Suara Kasih : Jalan Penuh Cinta Kasih

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Membentangkan Jalan Penuh Cinta Kasih
 

Kaya secara spiritual dan terus menciptakan berkah
Menginspirasi diri sendiri dan orang lain meski menderita penyakit
Membimbing diri sendiri dan orang lain untuk bersama-sama berjalan di jalan Bodhisatwa
Membentangkan jalan penuh cinta kasih

 

“Saat berada di Taidong, suami saya mengumpulkan kertas koran. Saya tahu bahwa kertas koran dan besi tua dapat dijual. Karena itu, saya pun mulai mengumpulkan dan menjualnya untuk disumbangkan. Saat itu, saya hidup dalam kondisi minim, namun saya mengingatkan diri untuk tidak tamak. Pendapatan dari hasil daur ulang bukanlah milik saya. Ini adalah uang ekstra. Jika tidak mengumpulkan barang daur ulang, maka tidak ada pendapatan ini, bukankah demikian? Dengan mengumpulkan barang daur ulang, saya dapat membantu orang lain,” kata Zhou Gua, relawan Tzu Chi yang aktif di misi pelestarian lingkungan.

Ada orang yang tidak kaya materi, namun kaya secara spiritual. Dengan berjalan di arah yang benar, kita dapat membentangkan jalan penuh cinta kasih dan terus melangkah maju dengan mantap.  Dengan menyayangi diri sendiri dan orang lain, maka orang lain pun akan menghormati dan menyayangi kita.

Lihatlah kehidupannya yang sungguh luar biasa. Bodhisatwa lansia ini bernama Zhou Gua. Selama hidupnya, ia bekerja keras untuk menopang kebutuhan keluarganya. Ia memiliki 5 orang anak. Namun, karena kehidupan yang sulit, tiga putranya telah meninggal dan kini hanya tinggal dua putri. Demi mencari nafkah, ia datang ke Taipei, tepatnya di wilayah Tianmu dan menjadi seorang pembantu rumah tangga di sana. Ia telah bekerja di sana selama lebih dari 30 tahun dan memiliki hubungan yang baik dengan majikannya. Ia selalu memanfaatkan waktu untuk melakukan daur ulang. Daerah Tianmu terletak di kaki gunung dan perumahan di sana dibangun di wilayah yang tinggi, namun ia tetap berkunjung ke setiap rumah untuk mengumpulkan barang daur ulang.

Selama puluhan tahun ini, ia tidak pernah berkeluh kesah karena ia adalah orang yang dapat mengendalikan nafsu keinginan dan tahu berpuas diri. Selain itu, ia juga sangat optimis dan senantiasa bersyukur. Baik cuaca panas maupun hujan, ia tak pernah beristirahat dan selalu memanfaatkan waktu yang ada. Karena harga tanah di Tianmu sangat mahal, kita tak memiliki posko daur ulang di sana. Karena itu, ia meminjam sebidang lahan kecil sebagai tempat penyimpanan sementara barang-barang daur ulang.

Untuk membawa barang daur ulang ke sana, ia harus naik dan turun gunung sambil mendorong gerobak daur ulang yang sangat berat. Ada yang bertanya, “Tidakkah Anda lelah?” Ia menjawab, “Lelah. Namun semakin mendorong gerobak, saya merasa semakin kuat.” Kini, ia semakin bersemangat meski telah berusia lebih dari 70 tahun. Dengan bersumbangsih dengan sukarela, ia memperoleh sukacita dan kekuatan.

Ia sungguh menggagumkan. “Apakah Anda pernah terluka karena tak kuat mendorong?” tanya seseorang. “Kadang-kadang. Saat saya tak dapat menahan gerobak, saya malah akan mendorongnya sekuat tenaga. Saya tidak boleh menyerah. Harus terus maju! Begitu ya. Jika tak kuat, saya akan terjatuh. Saya harus mendorong sekuat tenaga dan terus melafalkan nama Buddha,” jawabnya.

Selama lebih dari 30 tahun ia tidak pernah menyerah. Ia tahu bahwa ia harus terus berjalan di jalan Bodhisatwa dan tidak boleh menyerah. Banyak orang yang tersentuh dan terinspirasi oleh semangatnya. Hal ini sungguh tidak mudah. Karena buta huruf, ia tak berani mengikuti kelas pelatihan untuk dilantik menjadi anggota komite. Banyak relawan yang terus mendukungnya, namun ia menjawab, “Saya buta huruf. Saya bahkan tidak bisa menulis nama sendiri.” Putrinya sangat mendukungnya. Ia berkata, “Ibu, ikutlah pelatihan. Saya akan membantu ibu selama berada di dalam kelas.” ”Ia mengenal huruf, jadi ia yang mencatat pelajaran. Saya tidak bisa. Ada orang berkata bahwa ia adalah sekretaris saya,” terang Zhou Gua. “Ia adalah ibu saya. Jadi, ini adalah kewajiban saya,” kata anaknya. “Saya sungguh berterima kasih kepada putri saya yang telah mendampingi saya,” kata Zhou Gua. Jadi, putrinya pun mengikuti kelas pelatihan bersama-sama dengan sang ibu. Sekarang, ia telah memenuhi syarat  untuk dilantik menjadi anggota komite.

Ia pensiun tahun lalu  pada usia 70 tahun lebih. Karena telah bekerja selama puluhan tahun, majikannya memberikan uang pensiun sebanyak 1 juta dolar NT ( sekitar 300 juta rupiah) padanya. Saya sungguh kagum kepadanya. Meski buta huruf, ia dapat membangkitkan cinta kasihnya untuk membantu orang lain. Baginya, uang hanyalah harta duniawi. Ia selalu memerhatikan orang yang kondisinya lebih sulit darinya. Hal ini sungguh tidak mudah. “Saya menyumbangkannya kepada Tzu Chi untuk membantu orang lain. Ini merupakan kesempatan yang langka bagi saya,” jawabnya.

Jadi, ia akan dilantik menjadi anggota komisaris kehormatan dan anggota komite Tzu Chi. Intinya dengan cinta kasih, kita dapat membentangkan jalan bagi diri sendiri maupun orang lain. Karena itu, banyak orang terinspirasi oleh semangatnya. Inilah kisah dari relawan di Taiwan. Relawan di luar negeri juga demikian. Kita sering mendengar kisah relawan dari luar negeri yang membantu orang lain setelah dirinya terinspirasi.

Contohnya di Penang, Malaysia. Banyak pasien cuci darah yang hidup dalam kondisi minim. Banyak dari mereka yang tidak mampu membayar biaya cuci darah. Saya sangat berterima kasih kepada para relawan yang bersumbangsih di pusat cuci darah itu. Selama beberapa tahun ini mereka telah membantu warga kurang mampu. Banyak pasien yang menjalani cuci darah di pusat cuci darah tersebut. Selain memberikan pelayanan cuci darah, mereka juga menginspirasi para pasien.

Saat menjalani cuci darah, para pasien dapat menyaksikan Da Ai TV. Dengan menyerap Dharma ke dalam hati, kebijaksanaan mereka akan bertumbuh. Banyak pasien cuci darah yang terinspirasi untuk menjadi relawan Tzu Chi. Contohnya, Bapak Yang. Ia harus menjalani cuci carah beberapa kali dalam seminggu. Namun, ia tidak pernah menyerah dan tetap bekerja.

Ia tahu bahwa berkat bantuan Tzu Chi, barulah ia dapat tetap bekerja untuk menopang hidup keluarganya. Karena itu, ia ingin membalas jasa Tzu Chi. Seorang anggota komite berkata kepadanya bahwa ia juga dapat membantu orang lain. Jadi, ia mulai terjun ke tengah masyarakat untuk menggalang dana bagi Tzu Chi.

Ia berkunjung ke setiap stan di pasar untuk berbagi tentang Tzu Chi. ”Ini tanda terima Anda bulan ini. Dengan berdana, Anda telah membantu para pasien cuci darah dan orang lain yang membutuhkan. Dengan berbuat bajik berarti kita menjalin jodoh baik dengan orang lain. Banyak orang di dunia yang tertimpa bencana alam. Saya berkata pada mereka bahwa tidak perlu berdana dalam jumlah banyak. Boleh 5 dolar, 10 dolar, 2 dolar, maupun 1 dolar,” kata Bapak Yang. ”Anda memiliki berapa donatur?” tanya seseorang. “95 orang,” jawabnya. Meski menderita penyakit, ia tetap dapat menginspirasi diri sendiri dan orang lain.

Singkat kata, bersumbangsih tak hanya dapat dilakukan oleh orang yang kaya materi maupun orang yang sehat. Tidak. Dengan mengubah pola pikir, kita dapat menjadi kaya secara spiritual dan dapat menolong orang lain. Orang-orang yang bersumbangsih adalah orang yang hidup penuh berkah. Karena itu, kita harus memanfaatkan waktu untuk membentangkan jalan Bodhisatwa yang lurus dan lapang bagi diri sendiri maupun orang lain sehingga kita semua dapat berjalan di atasnya. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 

Artikel Terkait

Banjir 2020: Bantuan untuk Korban Banjir

Banjir 2020: Bantuan untuk Korban Banjir

03 Januari 2020

Relawan Tzu Chi Indonesia mengawali hari di Tahun Baru 2020 dengan memberikan bantuan kepada para korban banjir di Jakarta. Mulai dari perhatian kepada petugas kebersihan, bantuan nasi hangat untuk pengungsi Kapuk Muara, baju layak pakai untuk pengungsi di Jatinegara, hingga sembako untuk membantu dapur umum yang dikelola Polda Metro Jaya.

Titik Pemilahan Daur Ulang Baru di Surabaya

Titik Pemilahan Daur Ulang Baru di Surabaya

27 Maret 2019
Titik pemilahan sampah daur ulang bertambah satu di Surabaya. Sabtu, 23 Maret 2019, tempat pemilahan barang-barang daur ulang ini mulai diresmikan penggunaannya. Relawan dan warga sekitar bersama-sama memilah sampah daur ulang.   
Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -