Spiritualitas dan Kemanusiaan Menjadi Landasan Nilai untuk Filantropi yang Berkelanjutan

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya

Sekretaris Umum Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Hong Tjhin tampil sebagai pembicara dalam The International Conference on Zakat (ICONZ). Konferensi ini diselenggarakan oleh BAZNAS RI bekerja sama dengan Kementerian Agama dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang diwakili oleh Sekretaris Umum Hong Tjhin menjadi pembicara dalam The International Conference on Zakat (ICONZ). Konferensi tahunan yang diselenggarakan BAZNAS RI bekerja sama dengan Kementerian Agama dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini bertemakan “Mensinergikan Nilai-Nilai Berbasis Keagamaan dan Universal untuk Masa Depan yang Berkelanjutan”.

Konferensi tahunan ini berlangsung di Gedung Aula Harun Nasution Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 10 Desember 2025.

Pada sesi 3 ini, Sekretaris Umum Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Hong Tjhin tampil bersama Dekan IPB Bogor Irvan Syauqi Beik seorang Profesor ekonomi Keuangan Islam. Dalam materinya Hong Tjhin memperkenalkan Yayasan Buddha Tzu Chi yang sangat terbuka untuk semua agama, ras, dan negara secara general.

Tzu Chi dalam setiap kegiatan misi amal seperti mendistribusikan bantuan, mengutamakan welas asih tanpa mengkotak-kotakkan (compassion without borders). “Kami tidak menanyakan apa agama Anda, tapi kami menanyakan apa kebutuhan Anda, dan berusaha membantu sebaik mungkin untuk memenuhi kebutuhan mereka,” jelas Hong Tjhin.

Sekretaris Umum Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Hong Tjhin bersama Dekan IPB Bogor Irvan Syauqi Beik. Pada materinya Hong Tjhin memperkenalkan Tzu Chi yang sangat terbuka untuk semua agama, ras, dan negara secara general.

Sekretaris Umum Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Hong Tjhin dalam materinya menjelaskan bahwa Tzu Chi sangat terbuka untuk semua agama, ras, dan negara secara general.

Lebih lanjut Hong Tjhin memperkenalkan bahwa Tzu Chi didirikan oleh Master Cheng Yen di Taiwan pada tahun 1966. Sekarang Tzu Chi sudah ada di 68 negara dan memberi bantuan di lebih dari seratus negara. Tzu Chi di Indonesia dimulai di tahun 1993. “Sekadar informasi, jumlah Buddhis di Indonesia hanya sekitar 0.72 persen dari total populasi Indonesia, jadi hanya sekitar 2-3 juta orang,” ungkap Hong Tjhin.

Lebih lanjut Hong Tjhin menekankan bahwa nilai Tzu Chi bukan terletak hanya pada agama, tetapi terletak pada nilai universal, yaitu rasa syukur, hormat, dan cinta kasih. Tzu Chi juga bergerak di misi amal, kesehatan, pendidikan, dan budaya humanis, juga bantuan bencana internasional, donor sumsum tulang, pelestarian lingkungan, dan relawan komunitas.

Hong Tjhin mengatakan ketika kita membicarakan kemungkinan kolaborasi dengan saudara-saudara kita yang Muslim, Kristiani, Hindu dan keyakinan lainnya, kita membicarakan yaitu silahturami dan silaturamal. “Kita bekerja sama dengan mereka dan diharapkan kita bisa bertukar pikiran, yaitu silatur-ruh,” ucap Hong Tjhin.

Selain membantu di lokasi bencana, Tzu Chi juga bekerja sama dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk membantu wilayah kumuh di Jakarta. “Dua puluh tahun lalu kami membantu warga Kali Angke dan sudah membangun 1.100 rumah dengan berbagai fasilitas untuk membangun generasi berikutnya.”

Hong Tjhin mewakili Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia menerima tanda penghargaan dari Dr. Zainulbahar Noor, SE, M.Ec Pimpinan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) RI.

Di saat pandemi Covid-19, Tzu Chi pun berusaha mendapatkan sumber daya untuk membantu yaitu dengan berkolaborasi dengan Pengusaha Peduli NKRI dan para pengusaha lainnya yang tergabung dalam KADIN Indonesia. Kini, Tzu Chi sedang mengadakan Program Bebedah Kampung Renovasi Rumah Tidak Layak Huni sebanyak 5.020 unit rumah di JABODETABEK, Banyumas, Bandung, Surabaya, Palembang, dan Medan.

SDG’s menjadi salah satu wujud nyata dari nilai-nilai universal ini. Di balik setiap target menghapus kemiskinan, menjamin pendidikan, menjaga bumi terdapat keyakinan bahwa semua manusia berhak atas hidup yang layak. Nilai universal ini memberi arah dan ukuran keberhasilan, memastikan bahwa filantropi tidak hanya emosional tetapi juga efektif.

Memandang ke depan, dunia membutuhkan filantropi yang tidak hanya reaktif tetapi transformatif. Masa depan tersebut hanya mungkin jika kita terus menyatukan dua jenis nilai ini dalam kerja kemanusiaan sehari-hari. Dengan kedalaman spiritual dan kerangka universal yang jelas, filantropi dapat menjadi jembatan yang menghubungkan semua manusia tanpa memandang perbedaan apa pun menuju kehidupan yang lebih adil, berkelanjutan, dan penuh harapan.

Hong Tjhin mewakili Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia menerima tanda penghargaan dari The International Conference on Zakat (ICONZ). Penghargaan ini khususnya ditujukan untuk para relawan Tzu Chi dan para donatur yang hingga saat ini telah mendukung kegiatan kemanusiaan Tzu Chi di Indonesia.

Hong Tjhin menekankan bahwa Tzu Chi tidak terbatas hanya untuk umat Buddhis saja, tetapi Umat Muslim, Umat Kristiani, Hindu, dan semua agama, Tzu Chi terbuka untuk semuanya untuk menjadi relawan dan donatur. “Bagi Tzu Chi yang penting adalah compassion in action. Dan kita bisa belajar bersama, membantu yang membutuhkan dan memberikan edukasi kepada yang mampu,” tutup Hong Tjhin usai menerima penghargaan dari Baznas.

Filantropi global sejatinya tidak berhenti pada kepedulian. Filantropi harus bergerak menuju transformasi sosial. Kolaborasi antaragama dan nilai-nilai universal adalah kunci untuk menghadapi tantangan masa depan. Masa depan berkelanjutan hanya bisa dicapai melalui kemanusiaan yang inklusif tanpa batas identitas.

Editor: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Filantropi, Aksi Membagi Cinta Kasih Tanpa Sekat

Filantropi, Aksi Membagi Cinta Kasih Tanpa Sekat

30 Juni 2016
Pada diskusi yang digelar di lantai dasar Wisma Indocement Sudirman, 28 Juni 2016 tersebut, Filantropi Indonesia mengundang perwakilan dari Yayasan Buddha Tzu Chi, Yayasan Karina (Karitas Indonesia), dan Wahana Visi Indonesia. Masing-masing narasumber mewakili komunitasnya memberikan pemaparan mengenai aksi filantropi.
Menguatkan Peran Filantropi Lintas Iman demi Pembangunan yang Inklusif dan Berkelanjutan

Menguatkan Peran Filantropi Lintas Iman demi Pembangunan yang Inklusif dan Berkelanjutan

08 Agustus 2025

Indonesia Philanthropy Festival (FIFest) 2025 sukses mempertemukan para tokoh dan organisasi filantropi dari berbagai latar belakang untuk memperkuat kerja sama lintas iman dan sektor.

Tzu Chi Indonesia Menjadi Tuan Rumah Rapat Umum Perhimpunan Filantropi Indonesia

Tzu Chi Indonesia Menjadi Tuan Rumah Rapat Umum Perhimpunan Filantropi Indonesia

02 Mei 2024

Rapat Umum Anggota Perhimpunan Filantropi Indonesia dilaksanakan pada Selasa, 30 April 2024 di Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara. Kegiatan ini diikuti oleh 141 anggota.

Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -