SMAT: Menanamkan Cinta Kasih Pada Tunas Muda

Jurnalis : Veronica Agatha, Fotografer : Veronica Agatha


Yuliana Shijie, staf dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia membuka acara Sosialisasi Misi Amal Tzu Chi (SMAT) di TK Pelangi.

Berawal dari sebuah keprihatinan akan semakin sedikitnya orang yang meghargai uang kecil (uang logam), Elizabeth Widjaja pendiri TK Pelangi di kawasan Kemang, Jakarta Selatan berusaha untuk menanamkan sifat menghargai uang kecil pada anak-anak didiknya sejak dini. Melalui sebuah program di sekolahnya, Rabu, 28 Mei 2014, Elizabeth meminta murid-murid di sekolahnya untuk mengumpulkan uang koin di dalam sebuah botol bekas, untuk kemudian disumbangkan kepada yayasan sosial. Namun karena pada saat itu tidak ada yayasan sosial yang mau menerima uang logam maka program tersebut terpaksa diberhentikan sementara. “Tetapi terus saya lihat, Oh, Tzu Chi (ternyata) menerima. Kita melihat di DAAI TV, Yayasan Buddha Tzu Chi menerima uang logam. Uang logam yang sebanyak itu kita sumbangkan semua ke Yayasan Buddha Tzu Chi, dan dari situ baru saya terpikir kenapa nggak, kita meminta Yayasan Buddha Tzu Chi untuk memberikan sosialisasi tentang celengan (bambu) ini,” tutur Elizabeth.

Sebanyak 100 buah celengan bambu dibagikan kepada siswa-siswi dan juga orang tua murid di TK Pelangi dalam Sosialisasi Misi Amal Tzu Chi (SMAT) ini. Mereka nampak antusias mendengarkan penjelasan mengenai Tzu Chi dan juga celengan bambu. Dengan adanya celengan bambu ini orangtua murid di TK Pelangi merasa bersyukur dan juga terbantu untuk mengenalkan putra-putrinya berbuat kebajikan dan juga berhemat. Sosialisasi ini turut menampilkan isyarat tangan oleh para relawan yang turut serta pada sosialisasi ini. “Kita berharap ke depannya mereka bisa berlaku hemat, bisa terbuka wawasan pikiran mereka untuk bisa membantu orang lain. Kalau sekarang mungkin mereka belum berpikir ke arah sana. Dengan berjalannya waktu kita berharap hati nurani mereka terpanggil untuk bisa membantu sesama,” ujar Oey Lin Vong, salah satu relawan yang turut serta memberikan sosialisasi ini.

Jika Benar, Lakukan Saja!
Elizabeth Widjaja mendirikan TK Pelangi pada bulan Juni tahun 2003, dimana pada saat itu banyak anak-anak kurang mampu di wilayah Kemang ini yang belum bersekolah. Dari situlah ia mulai mendirikan Taman Kanak-kanak (TK) Pelangi. Pada awalnya Elizabeth bercita-cita untuk memiliki sebuah panti asuhan. Namun ia merasa cita-citanya tersebut terlalu tinggi, sehingga ia berpikir untuk memulai dari hal yang kecil seperti membuka TK. Ia merasa yang terpenting dalam hidupnya dan sudah menjadi komitmen di hidupnya adalah membantu dan berbagi terhadap sesama.

Untuk menghidupkan suasana, Yuliana mengajak para murid dan orang tuanya untuk saling menyemangati.

Elizabeth Widjaja memberikan kata sambutan dan juga memberitahukan sedikit mengenai celengan bambu Tzu Chi dan manfaatnya bagi orang lain.

Pada awal berdirinya TK ini Elizabeth tidak memungut biaya bagi anak-anak yang ingin menuntut ilmu. Namun karena kurangnya tanggung jawab dari orang tua siswa sehingga anak-anak mereka masuk dan tidak masuk sekolah sesuka hati mereka. Akhirnya Elizabeth membuat kebijakan dengan memberikan setiap siswa yang ingin belajar tanggung jawab sebesar 5 ribu rupiah per bulan. Kendati masih banyak yang tidak mampu membayar, Elizabeth mencoba untuk mencari tahu dimana akar permasalahannya. Namun ia terkejut saat mengetahui orang tua yang tidak mampu membayar 5 ribu rupiah per bulan itu mampu memberikan anaknya uang jajan sebesar 3 ribu rupiah per hari. Akhirnya Elizabeth kembali merevisi kebijakannya dengan memberikan orang tua murid tanggung jawab sebesar 200 ribu per tahun.

Setiap siswa-siswi yang mendaftar di sekolah tersebut akan disurvei oleh guru-guru dan juga Elizabeth sendiri, untuk menentukan biaya sekolah dan juga apakah si calon siswa memenuhi syarat untuk bersekolah di TK Pelangi. “Dua ratus ribu per tahun, tapi kita tidak menekan. Dengan cara kita survei, jadi di sini beragam. Ada yang betul-betul gratis, ada yang bisa bayar 50 ribu kita kasih, 100 ribu, 150 ribu, paling mentok 200 ribu setahun. Ada yang selama 3 tahun tidak bayar,” terangnya. Elizabeth menunjukkan keseriusannya dalam membangun TK Pelangi dengan tidak sembarangan merekrut guru untuk mengajar di sekolahnya. Ia memperkerjakan guru yang telah menyelesaikan pendidikan S1 di jurusan Pendidikan Guru Taman Kanak-kanak (PGTK). Baginya, memberikan kualitas pengajaran yang terbaik sangat penting karena mendidik anak-anak sejak usia dini merupakan sarana untuk memajukan bangsa.

Relawan dan peserta sosialisasi mempraktikkan isyarat tangan (shou yu) yang merupakan salah satu misi budaya humanis Tzu Chi.

Para murid, orang tua, dan guru menyatakan tekadnya untuk turut berpartisipasi dalam misi amal Tzu Chi melalui celengan bambu.

Belajar Sekaligus Membantu Sesama
Salimah, salah satu orang tua murid di TK Pelangi turut merasakan manfaat dari adanya program celengan bambu ini. “Saya senang sekali, gimana kita bisa berbuat baik dalam sehari sama orang. Terus ada celengan ini kayaknya membantu banget untuk ngenalin ke anak-anak biar lebih hemat. Kalo di rumah kan maunya jajan mulu, dengan celengan ini kayaknya membantu banget untuk anak-anak lebih bersifat sosial lagi untuk membantu sesama.” Adanya celengan bambu ini di TK Pelangi, Salimah tidak merasa terbebani. “Karena kan memang jumlahnya kecil. Menurut kita uang segitu kayaknya nggak berguna, tapi kalo udah melihat penjelasanyang tadi, tuh. Aduh, bener-bener kita pengen banget nyisihin uang setiap hari untuk membantu sesama,” ujar Salimah.

Elizabeth berharap para orangtua murid mengerti bahwa sosialisasi ini bukan untuk mencari keuntungan untuk diri sendiri, namun lebih untuk merasa bersyukur dan juga membantu sesama. “Kalau program menabung sendiri mereka (para murid-red) sudah mengerti karena kita ada program menabung untuk mereka. Tetapi untuk celengan bambu, mudah-mudahan anak-anak ini juga mengerti,” ujar Elizabet, “tergantung bagaimana orang tua menjelaskan ke anaknya, bahwa kalau ada uang logam jangan dibuang. Masukan ke situ sedikit, sedikit, sedikit, jadi penuh. Dibuka bisa diberikan kepada orang yang membutuhkan. Saya yakin anak-anak ini akan mengerti manfaatnya. Kalau mereka sudah dibantu mereka bisa membantu lagi untuk orang yang lebih kurang beruntung dari mereka.”

Di penghujung acara, para relawan membagikan celengan bambu kepada para guru, orang tua murid, dan juga murid-murid. Dengan didampingi para relawan yang hadir dan juga staf yayasan, mereka segera mengisi data-data celengan bambu. “Harapan saya lebih banyak orang yang terbantu dengan adanya celengan bambu. Dan saya berharap banyak orang yang lebih bersyukur lagi dengan apa yang sudah didapatnya dari kehidupan yang mereka jalani sekarang. Bersyukur berterima kasih pada Tuhan,” ujar Elizabeth.

Relawan dan peserta sosialisasi mempraktikkan isyarat tangan (shou yu) yang merupakan salah satu misi budaya humanis Tzu Chi.

Artikel Terkait

Persiapan Bantuan Tzu Chi ke Asmat Gelombang 2

Persiapan Bantuan Tzu Chi ke Asmat Gelombang 2

21 Februari 2018
Relawan Tzu Chi Indonesia yang bekerja sama dengan TNI memberikan bantuan sebanyak 48 Ton ke Asmat, Papua. Bantuan gelombang dua di Asmat ini akan mulai disalurkan besok, Kamis 22 Februari 2018.
Membuka Pintu Hati Baru

Membuka Pintu Hati Baru

30 September 2014

Pada hari Senin, 29 september 2014, Yayasan Buddha Tzu Chi merekatkan kembali jalinan jodoh baik yang sudah terjalin dengan mengadakan sosialisasi dilanjutkan penuangan celengan bambu. Sebanyak 42 orang yang merupakan perwakilan dari setiap departemen di Hotel Borobudur menghadiri acara ini.

Tuang Rame-Rame Celengan Bambu

Tuang Rame-Rame Celengan Bambu

16 Februari 2021

Relawan Tzu Chi Sinar Mas melaksanakan penuangan Celengan Bambu secara serentak pada 2-8 Februari 2021. Di tengah situasi pandemi ini, kegiatan ini pun dilaksanakan dengan tetap memperhatikan dan menerapkan protokol kesehatan terkait Covid-19.

Keindahan kelompok bergantung pada pembinaan diri setiap individunya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -