Suara Kasih : Giat Menyelami Dharma

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Giat Menyelami Dharma
dengan Penuh Sukacita
 

Bertamasya dapat menciptakan emisi karbon
Kebijaksanaan dan kebodohan berawal dari sebersit niat
Memiliki kekuatan yang penuh kelembutan
Giat menyelami Dharma dengan penuh sukacita

Banyak hal di dunia ini yang tak dapat kita prediksi. Lihatlah di Brasil, saat warga setempat sedang mengadakan sebuah festival tahunan yang membawa sukacita bagi setiap orang, tiba-tiba saja seutas kabel bertegangan tinggi jatuh menimpa kerumunan orang sehingga dalam waktu sekejap banyak orang yang terluka dan meninggal. Selain itu, kerusuhan di Libya pun semakin parah karena kedua belah pihak tak mau mengalah. Bukankah hal ini terjadi karena pikiran manusia yang tidak selaras?

Sungguh, segala sesuatu terjadi dari sebersit niat. Jika ingin mencegah terjadinya bencana, manusia harus menyucikan pikirannya agar iklim dapat berjalan selaras. Saat terjadi kerusuhan, orang-orang akan saling melukai dan membakar apa saja sehingga menciptakan polusi. Semua itu akan menambah tingkat pencemaran yang telah kita ciptakan dalam keseharian. Masyarakat masa kini sangat suka bertamasya untuk menghabiskan waktu liburnya. Kegiatan seperti itu akan menciptakan banyak emisi karbon. Lihatlah, di tempat liburan semua orang saling berdesakan, apakah mereka dapat menikmatinya? Yang lebih membahayakan adalah mengendarai mobil pada tengah malam dan menyebabkan terjadinya kecelakaan beruntun. Akibatnya, banyak korban jiwa dan korban luka. Hal ini sungguh memprihatinkan. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Kita sungguh harus memiliki kebijaksanaan. Orang yang bijaksana dapat hidup dengan tenang dan damai. Kita dapat melihat Relawan Huang Qiu-e yang berusia 90 tahun. Lihatlah, ia berjalan dengan tegap. Setiap hari ia berjalan kaki menuju posko daur ulang selama 35 menit. Inilah cara ny a mengurangi emisi karbon dan melakukan daur ulang untuk melindungi bumi. Lansia yang berusia 90 tahun ini tidak suka bersenang-senang. Lihatlah betapa damai kehidupannya. Ada pula Relawan You A-xue dari Taichung. Ia memiliki keterbatasan dalam berjalan karena kecelakaan yang pernah dialaminya.

Meski begitu, setiap hari ia pergi ke Tanzi untuk melakukan kegiatan daur ulang. Ia memungut payung rusak yang dibuang orang, lalu melepaskan kainnya dan mencucinya hingga bersih. Ia membuat kerajinan tangan seperti kantong sepatu, tas ramah lingkungan, dll. Saya juga melihat di berbagai posko daur ulang terdapat sekelompok besar mahasiswa yang memanfaatkan waktu libur untuk menjadi relawan daur ulang. Mereka sungguh berhati polos.

Kini saya sungguh berharap setiap warga Taiwan dapat segera sadar dan melihat berbagai bencana alam dan bencana akibat ulah manusia yang terjadi di dunia. Saya sungguh berharap setiap orang dapat memetik hikmah dari bencana yang terjadi. Bukankah kita sering melihat Sutra yang membahas tentang pencerahan sempurna yang dicapai oleh Buddha? Karena itu, kita harus melatih diri agar dapat mencapai pencerahan seperti Buddha. Untuk itu, kita harus berjalan di Jalan Bodhisatwa. Untuk menjadi Bodhisatwa, kita harus membangkitkan sukacita dalam hati. Bukankah 10 Tingkatan Bodhisatwa dimulai dari tingkat sukacita? Tingkat sukacita berarti senantiasa diliputi kebahagiaan. Setelah mengenal Dharma, kita diliputi sukacita. Baik manusia maupun segala sesuatu tak dapat menghalangi kita untuk merasakan sukacita dalam Dharma.

Dengan hati yang penuh sukacita, barulah kita dapat membangkitkan Bodhicitta. Karena itu, kita harus senantiasa optimis dalam mempraktikkan Dharma yang luar biasa. Setiap hari kita harus optimis dan penuh sukacita. Dengan adanya sukacita, maka secara alami, kita akan lebih optimis. Meski setiap hari saya berkata kepada kalian bahwa tiada waktu lagi dan merasa sangat khawatir, tetapi saya tetap menaruh harapan yang tinggi dan sangat optimis. Semoga pada ultah Tzu Chi yang ke-45 tahun ini, kita dapat mengimbau seluruh warga Taiwan agar segera bertobat dan menjalani pola hidup vegetarian karena di Taiwan terdapat banyak insan Tzu Chi.

Banyak insan Tzu Chi di Taiwan yang telah mempraktikkan Dharma dan bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia. Karena itu, semua insan Tzu Chi di Taiwan harus bekerja sama dengan harmonis untuk membimbing orang lain agar dapat berjalan di jalan yang benar. Kita harus menjadi teladan dalam membimbing orang lain agar dapat berjalan di jalan yang benar yaitu Jalan Bodhisatwa menuju pencerahan.

Jika insan Tzu Chi di Taiwan dapat mengadakan sebuah persamuhan Dharma yang dapat membimbing semua orang agar bertobat dan bervegetarian, maka seluruh orang di dunia akan dapat melihat dan terinspirasi. Intinya, kita harus yakin bahwa insan Tzu Chi di Taiwan akan dapat mewujudkan hal ini. Saya yakin dan optimis bahwa insan Tzu Chi di Taiwan dapat melakukannya.

Dengan mempraktikkan Dharma yang menakjubkan, kebijaksanaan kita akan bertumbuh. Hal ini dapat kita capai melalui sumbangsih di tengah masyarakat. Inilah cara kita melatih diri agar memiliki hati yang murni, jernih, dan penuh kelembutan. Asalkan memiliki hati yang murni, jenih, lembut, dan tulus, maka kita dapat berjalan di jalan yang benar. Hati Bodhisatwa sangat murni, jernih, lemah lembut, dan tidak keras kepala. Selain itu, kegigihan mereka sangat kuat. Inilah yang disebut kekuatan penuh kelembutan. Inilah hati Bodhisatwa.

Pada masa penuh bencana seperti ini, kita harus sungguh-sungguh bertobat. Semoga makin banyak orang dapat belajar untuk berjalan di arah yang benar. Untuk itu, kita harus lebih bekerja keras untuk mengimbau orang agar dapat berjalan di Jalan Bodhisatwa untuk mencapai pencerahan. Para Bodhisatwa sekalian, pada masa sekarang ini, kita sungguh harus lebih giat. Lihatlah, bencana alam dan bencana akibat ulah manusia terus terjadi silih berganti. Tidakkah kita segera bertobat, bervegetarian, dan berdoa bersama dengan penuh ketulusan agar terdengar oleh para Buddha dan Bodhisatwa? Tidakkah kita bertindak sekarang juga? Intinya, kekuatan baik dan buruk tengah tarik-menarik. Semoga kekuatan kebajikan kita yang bagaikan aliran jernih dapat menyucikan batin manusia. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 

Artikel Terkait

Hati yang Bersyukur

Hati yang Bersyukur

12 April 2011

Minggu pagi tanggal 20 Maret 2011, jam 08.10 WIB, Ach. Sugiarto sudah sampai Toko Buku Jing Si, Pluit, Jakarta Utara. Ternyata Sugiarto datang dari Tanjung Priuk. Hari itu di toko buku tersebut diadakan pembagian tunjangan pengobatan dan biaya hidup kepada sekitar 50 Gan En Hu (pasien yang menerima bantuan Tzu Chi –red).

Menghindarkan Diri dari Pencurian Sejak Dini

Menghindarkan Diri dari Pencurian Sejak Dini

30 Maret 2016
Pada tanggal 13 Maret 2016, Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan Kelas Budi Pekerti dengan mengambil pokok bahasan tentang, “Bertekad tidak mengambil  barang  yang tidak diberikan”.
Suara Kasih: Membangun Ladang Pelatihan Batin, Membantu Korban Bencana Filipina

Suara Kasih: Membangun Ladang Pelatihan Batin, Membantu Korban Bencana Filipina

25 November 2013 Semoga setiap orang bisa mengembangkan cinta kasih untuk menjaga rumah ini dengan baik. Rumah ini juga adalah ladang pelatihan batin bagi kita semua.
Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -