Serunya Belajar Sambil Bermain di Kelas Minggu Tzu Ching Makassar

Jurnalis : Nur Annisa (Tzu Chi Makassar), Fotografer : Nur Annisa (Tzu Chi Makassar)


Meskipun hanya bertempat di halaman samping Masjid Darul Hijrah, kegiatan belajar mengajar ini tetap disambut antusias oleh 40 adik-adik Kelas Minggu Tzu Ching Makassar.

Tak terasa sudah delapan bulan lamanya implementasi dari misi pendidikan yakni kegiatan belajar mengajar Kelas Minggu Tzu Ching Makassar diadakan. Mengambil lokasi di Kelurahan Lette, Mariso, Rajawali, Makassar, kegiatan ini berlangsung selama dua kali sebulan tepatnya pekan pertama dan pekan ketiga. Kelas ini diikuti oleh para murid kelas 2 dan 3 SD dari keluarga prasejahtera yang tinggal di sekitaran lokasi ini. Kelurahan Lette juga merupakan lokasi binaan Yayasan Buddha Tzu Chi Makassar dalam melakukan kegiatan Bedah Rumah dan Bakti Sosial Kesehatan.

Kelas Minggu kali ini terasa lebih berwarna dan menarik karena tema kelas adalah Kelas Mendongeng dan Kelas Dokter Cilik. Kelas Mendongeng diisi oleh Muliadi Shixiong, seorang paramedis dan pemenang berbagai lomba mendongeng di Makassar. Sedangkan Kelas Dokter Cilik diisi oleh shixiong shijie dari PMR-PMI Unit 202 SMA Negeri 2 Makassar.

Meskipun hanya bertempat di halaman samping Masjid Darul Hijrah yang biasa digunakan sebagai tempat untuk bermain bulu tangkis sekaligus tempat memarkir motor, juga beralaskan tikar seadanya dengan fasilitas alat tulis yang sederhana, kegiatan belajar mengajar ini tetap disambut antusias oleh 40 adik-adik Kelas Minggu. Ini terlihat dari keaktifan mereka dalam menghadiri kelas pada pukul 08:00 Wita yang baru dijadwalkan mulai pukul 09:00 WITa. Mereka datang, duduk, mendengarkan, dan merespon kembali dengan baik pertanyaan dan penjelasan dari kakak kakak pengajar.


Kelas Mendongeng dibawakan oleh Muliadi. Ia mendongeng kisah Sang Pedagang Garam dan Seekor Keledai. Tampak adik-adik sangat antusias mendengarkan dongeng yang ia ceritakan.

Salah satu yang paling antusias adalah Yusfi (8), murid Kelas Minggu yang memilih tetap hadir meskipun tubuhnya sedang sakit panas. Walaupun tidak datang membawa alat tulis, tapi gadis yang pandai menggambar ini tetap duduk di sisi lain kelas dengan mengenakan seragam murid Kelas Minggu. Hal ini sangat diapresiasi sebagai salah satu kelebihan dari Kelas Minggu Tzu Ching karena telah berhasil memberikan kesan dan daya tarik tersendiri di hati para muridnya.

Kelas dibuka oleh penampilan dari Muliadi Shixiong (30), yang menceritakan dongeng Sang Pedagang Garam dan Seekor Keledai dengan apik dan penuh penghayatan. Adik-adik mendengarkan dengan penuh seksama dan tertawa bersama.

“Yang membuat saya tertarik adalah misi kemanusiaan, saya sangat senang jika dilibatkan dalam kegiatan seperti ini, langsung terjun bersama anak-anak, apalagi memang saya adalah seorang perawat anak dan kegiatan ektra saya adalah storytelling,” kata Muliadi. “Bagi saya, libur adalah hari dimana kita meluapkan Kebahagiaan, bahagia adalah Istirahat paling sehat dan saya bahagia dalam mengisi waktu seperti ini,” lanjutnya. Ia juga mengaku akan sangat senang jika sewaktu-waktu ia masih diundang untuk berbagi cerita seperti ini. “Pesan saya buat teman-teman penyelenggara adalah medianya diperbanyak lagi seperti alat peraga bermain, dan lainnya. Saya terkesan dengan sorakan bocah-bocah yang riuh, terkesan dengan suasana lorong yang bersahabat,” imbuhnya.


Tzu Ching mengajak teman-teman dari komunitas PMR-PMI Unit 202 SMA Negeri 2 Makassar untuk bergabung dan berkenalan dengan adik-adik Kelas Minggu Tzu Ching.

Kelas berikutnya diisi oleh shixiong shijie dari Dokter Cilik PMR SMA Negeri 2 Makassar. Mereka memberikan pelatihan tentang cara mengobati luka dengan benar. Selain memberikan kesempatan untuk bertanya, para murid juga dibekali praktik langsung mengobati luka dengan cara yang benar. Mereka antusias sekali dengan bergiliran melakukan praktik mulai dari membersihkan luka, menggosokkan obat merah, hingga menutup luka dengan kain kasa lalu mengikatnya dengan perban.

Dhea (16) dan Ismi (17), siswi kelas 1 dan 2 SMA Negeri 2 Makassar yang merupakan anggota Palang Merah Remaja Unit 202 SMA Negeri 2 Makassar. Mereka mengaku turut senang dan bahagia melihat adik-adik Kelas Minggu yang sangat aktif dan penuh semangat untuk belajar hari ini.

“Saya tertarik untuk datang ke sini karena ini merupakan kesan perdana saya mengikuti kelas belajar mengajar seperti ini dan saya sangat menyukainya,” kata Ismi. “Meskipun ini adalah hari Minggu yang notabenenya adalah hari libur, tetapi karena tidak ada hal yang saya lakukan di rumah, saya pun menerima ajakan teman untuk datang ke sini. Selain untuk menambah pengalaman, saya juga jadi belajar bagaimana menghadapi adik-adik seperti ini saat belajar. Saya berharap semoga kelas belajar mengajar ini terus dilaksanakan dan sukses selalu,” tutur Ismi.


Teman-teman dari PMR-PMI Unit 202 SMA Negeri 2 Makassar sedang membawakan kelas Dokter Cilik tentang cara mengobati luka dengan benar.

Untuk menilai keaktifan para murid selama kelas berlangsung, relawan Tzu Ching Makassar memberikan satu bintang di akhir acara kepada murid yang berani tampil di depan kelas dan menyebutkan satu persatu nama para pengajar yang telah mengajari mereka, serta apa saja yang telah mereka dapatkan dari masing-masing materi kelas pada hari ini.

Kegiatan belajar mengajar pun berakhir pada pukul 12:00 WITa dengan makan camilan, berdoa, dan berfoto bersama. Kegiatan ini akan terus dilakukan guna mencerdaskan kehidupan bangsa sekaligus mewujudkan visi dan misi Tzu Chi. Relawan Tzu Ching Makassar berharap kegiatan ini terus berlangsung dan terus memperoleh dukungan dari berbagai pihak hingga para murid Kelas Minggu telah mampu memberikan nilai terbaik dari hasil rapor mereka di sekolah masing-masing.


Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Serunya Belajar Sambil Bermain di Kelas Minggu Tzu Ching Makassar

Serunya Belajar Sambil Bermain di Kelas Minggu Tzu Ching Makassar

11 Maret 2019

Meskipun hanya bertempat di halaman samping Masjid Darul Hijrah yang biasa digunakan sebagai tempat untuk bermain bulu tangkis sekaligus tempat memarkir motor, juga beralaskan tikar seadanya dengan fasilitas alat tulis yang sederhana, kegiatan belajar mengajar ini tetap disambut antusias oleh 40 adik-adik Kelas Minggu.

Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -