Suara Kasih: Bertekad untuk Menjalankan Perahu Cinta Kasih

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

 

 

Judul Asli:

Bertekad untuk Menjalankan Perahu Cinta Kasih

Menyebarkan benih kebajikan di Zimbabwe Insan Tzu Chi menyediakan makanan
dan membimbing anak-anak agar berbudaya humanis
Pola makan vegetaris dan cukup 80 persen kenyang adalah pola hidup sehat
Membangkitkan tekad untuk menjalankan perahu cinta kasih

Saya senantiasa berkata bahwa kita harus mempertahankan ajaran Buddha di dunia. Jika ajaran Buddha senantiasa ada di dunia, maka kebenaran juga akan ada selamanya. Kita harus senantiasa ingat bahwa hakikat kebuddhaan tidak akan lenyap. Janganlah kita terpengaruh oleh kekacauan di dunia saat ini sehingga hati kita menjadi tidak seimbang dan kehilangan arah. Hal ini akan menciptakan pergolakan di dalam masyarakat. Karena itu, kita harus sangat bersungguh hati. Kita dapat melihat di Zimbabwe. Akibat kebijakan pemerintah yang kurang sempurna, negara Zimbabwe mengalami kemiskinan dalam jangka waktu yang panjang. Di Zimbabwe, ada sebuah sekolah dasar. Meski disebut sekolah, sesungguhnya ia berada di ruang terbuka. Anak-anak bersekolah di bawah terik matahari. Penderitaan mereka sungguh tak terkira. Tahun lalu, Tzu Chi membantu mereka mendirikan tujuh ruang kelas rakitan. Meski ruang kelas itu bersifat sementara  dan sangat sederhana, tetapi setidaknya  anak-anak tidak lagi terguyur hujan atau terjemur sinar matahari.

Akan tetapi, anak-anak di sana sangat sulit untuk mendapatkan makanan. Karenanya, dari hari Senin hingga hari Sabtu, insan Tzu Chi menyediakan makan siang  bagi anak-anak di sekolah. Jadi, dari hari Senin hingga hari Sabtu, mereka bisa makan siang di sekolah. Pada hari Minggu, bagi anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu, mereka bahkan tak berkesempatan untuk makan. Mereka hanya bisa memakan rumput liar atau tanaman apa pun yang bisa dimakan. Penderitaan mereka sungguh tak terkira. Mereka makan dengan menggunakan jari tangan, tetapi di sana terdapat banyak penyakit menular. Karena itu, insan Tzu Chi membimbing anak-anak untuk mencuci tangan sebelum makan. Selain menyediakan makanan bernutrisi, insan Tzu Chi juga mengajari anak-anak agar memiliki pola hidup yang sehat. Melihat anak-anak hidup menderita, kita berharap bisa perlahan-lahan membimbing mereka agar memiliki tata krama. Saat insan Tzu Chi memberikan sesuatu  dengan membungkukkan badan, anak-anak juga dibimbing untuk menerimanya dengan badan dibungkuk. Inilah cara kita membimbing mereka agar memiliki tata krama. Ini semua membutuhkan hati.

Di Zimbabwe, insan Tzu Chi bekerja keras untuk membantu anak-anak setempat. Terlebih dahulu, kita berinteraksi dengan mereka dengan penuh cinta kasih, setelah itu barulah ucapan dan bimbingan kita bisa diterima oleh anak-anak. Saya sungguh tersentuh dan berterima kasih melihatnya. Demikianlah penderitaan di dunia. Karenanya, Buddha berkata bahwa dunia ini penuh dengan penderitaan. Kebijakan pemerintah yang kurang sempurna mengakibatkan negara tersebut mengalami krisis ekonomi sehingga kehidupan rakyat menjadi sulit. Inilah pemandangan yang bisa kita lihat. Sebaliknya, di negara-negara yang beradab, ada orang berada yang makan hingga kelebihan berat badan.

Ini mendatangkan ancaman bagi kesehatan mereka. Karena itu, sekelompok peneliti dari dunia internasional berkumpul bersama untuk menghadiri Kongres Gizi Vegetarian Sedunia. Lihatlah, dr. Lin Ming-nan dari RS Tzu Chi Dalin juga mempresentasikan pola hidup vegetaris Tzu Chi dalam Kongres Gizi Vegetarian Sedunia. Insan Tzu Chi di Amerika Serikat juga sangat memberi dukungan. Di dalam kongres itu, banyak peserta yang setuju bahwa menu makanan vegetarian adalah makanan yang sehat.

Kita juga melihat sebuah sekolah di Hualien. Setiap hari Rabu, anak-anak di sana selalu bervegetaris. Insan Tzu Chi selalu bergerak untuk mensosialisasikan  pola hidup vegetaris di sekolah. Kini, insan Tzu Chi  juga berbagi kepada anak-anak tentang pola makan 80 persen kenyang. Selangkah demi selangkah, insan Tzu Chi mengajak anak-anak untuk melihat penderitaan orang-orang yang hidup kelaparan. Insan Tzu Chi menggunakan film documenter dalam memberikan bimbingan. Alhasil, anak-anak bisa menerima pola makan 80 persen kenyang, dan selalu menghabiskan seluruh makanan mereka. Inilah pendidikan kita.

Kita juga melihat di Jakarta, Indonesia. Tzu Chi telah berdiri di Indonesia selama hampir 20 tahun. Saya sering berkata bahwa sementara ini Aula Jing Si Indonesia merupakan Aula Jing Si terbesar di dunia. Ini karena para pengusaha setempat yang juga adalah insan Tzu Chi, semuanya sangat aktif dalam berkontribusi dan menggalang dana untuk mendukung pembangunan Aula Jing Si yang begitu megah demi mendukung berjalannya Empat Misi Tzu Chi. Saya sungguh bahagia melihatnya. Lihatlah, dalam acara Ramah Tamah Imlek di sana, banyak pengusaha yang bahkan bersedia menggunduli kepala mereka demi membawakan pementasan.

Saya sungguh tersentuh melihat keberanian mereka. Inilah yang berlangsung di Aula Jing Si Indonesia. Meski masih banyak partisipan tak begitu mengerti bahasa Mandarin, tetapi asalkan ada niat, maka tiada yang sulit. Mereka mementaskan lagu “Jalankan Ikrar”. Mereka membentuk formasi perahu Dharma yang menyeberangkan semua makhluk di Dunia Saha.

Saya sungguh tersentuh melihatnya. Kita juga melihat Pulau Biak yang terletak sekitar 1.000 km dari Jakarta. Untuk datang ke Jakarta, mereka harus menempuh perjalanan dengan kapal yang kemudian dilanjutkan dengan mobil. Perjalanan mereka membutuhkan waktu 5 hari. Demikian pula dengan perjalanan pulangnya. Ini sungguh tidak mudah. Mereka juga mementaskan lagu “Jalankan Ikrar” di Pulau Biak. Di pulau yang kecil itu, mereka juga mementaskan lagu “Jalankan Ikrar”. Kita juga melihat seorang warga suku asli Biak yang juga merupakan  benih pertama Tzu Chi di sana. Tahun 2010 lalu, dia kembali ke Taiwan. Dia berkata bahwa dia sangat kagum pada Tzu Chi dan menyatakan ingin berguru kepada saya. Dia bertekad untuk menyebarkan benih Tzu Chi di Biak. Kini, setelah tiga tahun kemudian, kita dapat melihat benih-benih Tzu Chi telah bertunas di Biak. Mereka juga mementaskan lagu “Jalankan Ikrar”. Selain itu, kini dia juga telah bervegetaris. Keluarganya juga sangat harmonis. Istrinya berkata bahwa dahulu temperamennya sangat buruk,  tetapi kini temperamennya menjadi baik. Dia juga sudah bervegetaris dan mengemban misi Tzu Chi dengan sepenuh hati.

Ada pula sepasang suami istri beretnis Tionghoa yang menjalankan bisnis di sana. Mereka bekerja sama untuk menginspirasi relawan lokal dan relawan beretnis Tionghoa di sana. Mereka melakukan daur ulang dengan baik. Kondisi barang ini masih sangat baik. Di sana tidak ada pemborong barang daur ulang. Karena itu, setelah melakukan pemilahan barang daur ulang, mereka akan mengirimkannya ke Surabaya atau Jakarta. Perjalanan yang ditempuh sangat jauh. Mereka begitu mengasihi sumber daya alam. Mereka menjaga kebersihan dari sumbernya dan giat melakukan daur ulang. Ini sungguh membuat saya tersentuh. Singkat kata, ada banyak kisah yang menyentuh. Karena itu, saya berharap setiap orang bisa sering menyaksikan Da Ai TV untuk melihat kisah-kisah relawan secara lengkap. Kita yang berada di Taiwan sungguh beruntung, karenanya kita harus memandang ke seluruh dunia. Kita harus berusaha menyebarkan ajaran Buddha hingga ke seluruh dunia dan melihat apa dampak positif yang tercipta karenanya. Kita harus banyak mendalami Dharma agar bisa membimbing orang lain. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou )

 
 

Artikel Terkait

Perayaan Hari Bidan Nasional di Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi

Perayaan Hari Bidan Nasional di Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi

05 Juli 2022

Menyambut Hari Bidan Nasional, Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi memberikan apresiasi kepada para bidan yang bertugas meningkatkan kesehatan ibu dan anak di Indonesia.

Barat dan Utara dalam Kesatuan

Barat dan Utara dalam Kesatuan

07 Oktober 2010 Tanggal 25 September 2010 adalah acara Gathering bersama para fungsionalis dari heqi utara dan heqi barat. Acara ini dimaksudkan untuk mempererat rasa kekeluargaan antara para fungsionalis Tzu Chi.
Pemberkahan Akhir Tahun 2015: Kehangatan Keluarga

Pemberkahan Akhir Tahun 2015: Kehangatan Keluarga

17 Januari 2016 Guo Qing Niang, ibu dari Lim Xiau Hun mengatakan itu adalah kali ketiganya mengikuti acara yang diselenggarakan Tzu Chi. Meski terkadang kakinya merasa pegal karena harus duduk lama, tetapi wanita berusia 80 tahun ini tetap dengan semangat mengikuti acara yang berlangsung selama 2 jam ini. 
Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -