Senasib Sepenanggungan

Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Himawan Susanto
 

fotoMaryanah (berseragam abu-abu putih) tanpa sungkan masuk ke dalam kamar dan berinteraksi dengan pasien penanganan khusus yang sedang terbaring di kamar.

Minggu pagi, 6 Juni 2010, Maryanah bersama dengan 12 relawan Tzu Chi He Qi Selatan melakukan kegiatan kunjungan kasih yang rutin dilakukan satu bulan sekali. Setibanya di kamar Chong Kim Sun, tanpa ragu Maryanah menghampiri Chong Kim Sun yang terbaring lemah di atas kasur yang terhampar di lantai kamar. Sudah 2 tahun lamanya, Chong Kim Sun - suami dari Heni dan ayah dari Christina yang terkena stroke menjadi pasien penanganan khusus Tzu Chi.

 

Andai Saja Mereka Punya Rumah
Selain Chong, Kwee Men Fong, ayah dari Heni juga terbaring lemah di atas kasur yang sama. Kwee belum lama ini baru saja menjalani operasi patah tulang karena terjatuh saat berjalan dari rumahnya. Sebenarnya Kwee memiliki rumah, namun karena dia sendirian dan rumahnya pun sangat kecil hanya seukuran kamar serta tak layak huni, maka Kwee pun tinggal bersama di kamar keluarga Chong Kim Sun di Bukit Duri, Jakarta. Sebenarnya Kwee memiliki 2 anak laki-laki dan 1 perempuan. Namun, kedua anak laki-laki itu belum bersedia menampungnya. Pertama, karena anak laki-lakinya yang satu merawat istrinya (ibu mereka), sementara yang satunya lagi menolak. Adapun alasan salah satu anaknya menolak kehadiran Kwee adalah karena semasa kecil Kwee Men Fong tidak menyekolahnya, sebuah alasan yang sunguh sulit untuk dimengerti.

Karena itu, Kwee pun lantas tinggal bersama Heni dan keluarganya—tinggal di sebuah kamar yang kira-kira berukuran 3x2 meter. Kamar ini sebenarnya adalah bekas gudang penyimpanan ikan asin di dekat pasar Bukit Duri. Aroma ikan yang menusuk hidung sudah terasa saat kita memasuki gang ke dalam kamar. Di ujung ruangan itulah, kamar mereka berada. Di dalam kamar berbagai perlengkapan tampak terlihat. Dari peralatan makan, pakaian, hingga peralatan untuk memasak, semua tumplek menjadi satu. Bahkan kasur tidur yang mereka pakai pun langsung diletakkan di atas lantai. Di kamar yang sangat kecil ini, Kwee, Chong, Heni, dan Christina tinggal dan tidur berhimpitan. Untuk menanak nasi dan membuat sayuran, Heni mengunakan rice cooker yang berada di dalam kamar.

foto  foto

Ket :  -Di dalam kamar kecil inilah, keluarga yang terdiri dari empat anggota keluarga tinggal bersama. (kiri)
         - Perhatian terus diberikan oleh relawan Tzu Chi, baik sebelum maupun sesudah pasien menjalani operasi              penyakit mereka. (kanan)

Istri dan Ibu Sejati
Tidak memiliki rumah, suami terkena stroke dan tidak bisa bekerja, ayah yang juga sakit, serta Christina yang masih sekolah adalah realitas kehidupan yang harus dihadapi Heni. Sungguh pahit dan menyedihkan. Namun, Heni tetap tabah menjalani kenyataan hidup yang ia hadapi. Hal itu terlihat pada saat relawan Tzu Chi datang berkunjung ke kamar mereka. “Pa…, lihat, Pa, relawan Tzu Chi datang nengok Papa,” katanya gembira. Kwee yang terbaring lantas bangun dan tersenyum kepada relawan Tzu Chi yang datang menengoknya. Sementara itu, Christina memapah ayahnya yang juga terbaring di kasur yang sama.

Pancaran kebahagiaan terpancar jelas saat relawan Tzu Chi berbagi kasih dengannya. Pagi itu relawan Tzu Chi memang datang khusus menemuinya. Mereka juga datang seraya membawa barang kebutuhan sehari-hari bagi keluarga ini. Suami yang tak lagi bisa bekerja, anak yang masih sekolah, dan ayah yang juga sakit membuat kehidupan menjadi semakin tidak mudah bagi Heni. Apalagi Heni hanya bisa bergantung pada pekerjaannya sebagai pembantu di rumah saudaranya. Itu pun hanya sesekali saja dan upah yang didapat pun tidaklah besar. Untuk satu kali datang, Heni diberi upah sebesar 20.000 rupiah.

foto  foto

Ket :  -Fu Ce Shixiong sedang menjelaskan filosofi bantuan kemanusiaan (pengobatan) kepada para relawan Tzu             Chi yang baru saja selesai melakukan kunjungan kasih. (kiri)
         -Siang hari usai melakukan kunjungan kasih, para relawan lantas berbagi cerita dan kesan kepada relawan             lainnnya. (kanan)

Dulu Pasien Sekarang Relawan
Bagi Maryanah, kondisi keluarga Chong Kim Sun sangatlah memprihatinkan. Sebagai mantan pasien penanganan khusus Tzu Chi, menurut Maryanah kondisi kehidupannya saat itu masih lebih baik dari kondisi keluarga Chong Kim Sun saat ini. “Pernah merasakan kondisi yang sama,” katanya. Maka  3 bulan usai operasi kedua di bulan Januari 2009, Maryanah pun sudah mulai jadi relawan. “Senin sampe Jumat bantu-bantu di RSCM,” katanya lagi. Kenapa mau jadi relawan? “Mau jadi relawan karena rasa syukur ya pada saat aku sakit kan (juga dibantu). Pada saat itu juga ekonomi benar-benar sudah tidak memungkinkan untuk biaya pengobatan. Suami juga jarang kerja, sampai akhirnya (kemudian) mengenal Tzu Chi, menjalani pengobatan, dan sembuh,” jelasnya.

Setelah 2 kali operasi, Maryanah akhirnya sembuh. “Kalau enggak ada Tzu Chi enggak tau mungkin sampe sekarang masih sakit ya. Jadi dari situ bener-bener muncul rasa luar biasa. Bagus banget dibantu sampe sembuh, sampe kontrol ulang,” tandasnya. Apalagi Maryanah merasa ia memiliki banyak waktu, maka apa salahnya kesempatan itu ia gunakan untuk membantu orang lain. “Apalagi mereka juga sama seperti aku tadinya. Merasa senasib sepenanggungan,” pungkasnya.  Satu yang ia rasakan saat menjadi pasien adalah begitu besarnya arti perhatian yang diberikan oleh relawan Tzu Chi kepadanya. “Senengnya karena ada perhatian juga ya, selain dapet bantuan, relawannya juga perhatian (sama kita). Kita lagi susah dibantu dan dikasih support juga. Seneng banget,” ujarnya mengenang masa-masa menjadi pasien penanganan khusus Tzu Chi.  

Banyak Pengalaman
Bagi Dian Aryani, relawan Tzu Chi He Qi Utara bagian pasien penanganan khusus yang kerap melakukan survei, saat melihat kondisi pasien yang disurvei ia merasa dapat lebih bersyukur. “Ekonomi mereka ya bener-bener (sulit), walaukondisi saya sendiri juga masih dapat dikatakan pas-pasan, tapi saya masih tetap bersyukur,” ujarnya. Senasib sepenanggungan itulah yang kerap dirasakan oleh relawan Tzu Chi yang melakukan survei dan kunjungan kasih. Berbagi kepada sesama yang membutuhkan dan bergandengan tangan menuju perubahan kehidupan yang lebih baik, itulah yang diharapkan.

  

 

 

 
 

Artikel Terkait

Menanam Pohon, Mewariskan Hati Cinta Lingkungan

Menanam Pohon, Mewariskan Hati Cinta Lingkungan

29 Agustus 2017

Minggu, 27 Agustus 2017, diadakan penanaman pohon di sepanjang Jalan Pantai Indah Utara 2 menuju Jalan Mandara Permai dengan tajuk Selamatkan Bumi dengan Menanam Pohon. Sebanyak 55 pohon berhasil ditanam dalam kegiatan ini. 

 Bersih Pasar Ulak Karang

Bersih Pasar Ulak Karang

08 Juli 2010
Pasukan pecinta bumi ini dibagi menjadi 4 kelompok, satu bertugas di dalam pasar, sementara 3 kelompok lainnya di jalan-jalan yang ada di sekeliling pasar, yaitu Jalan Jhoni Anwar dan S. Parman.
Mengulurkan Tangan, Meringankan Derita

Mengulurkan Tangan, Meringankan Derita

25 Agustus 2017

Sepanjang minggu ini (21 – 26 Agustus 2017), relawan Tzu Chi telah melakukan survei dan pembagian bantuan bagi korban kebakaran di 4 wilayah: Jembatan Besi (Jakarta Barat), Klender, Jatinegara (Jakarta Timur) dan Kebayoran Lama (Jakarta Selatan).

Cara untuk mengarahkan orang lain bukanlah dengan memberi perintah, namun bimbinglah dengan memberi teladan melalui perbuatan nyata.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -