Sembuh Fisik, Sembuh Batin

Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Veronika Usha
 
 

fotoTidak hanya para orang tua, melatih diri dengan menjadi relawan dalam kegiatan Baksos Kesehatan Tzu Chi juga dapat dilakukan sejak dini. .

Tanpa banyak bicara, Angga Rudiansyah terduduk gelisah di sudut ruangan yang dipenuhi oleh beberapa pasien katarak. Kepalanya hanya dipenuhi dengan keinginan untuk sembuh yang begitu besar, setelah lebih kurang enam tahun menderita katarak pada mata sebelah kanannya.

Kelainan mata Angga bermula ketika ia terjatuh dari sepeda saat kelas 5 SD. “Setelah jatuh, dia (Angga-red) memang tidak langsung mengeluh tentang matanya. Tapi lama-kelamaan saya perhatikan muncul bintik putih pada mata kanannya. Bintik itu lama-lama semakin besar, dan baru-baru ini ia mengeluh kalau matanya seperti berpasir,” ucap Tajudin, ayah Angga. Semakin lama, penglihatan Angga pun semakin memudar, hingga akhirnya kini hanya bisa menangkap gerakan saja, tanpa melihat objek dengan jelas.

Putus Sekolah
Melihat hal ini Tajudin pun tidak tinggal diam, dengan uang seadanya ia membawa Angga ke Puskesmas terdekat. Setelah menjalani beberapa pemeriksaan, barulah Tajudin tahu kalau Angga menderita katarak. “Saya tahu dari dokter, untuk operasi katarak butuh dana sekitar tujuh juta. Dengan biaya sebesar itu, saya yang kerja cuma jadi buruh, bagaimana membayarnya?” kata Tajudin balik bertanya.

Tajudin mengaku dirinya sudah berusaha untuk mendapatkan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) agar Angga bisa menjalani operasi dengan biaya yang murah. Namun hal tersebut diakui Tajudin bukanlah hal yang mudah. “Saya sudah mencoba mengurus ke RT, RW, dan kelurahan, tapi sulit sekali mendapatkan keringanan itu. Jadi akhirnya saya menunggu baksos gratis seperti ini saja,” terangnya.

foto  foto

Ket: - Dengan kesembuhan pada matanya, Angga seolah memliki semangat baru untuk kembali meniti             kehidupannya untuk bisa melanjutkan sekolah. (kiri)
         - Pelayanan dan perhatian yang diberikan oleh Tzu Chi membuat Siti Maryam, salah satu pasien baksos,             berharap anak-anaknya juga bisa turut serta bergabung menjadi relawan Tzu Chi. (kanan)

Di Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-68 yang merupakan hasil kerja sama antara Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan Polri ini, Tajudin mengharapkan sebuah keajaiban untuk Angga, yang masih berusia 17 tahun tersebut. “Saya tidak tega melihat Angga. Tahun kemarin saya terpaksa menyuruhnya untuk berhenti sekolah, padahal saat itu sudah mau kenaikan kelas, melanjutkan ke kelas 2 SMU,” tutur Tajudin lirih.

Oleh karena itu Tajudin berharap dengan kesembuhan matanya dapat memberikan suntikan semangat kepada Angga, agar bisa kembali berjuang. “Kalau ingat itu (putusnya sekolah Angga-red), saya jadi sedih. Saya merasa bersalah sama Angga, karena saya tahu sebenarnya dia masih ingin terus sekolah. Tapi karena keuangan yang tidak memungkinkan, akhirnya Angga terpaksa harus mengalah,” tambahnya. Tajudin menambahkan, bahkan beberapa bulan kemarin dia juga sempat bekerja untuk mengumpulkan uang agar bisa kembali sekolah. Tapi sayang, uang yang dikumpulkan Angga itu pun terpaksa digunakan sang ibu untuk memenuhi kebutuhan lainnya.

Kelelahan memang terlihat dari sorot mata Angga, namun meskipun demikian tidak ada keluhan yang keluar dari mulutnya. Ia memang sosok yang pendiam, dan hanya berbicara tentang apa yang menurutnya penting. Bahkan ketika harus masuk ke ruang operasi pun, dia tidak banyak bicara. Tapi setelah operasi kataraknya berjalan dengan lancar, dengan perlahan namun mantap ia berkata, “Terimakasih, kesembuhan ini sangat berharga buat saya. Dan saya berjanji tidak akan pernah menyerah, saya pasti bisa sekolah lagi.” Keajaiban yang dirasakan Angga bukan hanya sekedar kesembuhan pada matanya, tapi lebih kepada kembalinya semangat untuk terus menjalani hidup dengan lebih baik.

foto  foto

Ket: - Baksos kesehatan yang merupakan kerja sama antara Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dengan pihak           Polri ini memberikan berbagai pelayanan kesehatan pada masyarakat kurang mampu (kiri).
      - Baksos kesehatan yang dilakukan pada tanggal 19-20 Juni 2010 ini bertujuan untuk mengurangi            "penderitaan masyarakat yang membutuhkan. (kanan)

Tidak hanya Angga, Siti Maryam, seorang wanita paruh baya pun mengutarakan rasa syukurnya karena bisa mengikuti kegiatan Baksos Kesehatan Tzu Chi. “Di sini bukan cuma diobati. Kita juga rasanya senang dan tenang,” ucap Siti yang mengaku terharu ketika kedua kakinya dibersihkan oleh salah satu relawan Tzu Chi. “Selain suster, mereka (relawan Tzu Chi-red) baik-baik sekali. Saya mau kasih tau anak-anak saya, supaya kalau mereka ada waktu, mereka juga bisa ikut bantu (menjadi relawan Tzu Chi-red),” tambahnya.

Berbuat Sejak Dini
Sudah tiga hari Indira Tomiko, atau yang akrab disapa dengan Dira ini menghabiskan waktu liburannya untuk memberikan pelayanan kepada para pasien baksos. Mulai dari screning hingga pelaksanaan baksos, Dira terlihat selalu aktif membantu para pasien. “Kalau kemarin, Dira bantu mencatat nama pasien di EKG, bantu panggil nama mereka untuk periksa, dan belajar TIO (mengecek bola mata-red),” ucapnya sambil tersenyum.

Tangannya yang mungil tidak canggung menenteng setumpuk tas plastik sambil memberikan beberapa pengarahan kepada para pasien. “Ibu kalau ada dompet, jam tangan, gelang, anting, atau kalung, semua ditaruh di tas plastik ini aja. Nanti saya berikan kepada pengantarnya,” katanya ramah.

Walaupun masih duduk di kelas 2 SD Dharma Suci, Dira terlihat tidak canggung. Dengan sigap dia melayani setiap pasien tanpa mengeluh sedikit pun. “Dira tidak capek kok, Dira senang. Kadang-kadang kasihan juga lihat mereka yang sakit.” Belajar melatih diri memang diperlukan sejak kita berusia dini. Seperti Dira yang tidak keberatan untuk meluangkan waktu liburannya untuk berbuat kebajikan. 

  
 
 

Artikel Terkait

Membentangkan Harapan Operasi Bagi Warga Di Pulau Terpencil

Membentangkan Harapan Operasi Bagi Warga Di Pulau Terpencil

22 September 2022

Agar Baksos Kesehatan Tzu Chi Indonesia yang mencakup operasi katarak, bibir sumbing, hernia dan benjolan dapat diikuti oleh warga yang benar-benar membutuhkan, Tzu Chi Batam memperluas jangkauan ke dearah yang minim sarana medis. 

Tak Lagi Merasa Sunyi

Tak Lagi Merasa Sunyi

06 Juli 2020

Nicholas Febrian Setidewa (6) adalah anak penyandang disabilitas pendengaran yang setahun lalu dibantu dalam biaya pemasangan implan koklea oleh Tzu Chi Indonesia. Untuk memantau langsung perkembangan anak yang akrab disapa Nicho ini, relawan Tzu Chi Bogor berkunjung ke rumahnya di Griya Soka I, Kec. Sukaraja, Bogor, Jawa Barat (3/7/2020). 

Keharmonisan Kelompok Cerminan Kesatuan Hati

Keharmonisan Kelompok Cerminan Kesatuan Hati

24 Agustus 2015 Sebanyak 148 orang dan tim pendukung menampilkan drama dalam acara Bulan Tujuh Penuh Berkah yang dilaksanakan di Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk pada 23 Agustus 2015. Drama yang dikemas secara menarik ini bercerita mengenai makna bulan tujuh dan pengenalan pelestarian lingkungan serta bervegetarian.
Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -