Sejarah “Sutra Bakti Seorang Anak” (Bag. I)

Jurnalis : Indrawan (He Qi Timur), Fotografer : Kurniawan (He Qi timur)
 
 

foto
Sutra Bakti Seorang Anak adalah Sutra tentang kebaikan hati orang tua dan bagaimana sulitnya untuk membalas budi baik mereka.

Orang Tua adalah Buddha yang hidup dalam keluarga. Sutra Bakti Seorang Anak adalah Sutra tentang kebaikan hati orang tua dan bagaimana sulitnya untuk membalas budi baik mereka. Berikut adalah kutipan dari Sutra tersebut.  

 

 

"Demi mereka tulis dan perbanyaklah Sutra ini, sebarluaskan demi kebajikan semua mahluk serta kumandangkanlah Sutra ini. Segeralah bertobat atas pelanggaran-pelanggaran dan kesalahan-kesalahan. Atas nama orang tua, berikanlah persembahan kepada Buddha, Dharma, Sangha." Demi orang tua, patuhlah kepada perintah dan hanya memakan makanan suci dan bersih/bervegetarian. Tumbuh kembangkan kebajikan dari praktik berdana. Inilah kekuatan yang diperoleh, semua Buddha akan selalu melindungi orang yang demikian itu dan dapat dengan segera menyebabkan orang-orang tua mereka lahir kembali di surga, untuk menikmati segala kebahagiaan dan meninggalkan penderitaan-penderitaan neraka.  

Demikianlah yang aku dengar, suatu ketika Sang Buddha berdiam di Shravasti, di Hutan Jeta, bersama-sama dengan sekumpulan bhiksu-bhiksu besar, yang seluruhnya berjumlah 1250, dan para Bodhisatwa, yang semuanya berjumlah 38.000.

Pada saat itu, Sang Bhagava memimpin kumpulan besar tersebut dalam perjalanan menuju selatan. Tiba-tiba rombongan Sang Buddha menjumpai seonggok tulang manusia disamping jalan. Sang Bhagava berpaling menghadapinya, dan bersikap Anjali dengan penuh hormat. Guru Buddha lalu menghampiri sekumpulan tulang tersebut, sambil bersujud dan memberi hormat. Ananda dan anggota rombongan lainnya tidak mengerti mengapa Guru Buddha bertindak demikian.

Ananda dengan bersikap Anjali kemudian bertanya kepada Sang Bhagava, "Tathagata adalah Guru Agung dari Tri Loka (Buddha, Dhamma dan Sangha) dan Bapak yang terkasih dari makhluk-makhluk yang berasal dari Empat Jenis Kelahiran. Beliau dihormati dan dicintai seluruh umat. Apakah sebabnya kini beliau menghormati seonggok tulang-tulang kering?" Buddha lalu menjawab kepada Ananda, "Meskipun Kalian adalah siswa-siswaku yang utama dan telah lama menjadi anggota Sangha, namun pengertian kalian belum cukup. Onggokan tulang ini mungkin adalah milik para leluhurku pada kehidupan yang lalu. Bagaimana mungkin manusia tidak menghormati orang tuanya, karena itulah Aku bersujud dan menghormat.”

Sang Buddha menerangkan lebih lanjut  kepada Ananda, "Tulang-tulang yang kita lihat ini dapatlah dibagi menjadi dua kelompok. Yang satu adalah tulang-tulang Pria, yang berat dan putih warnanya. Kelompok yang lain adalah tulang-tulang Wanita, yang ringan dan warnanya hitam." Ananda lalu berkata, "Duhai Sang Bhagava, saat  masih hidup di dunia para pria menghiasi badan mereka dengan jubah, pengikat pinggang, sepatu, topi dan pakaian-pakaian indah lainnya untuk menunjukkan bahwa mereka adalah pria perkasa. Ketika masih hidup para wanita, mereka mengenakan kosmetik, minyak wangi, bedak dan wangi-wangian yang menarik untuk menghiasi tubuh mereka, sehingga dengan jelas menampakkan kewanitaannya.

Namun tatkala para pria dan wanita itu meninggal, semua yang tertinggal adalah tulang-tulang. Bagaimana seseorang dapat membedakannya? Mohon ajarilah kami Guru, bagaimana cara membedakannya?" Buddha menerangkan, ”Semasa hidup di dunia ada pria yang rajin memasuki Vihara, mendengarkan penjelasan tentang Sutra dan Vinaya, menghormati Tri Ratna. Karena kebajikannya luar biasa, tatkala mereka meninggal tulang-tulangnya menjadi berat dan putih warnanya.

foto   foto

Keterangan :

  • Meski hubungan orang tua dan anak yang terputus, tapi kasih orang tua tak pernah berubah sepanjang hayat (kiri).
  • Sang ibu menjalani masa kehamilan sepanjang 10 bulan yang penuh derita. Ketika sang anak lahir, sang ibu diliputi perasaan bahagia yang luar biasa (kanan).

Wanita pada umumnya kurang bijaksana dan terbawa emosi. Mereka melahirkan dan membesarkan anak-anak, sebagai suatu kewajiban. Setiap anak meminum 1200 galon susu ibunya. Ibu menjadi letih dan menderita, dan karenanya tulang-tulang mereka berubah menjadi hitam & ringan ketika mereka meninggal."  Ketika Ananda mendengar kata-kata ini, dia merasakan kepedihan dalam hatinya, karena seolah-olah telah tertusuk pedang dan karenanya ia diam-diam menangis. Dia mengatakan kepada Sang Bhagava, "Bagaimanakah caranya seseorang dapat membalas kasih dan kebaikan ibunya?"

Sang Buddha mengatakan kepada Ananda, "Dengarkanlah baik-baik, Aku akan jelaskan hal ini kepadamu dengan terperinci. Janin tumbuh dalam kandungan selama sepuluh bulan perhitungan Candra Sengkala. Alangkah menderitanya ibu selama janin berada disitu! Pada bulan pertama kehamilan, hidup janin tidaklah menentu seperti titik embun pada daun yang kemungkinan tidak akan bertahan dari pagi hingga sore, tetapi akan menguap pada tengah hari!"

"Pada bulan kedua, janin menjadi kental seperti susu kental. Pada bulan ketiga, ia seperti darah yang mengental. Hingga pada bulan keempat, janin mulai berwujud sedikit seperti manusia. Selama bulan kelima dalam kandungan, kelima anggota badan anak (dua kaki, dua tangan, dan kepala) mulai terbentuk. Pada bulan keenam kehamilan, anak mulai mengembangkan inti ke enam alat indera nya yaitu mata, telinga, hidung, lidah, badan dan pikiran.

Selama bulan ketujuh, ketiga ratus enam puluh tulang-tulang dan persendian terbentuk, dan kedelapan puluh empat ribu pori-pori rambut juga telah sempurna. Dalam bulan kedelapan kehamilan, kecerdasan dan kesembilan lubang terbentuk. Pada bulan kesembilan, janin suka meng-gerakkan tangan dan kakinya membuat ibu tidak nyaman dan kehilangan selera makan. Janin telah belajar menyerap berbagai zat makanan. misalnya janin dapat menyerap sari buah-buahan, akar tanaman tertentu, dan kelima macam padi-padian."

Selama kehamilan, pembekuan darah ibu dari organ-organ dalamnya membentuk zat tunggal yang menjadi makanan anak. Selama bulan ke sepuluh kehamilan, badan janin disempurnakan dan siap untuk dilahirkan. Setelah sepuluh bulan merasakan kesusahan, darah ibu akan mengalir deras seperti sungai agar janin bisa lahir dengan sempurna. Bila janin ini kelak akan menjadi anak yang ber-bakti, dia akan lahir dengan telapak tangan disatukan sebagai hormat dan kelahiran itu akan aman dan baik. Ibunya tidak akan terluka oleh kelahirannya dan tidak akan membawa derita kesakitan bagi sang Ibu.

Tetapi, bila anak tersebut akan menjadi pembangkang maka ia akan merusak dan melukai kandungan ibunya, membuatnya sangat menderita Saat melahirkan Ibu akan merasa seperti di sayat seribu pisau atau seperti ribuan pedang yang menikam jantungnya, mengoyak hati dan jantung, menyangkut ditulang ibunya.

Itulah kesakitan yang dialami saat kelahiran anak yang nakal dan pembangkang. Sebagai seorang anak, kita tidak boleh melupakan penderitaan orang tua, dalam merawat dan membesarkan kita. Jika kita lupa, kita bahkan lebih kejam dan jahat dari binatang buas. (bersambung)

  
 

Artikel Terkait

Mengungkapkan Cinta Kasih Melalui Prakarya

Mengungkapkan Cinta Kasih Melalui Prakarya

25 Februari 2015 Pada 25 Januari 2015, di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Muara Angke, komunitas relawan Tzu Chi Hu Ai PIK kembali mengadakan kegiatan memperkenalkan Budaya Humanis Tzu Chi kepada anak-anak yang tinggal di sini.
Berawal dari Obrolan di Meja Makan, Dubes Sri Lanka Berkunjung ke Tzu Chi Center

Berawal dari Obrolan di Meja Makan, Dubes Sri Lanka Berkunjung ke Tzu Chi Center

14 September 2023
Ada cerita menarik saat Duta Besar Sri Lanka untuk Indonesia, Jayanath Siri Kumara Colombage akhirnya mengunjungi Tzu Chi Center, PIK, pada Selasa 12 September 2023 lalu.
Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -