Siswa Kelas Budi Pekerti Memaknai Berkah dengan Berbagi

Jurnalis : Mettayani, Meiliana (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Sandra Ruberto (Tzu Chi Pekanbaru)

Minggu, 13 Maret 2016 siswa Kelas Budi Pekerti melakukan Kunjungan Kasih di Panti Asuhan Kemuliaan yang berlokasi di pinggiran kota dan dikelilingi oleh perkebunan sawit.

Waktu begitu cepat berlalu. Perayaan Tahun Baru Imlek seperti belum lama berlalu, dan kini pun telah memasuki minggu kedua bulan Maret 2016 yang sekaligus merupakan jadwal pembelajaran kelas budi pekerti Er Tong Ban dan Tzu Shao Ban di Pekanbaru. Anak-anak dari kelas budi pekerti memaknai berkah tahun baru Imlek dengan berbagi bersama teman-teman melalui uang angpau yang sudah mereka sisihkan. Sehingga kelas pembelajaran kali ini diimplementasikan dengan melakukan Kunjungan Kasih pada hari Minggu (13 Maret 2016) siang pukul 12.00 WIB di Panti Asuhan Kemuliaan yang berlokasi di pinggiran kota dan dikelilingi oleh perkebunan sawit.

Menempuh jarak kurang lebih setengah jam perjalanan dari Kantor Penghubung Tzu Chi Pekanbaru (Jl. Ahmad Yani), sebanyak kurang lebih 177 orang yang terdiri dari relawan, orangtua maupun anak-anak yang ikut, disambut hangat oleh Bapak Pendeta Simamora di aula gereja yang berada persis di sebelah panti asuhan.

Sebagai awal jalinan jodoh, baik dari pihak Tzu Chi maupun panti asuhan sama-sama menyuguhkan penampilan kesenian. Dari panti menyuguhkan nyanyian koor “Satu Nusa Satu Bangsa”. Lagu ini mengingatkan pada semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”. Walaupun kita berasal dari daerah, suku, agama yang berbeda, kita adalah satu, kita hidup dalam satu bumi pertiwi yang sama, satu nusa, satu bangsa, satu bahasa dan satu keluarga, keluarga besar Bangsa Indonesia. Mereka juga menyuguhkan satu drama singkat yang disadur dari alkitab.

Dari Tzu Chi, menampilkan isyarat tangan lagu “Menyingsing Fajar Utama” dan “Satu Keluarga”. Bagi pihak panti, tampilan isyarat tangan merupakan sesuatu yang baru. Pendeta Simamora begitu semangat mengikuti peragaan isyarat tangan dan meminta anak-anak asuhnya untuk ikut mempraktikkan.

Aula Gereja Menjadi Tempat Silaturahmi

Berkat jalinan jodoh, semua terasa dilancarkan. Gereja yang berada di samping panti, dapat dijadikan tempat silaturahmi dan dapat menampung lebih dari 200 orang. Kondisi cuaca yang terik membuat ruangan di gereja terasa panas dan peluh membasahi sekujur tubuh. Namun hal ini tidak menyurutkan semangat anak-anak kelas budi pekerti yang menanti waktu untuk menyerahkan bingkisan yang dibeli dengan uang angpau mereka langsung kepada saudara-saudara di panti asuhan.

Pada kegiatan ini anak-anak kelas budi pekerti juga berkesempatan merasakan kehidupan di panti asuhan, mendengar latar belakang anak-anak yang akhirnya harus dititipkan di panti asuhan. Perasaan senasib menggerakkan hati mereka untuk saling membantu. Anak panti yang lebih besar akan menjaga  dan mengasuh anak yang lebih kecil. Begitu juga saat belajar. Kakak akan mengajar adik-adik yang kecil. Perasaan saling menjaga dan menyayangi satu sama lain dapat dijadikan inspirasi buat anak-anak kelas budi pekerti.

Sebagai awal jalinan jodoh, baik dari pihak Tzu Chi maupun panti asuhan sama-sama menyuguhkan penampilan kesenian. Dari Tzu Chi, menampilkan isyarat tangan lagu “Menyingsing Fajar Utama” dan “Satu Keluarga”.

Foto bersama keluarga besar Tzu Chi dan Panti Asuhan Kemuliaan.

Saatnya Berpamitan

Ketika satu demi satu mobil mulai meninggalkan panti, terlihat wajah ceria anak-anak yang melambaikan tangan sambil berseru “Datang lagi ya… God Bless You”. Ungkapan yang singkat namun sangat menggugah perasaan. Semoga jalinan jodoh ini dapat terus berlanjut dan kita dapat memberikan sedikit kegembiraan buat saudara-saudara kita di panti.

Dalam perjalanan pulang semua anak-anak menuangkan rasa syukur melalui tulisan yang ditulis di secarik kertas sharing. Di antaranya adalah Vanesia Tan yang menuliskan, “Bersyukur karena memiliki papa mama. Nyanyi lagunya sangat bagus dan semangat. Bersyukur adanya kelas Tzu Chi sehingga bisa ikut kunjungan, bisa mengubah sifat yang tidak baik. Berterima kasih karena memiliki orang tua yang baik. Berterima kasih kepada Tzu Chi yang mengajari saya tata krama. Bersyukur memiliki keluarga yang baik.”  Ada juga Ryu Kedgan yang menuliskan, “Saya sudah melihat kehidupan di panti asuhan. Sekarang saya sangat bersyukur karena punya ibu dan rumah yang nyaman. Saya sekarang sudah tahu kesusahan di panti asuhan.”

Inilah pendidikan kehidupan, di mana melalui kegiatan ini anak-anak diharapkan agar dapat selalu menanamkan rasa syukur di dalam hati dan bersumbangsih dengan tulus melalui berkah yang dimiliki. Pendidikan kehidupan akan dapat menambah kebijaksanaan kita, jika kita dapat terjun langsung ke masyarakat dengan melihat, mendengar, merasakan, dan melakukan dengan tulus untuk mengurangi penderitaan dan memberikan kebahagiaan. Inilah jalan Bodhisatwa dunia yang sesungguhnya.

Mettayani, Koordinator Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Pekanbaru yang saat itu juga turut serta, mengungkapkan rasa haruannya saat ke panti. “Saat melihat anak-anak panti dengan wajah-wajah polos yang terdiri dari berbagai usia, hati ini begitu sedih. Kenapa mereka sampai harus berada di sini saat mereka masih membutuhkan pengasuhan dan kasih sayang. Tak terasa air matapun mengalir. Dan hal yang perlu disyukuri, mereka mendapatkan pengasuhan dari pendeta yang baik hati,” tutupnya.


Artikel Terkait

Siswa Kelas Budi Pekerti Memaknai Berkah dengan Berbagi

Siswa Kelas Budi Pekerti Memaknai Berkah dengan Berbagi

22 Maret 2016
Minggu, 13 Maret 2016 siswa Kelas Budi Pekerti melakukan Kunjungan Kasih di Panti Asuhan Kemuliaan yang berlokasi di pinggiran kota dan dikelilingi oleh perkebunan sawit.
Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -