Sofyan yang Terus Memacu Diri

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari, Dok. Pribadi

Sofyan Sukmana memegang piagam penghargaan di depan Bimbel Lentera Inklusif yang terletak di lantai 1 Blok B-2, Rusun Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat. Walaupun terkendala pandemi, Sofyan tetap aktif mengembangkan diri melalui berbagai program di instansi pemerintah dan perusahaan swasta.

Kondisi kelas Bimbel Lentera Inklusif bimbingan Sofyan Sukmana selalu ramai tiap harinya. Setiap Senin hingga Jumat, ada sekitar 20 anak siswa SD bergantian belajar calistung (membaca, menulis, berhitung) di dua ruangan di lantai 1 Blok B-2, Rusun Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng itu. Sementara satu ruangan lainnya digunakan oleh Sofyan untuk mengajar 13 murid disabilitas secara bergantian dan online melalui sambungan Zoom.

Dulunya, Bimbel Lentera Inklusif ini memang diperuntukkan hanya bagi para difabel, tapi seiring banyaknya perminataan, Sofyan mulai membuka berbagai kursus yang ternyata membuatnya juga belajar dan berkembang. Ia bahkan bisa menciptakan lapangan pekerjaan tersendiri dengan mengajak teman dan kenalannya untuk sama-sama memfasilitasi (menjadi pengajar) di bimbelnya. Selain calistung, bimbel ini juga membuka kelas bahasa dengan pengajar seorang polyglot (menguasai multibahasa) tunanetra.

Sofyan Sukmana ketika mengajar seorang muridnya yang tunanetra. Dari bimbelnya, ia ingin bisa membantu teman-teman disabilitas lain untuk bisa meningkatkan kualitas diri.

Motto yang selalu ia ungkapkan dalam beberapa sesi sharing pun benar-benar ia jalankan. “Hidup harus berani bermimpi dan jangan membatasi diri, tapi terus berkarya. Jangan jadikan keterbatasan sebagai hambatan, tapi jadikan sebagai jembatan untuk menuju masa depan yang lebih baik,” kata Sofyan.

Dari motto itu pula ia terus mengembangkan diri dan mengikuti berbagai program yang diadakan oleh berbagai instansi pemerintah maupun perusahaan swasta. Di tahun 2021 lalu, ia menerima dua buah penghargaan juara 1 dari Permata Bank dan Astra Grup dalam kategori: Usaha yang Dapat Berdampak Positif, Baik Bagi Komunitas Atau Masyarakat. Di tahun 2022 ini, Sofyan kembali menerima penghargaan terbaik yang kali ini diberikan oleh Maybank Foundation dalam Program RISE dengan kategori Sustainability Quality Education.

Salah satu penghargaan yang diterima oleh Sofyan Sukmana. Di tahun 2021, ia menerima dua buah penghargaan Juara 1 dan di tahun 2022 ia menerima satu buah penghargaan terbaik.

Untuk menerima penghargaan ini, Sofyan tidak hanya berpangku tangan, ia menuturkan tetap aktif dan ikut menjalankan tugas, riset, membuat pengembangan program, hingga presentasi. “Rata-rata ikut webinar dulu kurang lebih delapan kali pertemuan. Selain itu harus aktif dan benar-benar mau belajar dan mencari ilmu dan praktik di lapangan ya,” ungkap Sofyan. “Jujur selalu bahagia dan terharu ketika mendapatkan penghargaan. Saya sama sekali tidak bermimpi bisa sejauh ini mendapatkan apresiasi oleh banyak orang. Senang sekali,” lanjutnya.

Dirinya pun berterima kasih kepada relawan Tzu Chi yang selalu mendoakan dan mendukungnya hingga ia bisa berjalan sampai sekarang padalah awalnya tidak tahu bisa sejauh ini. “Semoga nanti bisa membuka sekolah, itu cita-cita panjangnya,” doa Sofyan.

Tentang Kesempatan dan Kepercayaan
Apabila ada yang mengatakan Sofyan terlalu berani atau ada yang menyepelekan mimpinya, Sofyan kini menganggapnya sebagai pengingat dan motivasi. Ia pun tak mau terbuai dengan hal yang sudah ia dapat tanpa mengukur hal yang bisa ia lakukan ke depannya. Tapi dengan semangat ingin meningkatkan kualitas teman-teman disabilitas khususnya tunanetra di luar sana, ia terus menempa diri.

Sofyan Sukmana ketika menerima penghargaan dari Maybank Foundation dalam Program RISE dengan kategori Sustainability Quality Education di Bali, Juli 2022 lalu.

Dari lubuk hatinya, Sofyan tidak ingin kaum disabilitas masih dipandang sebelah mata karena tidak mempunyai kemampuan yang mumpuni di bidang teknologi maupun intelektual. Terlebih dengan adanya kebijakan pemerintah yang tertuang dalam UU Nomor 8 Tahun 2016, Pasal 53 ayat (1) yang di mana, Pemerintah, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah wajib mempekerjakan paling sedikit 2 persen Penyandang Disabilitas dari jumlah pegawai atau pekerja. Kemudian perusahaan swasta wajib memperkerjaan sedikitnya 1 persen penyandang disabilitas diperusahaan itu – Sofyan optimis, ini adalah kesempatan bagi teman-temannya untuk bisa menjalani kehidupan sosial dengan lebih baik.

“Dengan kesempatan ini, semoga terealisasi karena belum semua dan belum merata. Itulah mengapa saya juga sangat fokus juga berbagi ilmu kepada teman-teman karena menguasai teknologi atau komputer itu bukan suatu kelebihan lagi, tapi sudah suatu kewajiban. Kalau mau bekerja di kantor ya persyaratannya harus bisa Microsoft Office minimal. Kalau sudah bisa teknologi atau mengoperasikan komputer, kita baru bisa kemana-mana (bekerja),” tutur Sofyan.

“Makanya untuk teman-teman, tetap semangat karena kita sudah dibukakan pintu dan mendapatkan kesempatan, untuk itu kita harus bisa menjaga dan memperoleh kepercayaan dengan mengasah dan terus meningkatkan kemampuan kita,” pesannya.

Editor: Arimami Suryo A.

Artikel Terkait

“Inilah Sofyan Apa Adanya”

“Inilah Sofyan Apa Adanya”

22 Agustus 2011
Anak itu bernama Sofyan Sukmana. Ia merupakan salah satu pasien bantuan pengobatan khusus Tzu Chi sejak sejak 7 tahun lalu. Saat itu ia di diagnosis menderita Fibrous dysplasia yang berarti tumbuh tumor di bagian belakang mata kanannya.
Berbagi Ilmu kepada Para Penyandang Tunanetra Melalui Kanal YouTube

Berbagi Ilmu kepada Para Penyandang Tunanetra Melalui Kanal YouTube

19 Agustus 2021

Masih ingat Sofyan Sukmana yang pernah dibantu Tzu Chi menjalani operasi pengangkatan tumor mata di Taiwan pada tahun 2004, 2006, 2008, dan 2015? Sofyan kini menjadi pengajar ilmu komputer dan internet bagi para penyandang tunanetra.

Welcome Home, Sofyan!

Welcome Home, Sofyan!

23 April 2008

April 2004, untuk pertama kalinya Sofyan berangkat ke Taiwan, dengan ditemani ayahnya. Di sana ia menjalani operasi selama 23 jam untuk mengangkat tumor dan mengembalikan bentuk wajahnya. Lima bulan kemudian ia kembali dengan jauh lebih sehat dan membawa sejumlah cerita tentang kehangatan para relawan Tzu Chi di Taiwan.

Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -