Suara Kasih : Inspirasi Bodhisatwa Dunia

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Menginspirasi Semua Orang untuk Melayani  
Sebagai Bodhisatwa Hidup
     

Mempraktikkan Dharma dengan cara yang tepat
Kehidupan yang penuh kesadaran menciptakan berkah dan menumbuhkan kebijaksanaan
Menjadi guru tak diundang bagi semua makhluk di dunia
Menjadi tempat bersandar dan senantiasa menolong semua makhluk

Bodhisatwa adalah orang baik. Orang baik adalah Bodhisatwa, terlebih lagi bila ia memiliki kesadaran. Dengan kehidupan yang penuh kesadaran, barulah kita dapat menjadi Bodhisatwa yang bijaksana. Dengan adanya kebijaksanaan, barulah kita dapat berjalan ke arah yang benar dan tidak membawa kekacauan ke dunia ini.

Kita semua diliputi kekhawatiran akan zaman yang penuh kekacauan ini. Zaman ini disebut juga “zaman kekacauan”. Apa yang dimaksud dengan “kacau”? Kita mulai dari kondisi iklim. Lihatlah ke seluruh dunia ini. Banyak sekali negara yang tertimpa bencana akibat ketidakselarasan unsur alam, yakni ketidakselarasan unsur api, unsur air, unsur angin, dan unsur tanah. Karena ketidakselarasan empat unsur ini, banyak bencana terjadi di dunia dan banyak orang yang menderita karenanya.

Ketika tertimpa bencana, ke manakah para korban meminta pertolongan? Seluruh insan Tzu Chi tinggal di negara yang berbeda-beda. Sebagai insan Tzu Chi, di mana pun terjadi bencana, kalian segera bergerak untuk membantu. Karenanya, para korban bencana memiliki tempat bersandar, terhibur, dan merasa dikasihi sehingga batin mereka pun menjadi tenang. Perasaan ini akan membuat mereka nyaman. Namun, di tempat-tempat yang belum berjodoh dengan Tzu Chi, warga yang menderita tak dapat menerima bantuan dari Tzu Chi. Meski insan Tzu Chi telah bekerja keras untuk menyalurkan bantuan di tempat-tempat yang tertimpa bencana, namun masih banyak tempat yang tak terjangkau. Karena itu, saya terus mengimbau untuk menggalang Bodhisatwa dunia.

Bila Bodhisatwa dunia tersebar di mana-mana, maka ketika bencana terjadi, jarak yang akan kita tempuh menjadi lebih pendek. Semakin banyak insan Tzu Chi, semakin banyak pula tangan yang terulur untuk menghibur dan memperhatikan sehingga orang yang tertolong pun akan semakin banyak. Singkat kata, ketika bencana terjadi, asalkan ada banyak Bodhisatwa dunia, maka kesempatan untuk menolong semua makhluk pun menjadi lebih besar.

Kemarin di Kompleks Tzu Chi Sanchong saya bertemu dengan para insan Tzu Chi yang berasal dari Haiti dan Indonesia. Salah seorang dari insan Tzu Chi Indonesia berasal dari Papua. Ia adalah polisi yang telah pensiun. Ia berkata kepada saya bahwa ia adalah seorang umat Kristen yang taat. Ia mengenal Tzu Chi pada tahun 2006. Saat menyaksikan program-program Da Ai TV, ia merasa sangat tersentuh. Kemudian ia mulai berpartisipasi dalam segala kegiatan Tzu Chi dan telah menggalang lebih dari 300 warga lokal untuk menjadi relawan Tzu Chi.

Ia juga telah bervegetarian. Ia bertanya kepada saya apakah boleh membuka kantor penghubung Tzu Chi di kampung halamannya. Saya sangat senang mendengarnya. Ia bertanya apakah kita merasa keberatan. Ia sangat rendah hati. Saya pun segera menjawab, “Dalam Tzu Chi, semua orang adalah sama. Semua orang adalah Bodhisatwa dan Buddha. Terlebih lagi, di sana telah terdapat lebih dari 300 relawan lokal. Kami sungguh membutuhkan Anda.” Jadi, pada tanggal 23 Juni kemarin bertambah lagi 1 kantor penghubung Tzu Chi dengan lebih dari 300 relawan lokal. Saya merasa sangat senang atas hal ini.

 

Begitu pula ada relawan Haiti yang menyatakan ingin berguru kepada saya. Salah satu di antaranya adalah Tuan Danel. Ia berkata bahwa ia merasa heran mengapa warga Haiti selalu hidup dalam penderitaan dan dalam kondisi minim. Namun, setelah bergabung dengan Tzu Chi dan membaca Kata Perenungan Jing-si, ia pun mendapatkan jawabannya. Ia merasa bahwa setiap kata dalam buku ini sangat berguna baginya. Sejak saat itu ia merasa ajaran Tzu Chi selalu menginspirasi dan menyentuhnya. Jadi, ia sungguh telah mempraktikkan Dharma. Setelah menjadi murid saya, ia berkata bahwa ia ingin mendedikasikan diri sepenuhnya di dalam Tzu Chi agar dapat membantu seluruh warga Haiti. Ia berharap semua orang dapat mempelajari ajaran Tzu Chi sehingga mereka memiliki tempat bersandar dan berjalan ke arah yang benar.

Para insan Tzu Chi, ini semua berkat kerja keras kalian yang telah mengajarkan budaya humanis dalam memberi dan menerima. Insan Tzu Chi telah membimbing warga agar dapat bersumbangsih tanpa pamrih sekaligus menghormati dan bersyukur. Inilah budaya humanis dalam bersumbangsih. Bagaimana dengan yang menerima bantuan? Mereka menerima dengan penuh rasa syukur sehingga timbul keinginan untuk membalas budi dengan membantu orang yang lebih membutuhkan.

Inilah budaya humanis Tzu Chi dalam penyaluran bantuan yang kini telah tertanam di Haiti. Sebagian besar warga Haiti adalah warga lokal. Insan Tzu Chi-lah yang pertama kali menerapkan budaya humanis di sana dan banyak warga lokal yang terinspirasi. Selanjutnya, kita pun menginspirasi mereka untuk turut bersumbangsih. Mereka sungguh telah menanamkan semangat Bodhisatwa ini di Haiti.

 

Semua yang saya ceritakan ini, apakah saya tentang sesuatu yang telah saya perbuat? Tidak. Saya membagikan kisah orang lain. Membagikan kisah apa? Kisah tentang sumbangsih insan Tzu Chi. Saat saya bercerita tentang kalian, sumbangsih kalianlah yang saya bagikan. Bagaimana dengan kalian? Ya, kalian harus mempraktikkan ajaran. Sikap ini sungguh bijaksana. Setiap orang adalah Sutra hidup. Jadi, Dharma tak pernah terlepas dari kehidupan kita.

Pada saat bersamaan, setiap Bodhisatwa dunia dapat menjadi guru tak diundang bagi semua makhluk. Insan Tzu Chi di seluruh dunia hendaknya dapat menolong dan melindungi semua makhluk serta menjadi tempat bersandar bagi mereka. Apa yang dikatakan Buddha dalam Sutra Makna Tanpa Batas lebih dari 2.000 tahun yang lalu, kini insan Tzu Chi telah mewujudkannya. Tak hanya insan Tzu Chi di Taiwan, melainkan insan Tzu Chi di seluruh dunia.

Beberapa hari ini adalah saat kembalinya insan Tzu Chi dari 30 negara ke kampung halaman batin mereka ini. Dalam masa ini terdengar berbagai kisah dari negara mereka masing-masing. Dari sana dapat terlihat kesungguhan insan Tzu Chi dalam bersumbangsih. Kita tak hanya mendengar, namun menyaksikan sendiri. Kita melihatnya dan merasa tersentuh karenanya. Semua ini adalah benar karena semua yang saya sampaikan adalah pencapaian dan pengalaman kalian sendiri.

Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi
Foto: Da Ai TV Taiwan
 

Artikel Terkait

Bantuan 1.520 Paket Beras dan Masker di Kamal Muara

Bantuan 1.520 Paket Beras dan Masker di Kamal Muara

08 Maret 2022

Dalam rangka Bakti Sosial Imlek Nasional 2022, Tzu Chi Membagikan 1.520 paket beras dan masker untuk warga RW 01 dan RW 04, Kelurahan Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara.

Hidup Sehat dengan Rawat Gigi dan Cuci Tangan yang Benar

Hidup Sehat dengan Rawat Gigi dan Cuci Tangan yang Benar

17 Januari 2024

Relawan Tzu Chi di Xie Li Sumatra Selatan (Sumsel) 1 memberikan penyuluhan kesehatan gigi bagi 230 siswa SDN 3 Karya Sakti, Kecamatan Muara Kelingi, Kabupaten Musi Rawas, pada Sabtu (13/1/24).

Melestarikan Lingkungan dengan Sepenuh Hati dan Sukacita

Melestarikan Lingkungan dengan Sepenuh Hati dan Sukacita

27 November 2018
Jarak bukanlah penghalang untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat. Seperti Apri Hanni, salah satu relawan baru dari Pulo Gadung, Jakarta Timur. Hari itu, Minggu, 18 November 2018, Apri bersama 23 relawan Tzu Chi di Komunitas Hu Ai Pluit Ai Xin, He Qi Utara 2 melakukan kegiatan pelestarian lingkungan di Taman Pluit Timur Residence.
Seulas senyuman mampu menenteramkan hati yang cemas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -