegiatan bedah buku merasa jika sebenarnya di masa sekarang ini banyak hal positif yang terjadi pada dirinya dan keluarga. Jika sebelumnya setiap orang punya kesibukan sendiri-sendiri sehingga waktu berkumpul sangat sulit, kini mereka bisa berkumpul bersama dan saling mempererat hubungan.

”Jadi saya gunakan waktu sebaik-baiknya. Saya jadi punya banyak waktu untuk membaca di rumah, juga mencari resep-resep menu terbaru (vegetarian) jadi jangan membuat orang rumah bosan dengan menu kita,” Jelas Jusni yang telah 11 tahun bervegetaris.

Temukan Jalan Yang Benar, Maka Lakukan Saja

Perasaan haru dirasakan Shu Tjeng. Relawan asal Medan ini turut tersentuh dengan sharing Hong Jingyuan mengenai wabah sars 2003 di Taiwan. Saat itu Master Cheng Yen telah memberikan wejangan kepada relawan dan kini di saat pandemi covid-19, Master kembali harus memberikan wejangan yang sama kembali kepada relawan. 

“Master selalu mengingatkan  bahwasanya kita (relawan) ini bocor. Nasihat yang diberikan mungkin kita dengar, mungkin paham, bocornya itu kita tidak mempraktikkan akibatnya apa, sekarang Master harus menyampaikan lagi, menasehati lagi, mengingatkan lagi bahwasanya kita harus mawas diri, harus bervegetaris, harus rendah hati. Dengan melakukan hal-hal seperti itulah makanya kita baru bisa menghindari wabah,” ungkap Shu Tjeng yang juga aktif di kegiatan bedah buku.

 

Shu Tjeng yang berprofesi sebagai kontraktor, kerap menginspirasi para mitra kerjanya untuk bervegetaris.

Shu Tjeng yang berprofesi sebagai kontraktor ini juga membagikan tips nya agar ia bisa tetap bervegetaris ketika menjamu mitra kerjanya bahkan ia juga bisa menginspirasi mereka untuk bervegetaris. Dalam setiap perjumpaan atau makan-makan dengan para mitranya, Shu Tjeng selalu berusaha bervegetaris, jika ada menu hewani , maka ia hanya mengkonsumsi masakan yang ada nabati nya (sayuran). Lambat laun mitra kerjanya pun merasa sungkan dan juga mulai memesan masakan vegetarian setiap ada pertemuan.

“Ini sudah saya jalankan sejak 10 tahun yang lalu, jika ada yang pesan makanan hewani, saya makan yang sayurnya saja, pada akhirnya mereka tersentuh sehingga di lain kali mereka juga memesan masakan vegetaris. Jadi kita nggak bisa beranggapan kita mengikuti mereka, Master Cheng Yen bilang, kita yang harus mengimbau mereka dengan menunjukkan jika kita sudah melaksanakannya (vegetarian),” cerita Shu Tjeng yang sudah bervegetaris 10  tahun yang lalu.

Shu Tjeng di setiap kegiatan juga gemar mengingatkan jika dengan terus mengikuti kegiatan bedah buku, memahami nilai-nilai kebaikan, niscaya setiap orang tanpa memandang usia, Pendidikan, dan status pasti bisa melakukannya. Asalkan orang itu memiliki niat untuk belajar.

“Makanya Master Cheng Yen sering bilang jika lau pu sha ada yang tidak mengerti Mandarin, ada yang tidak sekolah, ada yang tidak bisa menulis, tetapi karena mereka sepenuh hati mendengar, Master mengulang terus, membabarkan Dharma. Sehingga mereka menyerap apa yang mereka dengar. Adapun cara pengingat mereka ialah tulisan Mandarin itu dia jadikan sebagai lukisan sehingga terpatri di pikiran dia,” cerita Shu Tjeng. 


Elly Chandra (kanan bawah) merasa xun fa xiang online memberikan manfaat yang baik untuk para relawan di masa pandemi Covid-19 ini.

Hal senada juga dirasakan Elly Chandra. Menurutnya pemberitaan mengenai penyebaran covid-19 kerap membuat dirinya dipenuhi rasa cemas. Karena itu ia kerap mengurangi mendengar berita. Ia juga mencoba lebih banyak mendengarkan dharma. Mendengar sharing-sharing pada Live pelatihan relawan yang diadakan di Taiwan ini tidak hanya membuka wawasannya mengenai Tzu Chi juga meningkatkan rasa syukur telah bergabung dengan Tzu Chi sejak tahun 2002.

“Dari Live ini kita bisa tahu banyak, bantuan apa saja yang telah dilakukan Tzu Chi, selama dari awal mewabahnya wabah hingga ke depannya ini kita akan melakukan apa. Kita tahu pasti dan memang waktu saya mendengarkan itu, saya merasa bersyukur jadi bagian dari keluarg besar Tzu Chi. Bahwa kita bisa berbuat banyak,” ungkap Elly dengan penuh syukur.

Oleh karena itu Elly yang merupakan Ketua He Qi Barat 2 juga ingin para relawan lainnya ikut kegiatan xun fa xiang online yang baru saja dimulai Sabtu, 11 april lalu. Sehingga setiap orang bisa merasa tenang, bersyukur dan berbahagia karena masih sehat di saat sekarang ini.

“Saya merasa kali ini kita relawan Tzu Chi seperti di-slowdown, dihentikan semua pergerakan kita, tapi kedepannya kita mau coba. Kita bisa adakan bedah buku online, xun fa xiang online),” tuturnya.  

Mendengarkan Dharma, Menghilangkan Kerisauan, Meningkatkan Kebijaksanaan

 

Teddy, relawan Tzu Chi He Qi Pusat merasa dengan adanya xun fa xiang online ia bisa banyak belajar dan menyerap Dharma.

Melihat relawan Tzu Chi di Taiwan yang memanfaatkan internet untuk mendengarkan dharma, relawan Tzu Chi di Indonesia juga sudah mulai melakukan xun fa xiang online sejak Maret 2020. Dari yang awalnya satu He Qi, kini sudah ada beberapa He Qi yang mulai melakukan dan jumlah pesertanya jauh lebih banyak daripada xun fa xiang yang secara tatap muka. Salah satunya di He Qi Pusat yang mengadakan xun fa xiang online setiap hari Selasa dan Jumat dari pukul 07.15 hingga 09.15 WIB.

Teddy, relawan Tzu Chi yang bekerja sebagai IT di perusahaan swasta bersedia menjadi admin menyediakan tempat untuk para relawan berkumpul melalui jaringan internet. Ia yang biasanya selalu telat sampai di kegiatan xun fa xiang tatap muka, merasa dengan adanya xun fa xiang online, ia jadi makin bersemangat untuk mendengarkan Dharma. Tidak hanya ia bisa belajar untuk bangun lebih awal tetapi juga mendapat banyak pembelajaran, yaitu mengenai rendah hati.

“Kalau vegetarian saya sudah vegetarian selama 10 tahun, cuma seperti yang Like shijie bilang juga kan jangan sampai merasa bangga, sombong. Harus dibuang kesombongannya itu,” cerita Teddy.

Teddy pun merasa jika dengan melakukan bervegetarian selama beberapa tahun, berarti pola hidup ini bagus dan berguna untuk kesehatan. Dengan membagikan pengalamannya tersebut, tentunya orang yang mendengarnya bisa percaya.

 

Wylen, relawan Tzu Chi yang harus menutup sementara tempat kursus bahasa Inggrisnya. Akibatnya ada 50 guru yang tidak dapat mengajar. Beruntung ada relawan Tzu Chi yang selalu menyemangati dan memberinya inspirasi.

Hal yang sama dirasakan wylen, relawan dari He Qi Pusat juga. Di masa pandemi covid-19 ini, ia harus menutup sementara tempat kursus bahasa Inggrisnya, Shane English School. Akibatnya ada 50 guru yang berada di bawah naungannya harus sementara tidak mengajar. Ini membuatnya risau memikirkan kesejahteraan para guru tersebut, hingga akhirnya membuatnya drop.

Beruntung di saat dia merasa terpuruk, banyak dukungan dan sharing dari relawan di xun fa xiang online membuatnya kembali bersemangat dan berupaya untuk terus bersyukur atas apa yang sudah ia miliki serta tetap berpikiran positif. Hingga kini, ia mengimbau guru–gurunya untuk mulai mengajar via online, dan setidaknya sudah ada beberapa murid yang bersedia untuk belajar via online.

”Kita genggam kesempatan mendengar Dharma Master Cheng Yen. Ternyata kan Dharma Master banyak banget membicarakan  tentang kehidupan kita sehari-hari. Bagaimana kita bisa menjaga pikiran agar selalu positif dan menghilangkan kerisauan,” tuturnya penuh syukur.

Dengan adanya bantuan teknologi, maka seluruh relawan Tzu Chi yang tidak bisa kemana-mana dapat kembali berkumpul melalui jaringan, saling mendukung dan saling belajar dari pengalaman mereka selama menjalani masa pandemi covid-19 ini. Berharap semua relawan semakin giat meyerap Dharma sehingga kerisauan berkurang, dan bencana bisa lekas usai.

Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Mendukung Program Vaksinasi Covid-19 di Kota Singkawang

Mendukung Program Vaksinasi Covid-19 di Kota Singkawang

25 Mei 2021

Tzu Chi Singkawang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Singkawang menyelenggarakan program vaksinasi Covid-19 bagi masyarakat khususnya lansia yang berlangsung pada 19 - 20 Mei 2021.

Rapid Test Covid-19 untuk Warga yang Membutuhkan

Rapid Test Covid-19 untuk Warga yang Membutuhkan

02 April 2020
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bersama dengan Agung Sedayu Group (ASG) mengadakan Rapid Test Covid-19 bagi warga yang membutuhkan pada Rabu, 01 April 2020 di Golf Island, PIK, Jakarta Utara.
Bantuan Oxygen Concentrator untuk Penanganan Covid-19 di Kota Makassar

Bantuan Oxygen Concentrator untuk Penanganan Covid-19 di Kota Makassar

13 Agustus 2021

Pada Kamis 12 Agustus 2021, Tzu Chi Makassar memberikan bantuan tiga buah tabung oksigen dan satu unit concentrator kepada dua rumah sakit di Makassar yaitu RSUP DR Wahidin Sudirohusodo dan RS Stella Maris.

Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -