Setetes Niat Baik, Kebahagiaan Untuk Semua

Jurnalis : Budi Suparwongso (He Qi Pusat), Fotografer : Budi Suparwongso, Hanssen Hioe (He Qi Pusat)
 
 

foto
Sebanyak 102 orang datang hari ini ke Gedung ITC Lantai 6 untuk mengikuti baksos donor darah Tzu Chi. Sebagian dari mereka sudah mengenal Tzu Chi dari kegiatan bakti sosial di berbagai tempat, sebagian lagi baru pertama kali seumur hidupnya menjadi pendonor darah dan berjodoh dengan kegiatan baksos donor darah Tzu Chi kali ini.

“Hidup manusia tidak kekal. Bersumbangsihlah pada saat Anda dibutuhkan, dan lakukanlah selama Anda masih bisa melakukannya.” 
(Kata Perenungan Master Cheng Yen)

 

Siapa yang tidak tahu bahwa darah sangatlah penting bagi kelangsungan dan kelanjutan hidup? Khususnya bagi manusia, tidak ada yang bisa hidup tanpa adanya jumlah darah yang cukup di dalam tubuh. Bagaimana jika pada waktu tertentu ada seseorang yang kekurangan darah dan sangat membutuhkan bantuan demi mempertahankan hidupnya? Di saat seperti itulah fungsi Palang Merah Indonesia menjadi sangat krusial dan nomor satu dalam menyalurkan simpanan kantong darah hasil sumbangsih para pendonor.

Sebagai salah satu organisasi sosial nirlaba yang ada di Indonesia, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mempunyai 4 misi dan juga visi termasuk di dalamnya adalah Misi Sosial dan Kesehatan yang sejalan dengan fungsi PMI (Palang Merah Indonesia).

Baksos donor darah kali ini adalah yang pertama di He Qi Pusat dan diadakan pada tanggal 13 April 2013 di gedung ITC Mangga Dua lantai 6. Mulai dari jam 8 pagi relawan Tzu Chi sudah mulai bersiap-siap menyambut para calon pendonor. Sebanyak 102 calon pendonor yang terdaftar namun ada 34 calon yang gagal mendonor.  Total ada 68 pendonor yang berhasil menyumbangkan darah sehatnya dari jumlah 100 kantong darah yang disediakan oleh PMI.

Relawan Tzu Chi sejak pagi hari sudah siap menyambut para calon pendonor mulai dari bagian pendaftaran, penunjuk jalan, pengisian formulir calon pendonor, barisan penyambutan di ruang donor, pendampingan calon pendonor di meja bundar khas Tzu Chi. Bagian lainnya juga selalu siap sedia seperti bagian tata suara dan video, bagian pelayanan konsumsi (makanan ringan dan minuman), bagian 3 In 1 (Dokumentasi Jejak Langkah Tzu Chi) serta masih ada bagian-bagian lainnya yang selalu siap melayani para calon pendonor, termasuk bagian pelayanan konsumsi makan siang. Relawan Tzu Chi juga dengan sigap membantu para petugas dari PMI dalam mempersiapkan peralatan dan perlengkapan donor darah.

Pagi itu udaranya sejuk di dalam ruangan ber-ac, penataan cahaya yang baik, saya duduk bersama tiga calon pendonor yang salah satunya adalah ibu Lanny Kurnia, usia di atas 50 tahun.
Ibu Lanny sudah mengenal Tzu Chi sejak tahun 1993 dan sejak tahun yang sama sudah bekerja di ITC Mangga Dua. Lalu pada tahun 2002 dia pindah bekerja di lantai 10. Menjadi pendonor darah sejak sebelum tahun 1993, sampai sekarang sudah lebih dari 60 kali berhasil mendonorkan darahnya.

Mengatasi Kesulitan Dengan Tekad Menjadi Pendonor 
Ada hal menarik dari ibu Lanny, yaitu karena takut melihat jarum suntik, dia selalu berpaling jika sedang dipasang jarum suntik dan selang donor darah. “Kalau sedang disuntik dan dipasang selangnya saya sudah biasa menghitung angka 1 sampai 200 di dalam hati supaya tidak kepikiran diambil darahnya”, cerita ibu Lanny. Biasanya pada hitungan ke 200, proses pengambilan darah sudah selesai. Dengan kata lain, ibu Lanny selalu memaksakan dirinya dan memberanikan diri berusaha menyembunyikan rasa takutnya supaya bisa mendonorkan darahnya. Bayangkan semua perasaan yang sudah dialaminya sejak sebelum tahun 1993 sampai sekarang, berjuang mengatasi kesuitan dan ketakutan di dalam diri sendiri demi bersumbangsih bagi sesame serta sesuai dengan Kata Perenungan Master Cheng Yen yang berkata Dengan memiliki keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada hal yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.”

“Badan saya jadi lebih segar dan perasaan lebih senang setelah menyumbangkan darah,” cerita ibu Lanny yang tampak lebih muda dari usianya yang di atas 50 tahun.

foto  foto

Keterangan :

  • Ernawaty Shijie sedang melaksanakan Budaya Humanis Tzu Chi dalam melayani para calon pendonor darah. Kita harus senantiasa bersyukur karena mendapat kesempatan untuk terus bersumbangsih, termasuk saling menghormati dan melayani sesama (kiri).
  • Ibu Lanny (tengah) mempunyai tekad yang tinggi untuk bersumbangsih bagi sesama. Walaupun dia takut akan jarum suntik tapi bersikeras menyumbangkan darahnya sampai 60 kali sejak masih muda (kanan) .

Jodoh Baik Dan Niat Tulus Berbuah 
Di kesempatan kali ini ada seorang pendonor  yang mendapatkan piagam dari PMI karena sudah menjadi pendonor minimum 10 kali. Ramdani yang berusia 41 tahun, pada hari itu telah menjadi pendonor untuk yang ke-14 kalinya. Biasanya urutan jumlah donor darah pribadi yang mendapat piagam atau penghargaan adalah 10, 25, 50, dan 100 kali.

Sehari-hari, Ramdani bekerja di Pasar Pagi Mangga Dua, dia ingin menjadi pendonor untuk pertama kali dan kedua kali di lobi tempatnya bekerja pada tahun 2008. Setelah itu di tahun 2010 dia melihat brosur donor darah Tzu Chi di majalah dinding di Pasar Pagi Mangga Dua, namun belum bisa berdonor karena waktu itu masa istirahatnya belum mencapai tiga bulan. 

Masih di tahun 2010, akhirnya Ramdani berhasil menjadi pendonor di baksos donor darah Tzu Chi di ITC Mangga Dua Lantai 6. “Saya sebagai Ketua RT, sudah beberapa kali melihat langsung sumbangsih sembako tanpa pamrih dari Tzu Chi kepada warga di Jembatan Lima, yang dekat kediaman saya. Karena saya tahu Tzu Chi itu bagus maka saya mau menyumbang darah di acara baksos donor darah Tzu Chi,” begitu penjelasan dari Ramdani. “Berdonor agar bisa bersumbangsih dan ingin bertambah sehat dengan menyumbang darah,” tambahnya.

Sumbangsih Datang Dari Hati Dan Tidak Mengenal Usia
Berdonor atau bersumbangsih adalah milik segala usia, oleh karena itu Dwi Septiani yang biasa dipanggil Andi datang dengan semangat anak muda untuk menjadi pendonor. Andi bercerita,”Saya sudah mencoba beberapa kali untuk ikut donor darah di beberapa tempat yang berlainan tapi masih belum berhasil. Hari ini adalah donor darah pertama kali saya dan kebetulan berjodoh dengan donor darah Tzu chi. Saya datang hari ini adalah karena diberitahu oleh relawan Tzu Chi.”

Hari ini Andi sesuai saran dokter, menyumbang darah sebanyak 250 cc karena termasuk masih muda dan baru pertama kali. “Bedanya dengan tempat lain sewaktu donor adalah di Tzu Chi tempatnya lebih tertutup dan banyak relawan yang melayani. Kalau di gedung ITC yang lain lebih terbuka, banyak orang yang bisa melihat dari lantai atas,” Andi menjelaskan.

Bicara tentang semangat anak muda sangatlah tepat disambungkan dengan Efi Diana dan kawan-kawan yang datang berlima untuk menyumbangkan darah mereka kepada PMI. Selesai kuliah atau bekerja di hari sabtu, mereka langsung meluncur ke gedung ITC lantai 6. “Perjalanan ke ITC macet di jalan. Mau parkir juga harus muter-muter tunggu lama. Akhirnya sampai juga walaupun kesiangan,” ringkas Efi.

Mereka berlima sudah selesai mengisi formulir pendaftaran, ketika hendak masuk ke dalam ruangan donor darah, ada informasi dari pihak PMI yang menutup baksos donor darah hari itu dikarenakan mereka harus segera membawa kantong darah kembali ke kantor pusat PMI.

foto  foto

Keterangan :

  • Ramdani (kiri) adalah seorang Ketua RT di daerah Jembatan Lima. Dia sudah sering melihat kegiatan Tzu Chi memberikan bantuan sembako kepada warga sekitar sehingga di dalam hatinya selalu ingin bersumbangsih di dalam baksos donor darah Tzu Chi (kiri) .
  • Harianto Achmat Shixiong baru pertama kalinya menjadi penyumbang darah. Rupanya dia berjodoh dengan Tzu Chi karena setelah menjadi relawan dia ikut membantu kegiatan donor darah dan akhirnya ikut menjadi pendonor (kanan) .

Efi baru saja mengikuti acara Sosialisasi Tzu Chi tanggal 6 April 2013 yang lalu. Setelah mengetahui bahwa Tzu Chi mengadakan baksos donor darah, dia segera memberitahukan informasi tersebut kepada teman-temannya. Mereka berlima sudah menunjukkan tekad yang kuat mengatasi semua rintangan untuk sampai di tempat donor darah. Tidak mengapa kali ini mereka belum berhasil karena akan ada kesempatan lain di tempat yang sama. Akhirnya mereka menikmati siang itu bersama dengan relawan Tzu Chi saling mengobrol dan menikmati hidangan makan siang.

Memberikan Teladan, Membahagiakan Semua
Seperti biasanya di dalam baksos Tzu Chi, ada beberapa relawan Tzu Chi sendiri yang ikut menjadi pendonor.  Harianto Achmat Shixiong yang berusia 25 tahun adalah seorang relawan Abu Putih yang bertugas di bagian 3 In 1 (Dokumentasi Jejak Langkah Tzu Chi). Dia baru saja bergabung dengan Tzu Chi pada bulan Februari 2013 sebagai relawan kembang, lalu mengikuti pelatihan relawan Abu Putih di bulan Maret sehingga sekarang sudah resmi menjadi relawan Abu Putih.

“Hari ini adalah pertama kalinya sayamenjadi pendonor darah,” jelas Harianto Shixiong. Hatinya sangat senang dan bangga karena dengan berdonor darah bisa menjaga kesehatan diri sendiri sekaligus  membantu sesama. Niatnya adalah menjadi pendonor darah rutin di Tzu Chi.

“Donor di Tzu Chi ada bedanya. Kebersamaan aetara relawan dengan pendonor dan petugas PMI sangat terasa kental dan menyenangkan,” itu kesan dari Harianto Achmat Shixiong.

Jodoh Bersemi Karena Niat Yang Sudah Matang
Lain lagi ceritanya dengan Jessica Nalasetya Shijie yang sampai sekarang sudah berhasil mendonor sampai 8 kali sejak tahun 2011. Pertama kali ikut menjadi pendonor adalah sewaktu bertugas menjadi relawan di baksos donor darah, kemudian ada dokter yang memberitahu dia tentang batas usia pendonor. “Saya sudah sering membantu di baksos donor darah, tapi tidak pernah ikut berdonor. Saya mengira bahwa usia di atas 50 tahun sudah tidak boleh menjadi pendonor, ternyata dokter memberitahu masih boleh menjadi pendonor.” Maka sejak itu JessicaShijie rutin menyumbangkan darahnya kepada PMI.

Dia senang bisa menolong orang lain dengan menjadi pendonor darah. Dulu selalu menjadi pendonor darah langsung di kantor PMI, sekarang sudah tahu bisa menjadi pendonor tidak harus di PMI, maka dia rutin ikut menyumbang darah di baksos donor darah Tzu Chi.

“Kalau di Tzu Chi ada relawan yang memperhatikan, diarahkan. PMInya juga ramah kepada para pendonor. Suster dan dokternya semua baik. Saya ingin terus berdonor di Tzu Ch,i” demikian kesan dari Jessica Shijie.

Dari Niat Satu Orang, Berkumpul Menjadi Kebahagiaan Besar
Sumbangsih setetes darah termasuk sangat kecil tapi manfaatnya penuh bagi yang menyumbang dan apalagi untuk yang menerimanya. Keinginan untuk membantu semua makhluk hidup pada akhirnya membawa kebahagiaan kepada yang memberikan bantuan dan tentu saja kepada yang menerimanya. Setelah jalinan jodoh baik itu terbentuk, tidak akan berhenti sampai di sana. Jodoh baik dari yang kecil menjadi jodoh baik yang besar dan akan terus berkumpul menarik sumbangsih dari para insan yang welas asih membentuk kebahagiaan bersama yang semakin besar.

 

 
 

Artikel Terkait

Semangat Solidaritas yang Tinggi di Masa Pandemi

Semangat Solidaritas yang Tinggi di Masa Pandemi

07 Juli 2021
Semangat solidaritas yang tinggi, yang dihadirkan Tzu Chi Indonesia di tengah pandemi Covid-19, kian mengukuhkan makna dari hadirnya Tzu Chi. Ini disampaikan Asisten Pemerintahan Sekda Provinsi DKI Jakarta, Sigit Wijatmoko saat serah terima bantuan 1.500 kasur dari Tzu Chi Indonesia (07/07/2021).
Paket Makanan Bagi Warga yang Tengah Menjalani Isolasi Mandiri

Paket Makanan Bagi Warga yang Tengah Menjalani Isolasi Mandiri

29 Juli 2021

Relawan Tzu Chi Bandung membagikan bantuan sebagai ungkapan kepedulian bagi warga terpapar Covid-19 di wilayah Bandung. Bantuan yang diberikan berupa nasi kotak untuk warga yang tengah menjalani isolasi mandiri.

Sebanyak 205 Warga Sukabumi Ikuti Operasi Katarak dan Pterygium

Sebanyak 205 Warga Sukabumi Ikuti Operasi Katarak dan Pterygium

29 Maret 2017

Yayasan Buddha Tzu Chi menjalin jodoh baik dengan warga Sukabumi, Jawa Barat dengan mengadakan Baksos pengobatan Katarak dan Pterygium. Baksos yang digelar di Kodim 0607 Kota Sukabumi ini digelar selama tiga hari sampai Minggu, 26 Maret 2017. Pasien yang berjumlah 205 orang ini dibagi dalam dua hari untuk melakukan operasi.

Keindahan kelompok bergantung pada pembinaan diri setiap individunya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -