Seru dan Meriahnya Bazar Vegan Juga Sosialisasi Pelestarian Lingkungan Tzu Chi di China Town Mall

Jurnalis : Rosy VS, Beh Guat Ngo, Susi C, Sutini (He Qi Pusat) , Fotografer : Dokumentasi He Qi Pusat

Program Satu Orang Satu Kebajikan, disosialisasikan para relawan Tzu Chi di komunitas He Qi Pusat dengan beragam acara menarik yang digelar di pelataran China Town Mall, Pancoran-Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat.

Komunitas relawan Tzu Chi di He Qi Pusat menggarap ladang berkah dengan mensosialisasikan program Satu Orang Satu Kebajikan, melalui kegiatan bazar vegan dan pelestarian lingkungan Tzu Chi. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, 28-29 Oktober 2022 di pelataran China Town Mall, Pancoran-Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat.

Di bazar vegan, relawan mengenalkan makanan vegetarian dan vegan serta produk-produk ramah lingkungan (produk keluaran Jing Si). Ini merupakan upaya membangkitkan kesadaran untuk melindungi bumi dari kerusakan akibat perilaku dan ketidakselarasan pikiran manusia.

Foeng Jie Tju (kanan) sedang menjelaskan kepada Niawati, pengunjung yang berminat untuk menjadi relawan Tzu Chi.

Foeng Jie Tju, koordinator bazar vegan menjelaskan, dengan menghadirkan beragam acara akan menarik minat para pengujung untuk mampir ke stand Tzu Chi dan berkesempatan mengenal tentang Yayasan Buddha Tzu Chi.

“Semoga masyarakat sekitar China Town lebih mengenal misi, visi Tzu Chi, turut menjaga lingkungan dengan kegiatan pelestarian lingkungan dan menjalankan pola makan vegetarian,” harapnya.

Berbagai persiapan dilakukan tim relawan untuk menyukseskan acara ini. Mulai dari pertemuan dan izin dengan pihak pengelolah China Town Mall, lalu menggalang relawan ke dalam panitia acara, melakukan briefing, pembagian tugas di lapangan, ketersediaan logistik, pembuatan poster hingga penyediaan konsumsi telah dibahas sepekan sebelum hari H bazar.  Terdata sebanyak 46 relawan (Jumat, 28 Oktober 2022) dan 50 relawan (Sabtu, 29 Oktober 2022) telah meluangkan waktu, tenaga, materi, pikiran, untuk bersumbangsih pada bazar vegan dan pelestarian lingkungan Tzu Chi.

Sejak pukul 07.30 pagi, Yopie dan Alok , relawan Tzu Chi yang mengemban tanggung jawab dalam logistik telah terlihat hadir bergantian di hari yang berbeda. Bersama beberapa relawan lainnya juga bersiap membongkar terpal yang menutupi tenda Tzu Chi, dan barang-barang untuk keperluan bazar. Dua tenda Tzu Chi tempat para relawan bernaung dari sengatan terik matahari akhirnya rampung didirikan atas kerjasama para relawan.

Antusias pengunjung di dua hari tersebut sangat baik terlihat dari lalu lalang pengunjung yang membeli, bertanya dan mengisi meja tempat sosialisasi dilakukan.

Maria Fintje sedang menjelaskan pola makan vegetarian kepada para pengunjung yang sangat antusias.

“Di sini selain memperkenalkan Tzu Chi, kami juga mensosialisasikan pola makan vegetarian. Dengan vegetarian juga melestarikan dan melindungi bumi tercinta kita, bersama-sama kita menjaga demi anak cucu kita juga.” Ujar Maria Fintje yang memberikan pengarahan kepada pengunjung yang memasuki tenda Tzu Chi.

“Saya lagi jalan saja bersama teman kemari, lihat ada pameran Tzu Chi, Saya beli mie vegetariannya mau coba, katanya aman ya terutama untuk yang sudah ada usia seperti Saya. Semoga aman di lambung, kalau cocok saya mau makan mie ini saja.” Ujar Ibu Purwanto (55), pengujung Mall China Town yang mengujungi stand produk makanan vegetarian.

Di bazar ini ada juga demo memasak menu vegetarian. Menu yang dimasak adalah Japchae Vegetarian (28 Oktober) dan Spaghetti Bolognese vegetarian (29 Oktober). Dengan sepuluh ribu rupiah saja, para pengunjung dapat mencicipi masakan Spaghetti Bolognese vegetarian yang enak tersebut sekaligus berdana. Tak memakan waktu lama, sudah berhasil terjual semua.

Jessica bersama Lani Muliana sedang mendemokan masakan Japchae vegetarian.

“Rindu kami bisa bekerjasama dengan Tzu Chi, ternyata vegetarian sangat positif banget ya, informasi lengkap dan detail makanan lainnya yang di luar dari daging yang bisa dikonsumsi itu ternyata banyak, enak dan sehat juga tentunya semoga dibikin rutin lagi acaranya” Ujar Dian Rambe perwakilan dari pengelola China Town.

Relawan Tzu Chi juga mengenalkan misi amal selain dari misi pelestarian lingkungan. Noni Thio bersama Heni Habbah menjelaskan mengenai kisah awal mula Tzu Chi yang terkumpul dari cinta kasih banyak insan baik hati yang berdonasi melalui celengan bambu Tzu Chi.

Tan Siu Tin (63), salah satu pengujung yang tertarik dengan celengan bambu. “Saya dari dulu sudah niat mau berdonasi tapi tidak tahu jalurnya, biar dananya kecil tapi bisa bantu orang, jadi sekarang saya bisa berdonasi lewat celengan bambu Tzu Chi,” pungkasnya.

Beragam kegiatan dihadirkan pada bazar vegan dan pelestarian lingkungan agar menarik banyak pengujung dan menjalin jodoh baik dengan mereka. Pementasan isyarat tangan juga telah dipersiapkan oleh tim shou yu (isyarat tangan) yang diisi pada sesi pagi, siang maupun sore hari.

Waktu pun menunjukkan sudah hampir jam 1 siang. Terik matahari mulai terasa panas dan menyilaukan mata, tapi tak menyurutkan para relawan Tzu Chi bagian isyarat tangan untuk merampungkan sumbangsihnya, tetap menghibur dan memperkenalkan budaya humanis Tzu Chi dalam gerakan isyarat tangan.

Para pengunjung mengikuti sosialisasi Celengan Bambu Tzu Chi

Sari sebagai Koordinator Shou Yu bersama Lie Fie Lan terlihat memanggil timnya untuk berkumpul dan naik ke panggung China Town. Lagu yang dipersiapkan pada sesi pagi berjudul xìngfú de liǎn (Wajah yang bahagia), qiānshǒu lái qiānshǒu (Bergandengan tangan), cí jì lùshàng (Di jalan Tzu Chi). Dan untuk sesi Siang menuju sore berjudul ciak cài (Bervegetarian), a bà gan cui gu (Ayah menuntun kerbau), lā chē xiàng qián xíng (Menarik kereta ke depan), rén rén zuò Huán bǎo (Menggalakkan pelestarian lingkungan), wēn nuǎn mǎn rénjiān (Kehangatan menyelimuti dunia).

Niawati (34), pengunjung Mall China Town mendekati relawan Tzu Chi untuk bersama-sama menyaksikan pementasan isyarat tangan yang sedang ditampilkan di panggung China Town berjudul a bà gan cui gu (Ayah menuntun kerbau), lā chē xiàng qián xíng (Menarik kereta ke depan). Terlihat Ia fokus menikmatinya, yang kemudian dihampiri oleh relawan Tzu Chi untuk bertegur sapa dan diberikan Buletin Tzu Chi dan bercerita mengenai apa itu Tzu Chi.

“Saya kagum, semangatnya meskipun sudah berumur dan mereka terlihat bahagia, ”ujarnya mengangumi para relawan yang sedang pentas isyarat tangan saat itu. Ia pun menceritakan, bahwa ayahnya juga adalah relawan Tzu Chi di Kalimantan. 

Ia pun bertanya kepada relawan Tzu Chi saat itu mengenai bagaimana menjadi relawan. Niawati kemudian diperkenalkan dengan Ketua He Qi Pusat, Johan dan koordinator kegiatan bazar (Foeng Jie Tju) untuk mengetahui bagaimana dapat bersama dalam barisan Tzu Chi.

“Relawan Tzu Chi punya kebaikan yang tinggi dalam membantu orang dan punya rasa syukur. Kegiatannya juga positif, mengajarkan membangun hal-hal positif,” kesan Niawati yang berminat menjadi relawan Tzu Chi.

Meskipun pementasan di bawah terik matahari tetapi tidak menyurutkan para relawan memberikan senyum dan semangatnya yang terpancar dari setiap gerakan isyarat tangan yang mereka tampilkan. 

The Yenny memperlihatkan hasil Eco Enzyme kepada Ibu Sumarni.

Para pengujung yang datang ke stan Tzu Chi disambut dengan semangat dan sapaan hangat oleh relawan bagian penyambutan yang mengarahkan ke stan Eco Enzyme. Hasil produk dari barang-barang daur ulang dikreasikan menjadi tas dan topi. Hingga berlanjut pada menawarkan produk-produk ramah lingkungan dan menyehatkan seperti botol, mangkuk, sumpit, tas, dompet, gantungan dan bubuk olahan berbahan kacang-kacangan, biji-bijian, nasi Jing Si, DAAI Mie, sereal multi gandum, kopi.

Di stan Eco Enzyme terlihat beberapa pengunjung penasaran apa itu Eco Enzyme.  The Yenny, koordinator di bagian Eco Enzyme berbagi pengalamannya kepada pengujung cara pembuatan Eco Enzyme. Ia terus membuatnya karena telah merasakan banyak manfaatnya, seperti  mengobati luka, cuci piring, mengepel, dan penyembuhan luka karena kencing manis.  Tidak memerlukan biaya mahal, bisa dengan wadah bekas, seperti botol air mineral, bahannya juga simple; kulit buah dan sayur, air dan gula merah  atau molase  (Tetes tebu). 

“Dengan membuat Eco Enzyme kita dapat mengurangi sampah dan merasakan pula manfaatnya,” ujarnya.

Ia juga menjelaskan mulai dari cara membuatnya, jangka waktu pembuatan, waktu panen, dan bahan yang dipakai, serta manfaat Eco Enzyme. Tersedia pula beberapa botol Eco Enzyme yang sudah jadi. “Perbandingan bahannya ada Air 750 ml, kulit buah dan sayur 225 gram, gula merah (1)  atau molase 75 gram,” penjelasan The Yenny (relawan)  kepada Ibu Sumarni (49), salah satu pengujung yang tersenyum setelah  mendapat penjelasan tersebut.

“Saya pernah dapat dari saudara yang belajar di Tzu Chi, sepertinya sudah dicampur dengan sabun, karena pas dipakai berbusa, bagus untuk barang stainless menjadi mengkilat. Hari ini Saya senang bisa mendapat informasi mengenai pembuatan Eco Enzyme dan manfaat lainnya yang baru saya tahu. Saya diberi segelas air Eco Enzyme di botol ini untuk ditambahkan bahan lain. Saya akan praktikkan di rumah,” ujar Ibu Sumarni. 

Para pengunjung yang di antaranya pengemudi ojek daring mengikuti Games Ecobrick.

Beragam acara menarik dihadirkan saat bazar salah satunya permainan Ecobrick ketika waktu menunjukkan pukul 2 siang. Cara permainannya dengan memasukkan plastik-plastik bekas ke dalam botol hingga terisi penuh sehingga botolnya padat. Ini merupakan ide dari Tirta dan Enjel yang merupakan koordinator Games Ecobrick.

Tujuan dari permainan ini tak lepas untuk mengedukasi masyarakat tentang pemanfaatan sampah plastik yang dapat didaur ulang, berkreasi membuat peralatan rumah seperti meja dan kursi, hasil dari tumpukan botol terisi plastik yang direkatkan.

Games yang diikuti oleh lima peserta terdiri dari seorang ibu dan empat pengemudi ojek daring berlangsung hingga jam 2.30 Siang. Meski berdurasi singkat, permainan ini menghibur mereka. Terlihat keseruan dan antusias di wajah para peserta lomba yang memacu diri untuk secara cepat memenuhi plastik bekas  ke dalam botol.

Pemenangnya adalah siapa yang paling cepat memasukkan plastik ke dalam botol, dan diukur ketinggian isinya sesuai batas waktu habisnya suatu permainan. Games ini juga dimeriahkan dengan hadiah bagi pemenang untuk juara 1, 2 mendapatkan sepatu, dan diberikan payung untuk juara 3,4,5. Bazar vegan dan sosialisasi pelestarian lingkungan yang seru, meriah, dan pastinya bermakna ini pun berlangsung hingga pukul 4 sore.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Seru dan Meriahnya Bazar Vegan Juga Sosialisasi Pelestarian Lingkungan Tzu Chi di China Town Mall

Seru dan Meriahnya Bazar Vegan Juga Sosialisasi Pelestarian Lingkungan Tzu Chi di China Town Mall

11 November 2022

Komunitas relawan Tzu Chi di He Qi Pusat menggarap ladang berkah dengan mensosialisasikan program Satu Orang Satu Kebajikan, melalui kegiatan bazar vegan dan pelestarian lingkungan Tzu Chi. 

Cinta Kasih Muda-Mudi dalam Setiap Kotak Nasi Hangat

Cinta Kasih Muda-Mudi dalam Setiap Kotak Nasi Hangat

15 November 2022

Anggota muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) Pekanbaru mengadakan masak bersama membuat nasi kotak hangat untuk dibagikan kepada warga di wilayah Kota Pekanbaru. Ada 102 nasi hangat yang di bagikan.

Makanan Vegetaris dari Daai Mama

Makanan Vegetaris dari Daai Mama

29 September 2021

Terinspirasi oleh ceramah-ceramah Master Cheng Yen, tim Daai Mama (orang tua murid Tzu Chi School) memasak 230 porsi makanan vegetaris untuk diserahkan ke Panti Guna Nanda, Panti werda Immanuel, dan anak-anak jalanan.

Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -